Share

3. Kalian Pembunuh

Dewi sedang berkutat di dapur, tiba-tiba Alina datang membawa garam yang baru saja dibelinya di toko mbok Jum. Alina menyerahkan garam tersebut ke ibunya, ia menatap Dewi dengan ragu. Kenapa ibunya seperti tenang? Tidakkah ibunya rindu pada Reza? entahlah mungkin ibunya terlalu pandai menutupi rasa sedih.

"Bu, apa ibu tidak merindukan kakak?" tanya Alina sembari menarik-narik baju sang ibu.

"Rindu dan khawatir, tapi ibu berusaha percaya pada keluarga pak Burhan bahwa mereka akan merawat kakakmu. Kenapa? Apa kamu rindu dia? kalau kamu rindu silahkan kamu datangi dia," ucap Dewi.

Alina menganggukkan kepalanya pertanda dia mengiyakan perkataan ibunya.

"Kemarin om Burhan bilang aku boleh mengunjungi kakak kapan saja, Bu," ucap Alina.

"Benarkah?" tanya Dewi.

"Iya, Bu. Emmm, boleh, 'kan?" tanya Alina.

Dewi menatap putrinya, ia tersenyum. Dewi juga bersyukur mempunyai putri yang sangat menyayangi kakaknya meski Alina tau kalau Reza mengalami kelainan.

Dewi menyejajarkan badannya dengan Alina, ia mengusap kepala Alina lalu tersenyum.

"Boleh, Sayang silahkan kamu liat keadaan kakakmu," ucap Dewi.

Alina yang mendengar itu langsung melompat kegirangan, sebenarnya bisa saja Alina pergi tanpa izin. Namun, Alina takut akan dicari bahkan dianggap hilang oleh ibunya kalau dia tidak izin.

"Yey, makasih, Bu!" seru Alina kegirangan, ia pergi dengan melompat lompat saking senangnya.

***

Alina menatap rumah berpagar besi di depannya, ia ragu untuk masuk. Namun, demi bertemu dengan sang kakak ia memberikan diri untuk masuk.

Di halaman, Alina melihat ada dua orang yang sedang bermain. Merka adalah Resta dan Restu, mereka adalah anak dari Burhan dan Marni. Resta dan Restu terlahir sebagai kembar tidak identik.

Alina mendekat ke arah Resta dan Restu yang sedang bermain.

"Hai," sapa Alina.

"Siapa kamu? Ada perlu apa?" tanya Restu.

"Aku Nana. Kalian sedang bermain? Boleh aku ikut?" tanya Alina.

"Tapi kamu jelek," ejek Resta yang mendapat jitakan dari Restu.

Restu melotot ke arah Resta. Resta dan Restu memiliki sifat yang berbeda meskipun terlahir kembar.

"Boleh, tapi kamu siapa?"

"Aku Nana, kan tadi udah bilang aku itu Nana, namaku adalah Nana," ucap Alina.

"Ayok kalau mau ikut bermain, kami sedang beternak sapi, lihatlah sapi kami sedang asik makan." Restu menunjuk ke arah miniatur sapi yang mereka letakkan di tempat banyak rumput panjang.

"Wah, sapinya lahap sekali," ucap Alina menimpali.

"Yang itu banyak makannya, dia sama kek kamu gendut dan hitam," ucap Resta.

Alina menggaruk tengkuknya yang tak gatal, entah itu hinaan atau candaan. Alina melirik ke berbagai arah, ia melihat satu bangunan yang terpisah.

"Itu rumah siapa?" tanya Alina menunjuk ke arah bangunan tersebut.

"Itu gudang, ada orang yang sedang di kurung di sana. Kemarin dia dicambuk sama ibu, Kasian dia. Dia itu gila masih aja dapat hukuman," ucap Restu.

"Di cambuk?" dada Alina bergemuruh tak tenang.

Bukankah Burhan sudah berjanji akan memperlakukan kakaknya dengan baik, lalu apa ini? Kenapa Reza mendapatkan cambukan. Tiba-tiba Alina merasa ingin banyak lebih tau, dengan memanfaatkan kepolosan dua temannya ini.

"Dia dihukum itu? Enak ya jadi orang kaya bisa hukum orang."

"Iya dong, dia itu kemaren menangis karena dikasih ibuku nasi basi. Dia nggak mau makan lalu ibuku menamparnya," ucap Resta.

Tiba-tiba suara bariton menghentikan percakapan mereka, ternyata itu Burhan.

"Resta, Restu, kalian sedang bermain dengan siapa, Nak?" tanya Burhan.

"Sama, Nana, Pa."

Burhan segera mendekati mereka dan melihat Nana yang dimaksud oleh anaknya. Alina menyamalami Burhan, Burhan sudah tau maksud dan tujuan Alina datang pasti mau bertemu dengan Reza.

"Kamu mau ketemu dengan kakakmu?" tanya Burhan.

"Iya, Om," ucap Alina.

"Kakak?" tanya Restu.

"Iya, orang yang dikurung itu kakakku," ucap Alina.

"Kakaknya gila, adeknya jelek. Panteslah jadi keluarga, jangan-jangan orang tuanya lumpuh pula," ucap Resta.

"Husst, nggak boleh gitu!" Burhan berkata ke Resta.

"Maaf, Pa."

***

Alina mengikuti kemana langkah Burhan, sementara pikirannya tak menentu akibat perkataan Resta dan Restu tadi. Benarkah kakaknya tersiksa selama di sini?

Tibalah mereka di gudang, tempat yang ditunjuk oleh Alina tadi. Alina menatap Burhan yang sedang membuka pintu gudang.

"Kak Reza, Nana datang, Kak. Kakak baik-baik saja di sana?" teriak Alina, akan tetapi tidak ada sahutan.

Alina menghembuskan nafasnya, mungkinkah Reza merajuk karena Alina tak berhasil membuatnya terbebas dari hukuman.

Pintu terbuka, Alina segera berlari masuk. Alina mengedarkan pandangannya ke gudang yang sangat luas. Tiba-tiba matanya terhenti pada satu titik. Itu kakaknya sedang tergeletak tak berdaya, mungkinkah Reza tidur?

Alina segera mendekat, badannya kaku seketika. Apa-apaan ini? Darah? Alina melihat ke arah pisau yang ada di tangan kakaknya. Mungkinkah kakaknya bunuh diri?

Burhan menghampiri Alina, wajahnya memucat. Ini tidak mungkin, selama Reza di kurung tidak ada senjata tajam, termasuk pisau yang di letakkan di gudang ini.

"Astaghfirullah!" teriak Burhan.

"Kakak, nggak mungkin." Alina mendekati Reza yang sudah tak bernafas. Ia melihat ada lebam di dekat bibirnya.

"Nana, kamu tetap di sini, om mau panggil orang tuamu." Burhan segera keluar dari gudang.

Prank!

Suara benda jatuh mengejutkan Alina, ia melihat Marni yang sedang membawa makanan. Suara tersebut berasal dari Marni yang tak sengaja menjatuhkan nampan yang di bawanya.

"Tidak mungkin, i-ini ...."

"Kakakku tidak bunuh diri, aku yakin kakakku di bunuh," lirih Alina yang tak di dengar siapapun.

Marni mendekati Alina, ia memeluk Alina. Tangis Alina pecah, ia tak percaya jika kakaknya bunuh diri. Sangat tidak mungkin.

"Kakakku kenapa? Kalian janji buat jaga dia lalu ini kenapa?" teriak Alina di dalam dekapan Marni.

"Tenang, Nak. Kami lalai menjaga kakakmu, tapi percayalah kami sudah menjauhkan barang-barang yang dapat membahayakan kakakmu."

"Kalian pembunuh, kalian kemarin janji akan merawat kakakku."

Alina tersedu, ia tidak bodoh. Kakaknya di bunuh bukan bunuh diri, pengakuan dari Resta dan Restu sudah cukup menguatkan tuduhan Alina.

Berita kematian Reza menyebar dengan cepat, warga mulai berdatangan. Burhan dengan sibuknya memberikan klarifikasi tentang kematian Reza. Ia mengatakan jika Reza mati bunuh diri lantaran ia malu karena melakukan tindak asusila lagi kepada Marni, padahal jelas-jelas itu tidak benar. Alina semakin yakin kalau kakaknya di bunuh.

"Semua warga tenang, jadi kemarin karena kasihan dengan Reza saya memberikannya kebebasan di rumah kami. Namun, rupanya dia melakukan kesalahan lagi, dia berusaha melecehkan istri saya. Saya membogem dia hingga bibirnya lebam dan kembali mengurung Reza. Pagi ini ketika Nana dan saya melihat Reza kamu menemukan dia sudah tak berdaya," ucap Burhan memberikan klarifikasi.

"Kalian Pembunuh!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status