Share

Bab 6

Penulis: Rina Novita
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-25 16:12:08

"Kenalkan, saya Yuyun." Wanita itu menyodorkan tangannya padaku. Terlihat kuku-kuku panjangnya yang berwarna merah menyala.

"Saya Sera." Akhirnya aku bersalaman juga dengannya.

"Ternyata kamu cantik sekali Yuyun, persis ibu kamu waktu muda dulu," puji Ibu membuat wanita itu tersenyum bangga.

Yuyun memang memiliki wajah cantik dan berkulit putih. Tubuhnya tinggi dan langsing. Tapi sayangnya kelebihan yang ia miliki digunakan untuk menggoda  suami orang.

Apa Mas Agung sudah tahu kalau tamunya adalah si Yuyun ?

Terdengar suara mobil memasuki halaman. Sepertinya Mas Agung baru saja pulang. Aku sangat penasaran melihat ekspresi Mas Agung saat melihat Yuyun nanti.

"Assalamualaikum." Suara Mas Agung mengucapkan salam dari luar.

"Waalaikumsalam." Kami serempak menjawab salam.

"Loh, kok Mas Agung ada di sini?"

" Yuyun ...?"

Mas agung dan Yuyun nampak terkejut dan saling menunjuk.

Sepertinya mereka memang benar-benar tidak menyangka akan bertemu di sini.

Wajah wanita bermake up tebal itu nampak berbinar ketika melihat suamiku.

"Syukurlah kalau kalian saling kenal," ujar ibu dengan wajah bahagia.

"Yuyun ini anaknya tante Sania, Gung," lanjut ibu.

"Oh ya? Yuyun ini satu kantor denganku, Bu," jelas Mas Agung

"Wah hebat kamu bisa kerja di kantoran," puji ibu kepada Yuyun.

" Udah cantik, kerja di kantoran pula." Ibu tak henti-hentinya memuji pelakor itu.

"Gung, tolong bawa barang-barang Yuyun ke paviliun samping," pinta Ibu kemudian.

Mas Agung membawa barang-barang wanita itu ke paviliun, lewat pintu tembus yang ada di ruang makan.

"Yuyun di kantor divisi apa?" tanyaku.

"Emang kalau Yuyun jawab kamu paham, Ra?" serobot ibu dengan senyum mengejek.

"Paham dong, Bu." jawabku yakin. Jelaslah aku paham dengan perusahaanku sendiri.

"Memang Mbak Sera kerja di mana?" tanya Yuyun dengan senyum miring meremehkan.

"Perusahaan property," jawabku

"Pasti jadi sales ya hahaha ?" tebaknya seraya tertawa.

"Silahkan di minum, aku ke kamar dulu." Sebelum emosiku memuncak, lebih baik aku meninggalkan mereka. Belum saatnya aku membalas si pelakor itu. Biarlah sekarang ia tertawa puas.

Saat di kamar, "Mas, si Yuyun itu yang kamu pernah bilang perempuan nggak bener suka ganggu laki-laki di kantormu, kan?"

"I-iiyya. Tapi ternyata aku salah sangka. Yuyun itu wanita baik-baik, kok."

"Sepertinya Mas kenal dekat dengannya?" pancingku.

Mas Agung nampak mulai emosi.

"Kamu kenapa sih? Cemburu ya? Makanya Dek, kamu itu harus pandai merias diri seperti si Yuyun itu, wangi dan menarik."

Aku terhenyak mendengar ucapan Mas Agung barusan.

"Tega sekali kamu membanding-bandingkan aku dengan perempuan itu, Mas," seruku setengah berteriak.

"Kalau kamu mau aku dandan cantik dan wangi, ya modalin dong. Asal kamu tau, uang yang kamu kasih selama ini hanya cukup untuk makan semua keluarga ini. Belum lagi kalau kakakmu itu sering makan gratis di sini satu keluarga." Emosiku semakin meluap-luap.

Sungguh keterlaluan kamu Mas.

Aku memang tidak pernah berdandan berlebihan. Namun untuk perawatan tubuh dan wajah, rutin aku lakukan. Itupun dengan uang sendiri.

"Nggak usah bawa-bawa Mbak Lastri. Memang dasar kamu saja yang nggak bisa mengatur uang dengan baik," sahutnya seraya berjalan keluar kamar.

Awas kamu, Mas. Tidak lama lagi semua ini akan berakhir. Aku mencoba  untuk lebih bersabar saat ini.

-------

Pagi ini Dido akan memperkenalkan aku dengan seseorang yang akan menjelaskan semua tentang perusahaan.

Selama ini aku memang terlalu cuek dan tidak perduli. Bersyukur orang-orang kepercayaan papa tidak ada yang berkhianat.

Setelah semua pekerjaan rumah rapi dan Giskapun sudah berangkat ke sekolah. Aku segera bersiap-siap.

Sepertinya aku harus membeli banyak baju untuk bekerja nanti. Baju yang biasa aku pakai memang hanya gamis dan hijab instan model bergo yang praktis.

Aku memang jarang membelanjakan uangku sendiri. Khawatir Mas Agung dan Ibu curiga. Aku hanya memakai uangku  sendiri untuk perawatan rutin di salon.

Mas Agung sepertinya sudah berangkat. Mungkin Yuyun juga berangkat bareng dengan Mas Agung. Sengaja aku tidak keluar. Masih terasa kesal dan sakit hati mengingat perkataannya semalam.

"Bu, aku berangkat dulu." Ibu nampak terkejut melihat aku berpakaian sangat rapi dan memakai riasan wajah. Padahal riasan wajahku tidak setebal Yuyun ataupun Mbak Lastri.

"Mau ke mana kamu?"

"Aku diminta datang ke kantor yang menerimaku kerja, Bu."

Ibu masih nampak tercengang.

"Aku pamit ya bu." Aku menyalami Ibu yang masih menatap penuh tanya.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

-----

Aku baru saja sampai di Cafe tempat aku dan Dido akan bertemu.

[ Langsung masuk aja. Gue udah di dalam ]

Pesan dari Dido

Melangkah memasuki Cafe yang terbilang mewah ini. Di sudut, nampak Dido dengan seorang pria memakai jas berwarna abu.

"SERA ...Sini!"  Ampun deh si Dido nggak ada sopan-sopannya sama CEO.

"Hai Sera, Apa kabar?" sapa laki-laki yang duduk di sebelah Dido.

Suaranya .... Kenapa aku sangat mengenali suara itu.

"Kamu pasti lupa denganku, Rani." Laki-laki itu tersenyum.

"Ka-kamu ... Arief ?" tebakku seperti mengingat seseorang di masa lalu. Satu-satunya pria yang memanggilku Rani.

"Hahaha ....betul. Kamu makin cantik saja Rani."

"Ra, Arief ini ternyata anak Pak Ilham. Salah satu pemilik saham di perusahaan kita.

Sejenak terlintas  bayangan masa lalu. Ketika Arief dan aku berpisah setelah lulus SMA. Saat itu aku memutuskan melanjutkan pendidikan di jerman.

Dulu kami sangat dekat. Aku, Arief dan Dido.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (24)
goodnovel comment avatar
Yustien Ekowati
semakin menarik
goodnovel comment avatar
Johnmira Deikmeluarwan LuarwanDeikme
seru benar ...
goodnovel comment avatar
Johnmira Deikmeluarwan LuarwanDeikme
lanjutkan seru bangat
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Foto Pelakor di Profil Ponsel Suamiku   Bab 254

    Wajah Arnold dan Elena menegang melihat sang dokter berdiri di ambang pintu. "Bagaimana, Dok?" Elena pun tak sabar mendengar kondisi Ida dan bayinya. "Selamat, Pak. Anak Bapak perempuan dan sehat," ujar dokter wanita itu hingga Arnold dan Elena bernapas lega untuk sesaat. Namun wajah sepasang suami istri itu masih cemas karena belum mendengar bagaimana kondisi Ida. "Bagaimana kondisi ibunya, Dok?" tanya Arnold gemetar. "Bapak suaminya?" Sang dokter memandang intens pada Arnold. "Iy-iyyaa, Dok." Arnold tergagap merasa bersalah karena tidak pernah menemani Ida periksa ke rumah sakit. "Pak, kondisi Bu Ida saat ini ... kritis. Pendarahannya masih berusaha kita hentikan. Mohon bantu doa!" Arnold terhenyak setelah mendengar ucapan dokter. Ia tidak bisa bicara apapun hingga dokter itu berbalik meninggalkan dia dan Elena di ruang tunggu. "Ya Tuhan, suami macam apa aku ini. Elena ... Elena ... Ida kritis. Aku harus bagaimana?" Arnold mengguncang-guncangkan tubuh Elena. Ia tampak frus

  • Foto Pelakor di Profil Ponsel Suamiku   Bab. 253

    "Ida, kamu baik-baik saja, kan? Apa Arnold mengurusmu dengan baik?" Tanya Elena panik ketika Ida menghubunginya. Suara Ida terdengar serak dan parau hingga Elena merasa khawatir. "Kak, kapan kak Elena kembali ke Indonesia? Aku ingin Kak Elena ada di sini saat aku melahirkan." "Loh, memangnya Arnold kemana? Apa dia masih nggak peduli sama kamu?" Elena makin cemas. Selama ini ia memang jarang sekali menerima panggilan dari Arnold, kecuali ada masalah kantor yang harus mereka bicarakan. "Bang Arnold ... katanya sangat sibuk dengan pekerjaannya, Kak." Elena menghela napas kasar. Dari suara Ida yang ia dengar, ia mendugaa adik madunya itu sedang dalam masalah. Tapi sepertinya wanita yang sedang hamil tua itu masih menutupinya. "Baiklah, Ida. Aku akan selesaikan pekerjaanku di sini. Aku usahakan secepatnya kembali sebelum kamu melahirkan. Kamu dan bayimu harus sehat, oke?" "Terima kasih, Kak. Terima kasih!" Setelah menutup panggilan dari Ida, Elena mengirim pesan pada Arnold agar su

  • Foto Pelakor di Profil Ponsel Suamiku   Bab 252

    Serani kembali memekik saat tiba-tiba saja tubuhnya telah melayang karana diangkat oleh Pras. Kedua tangan kokoh suaminya itu menggendongnya ala bridal menuju sebuah ranjang berukuran sangat luas. Ranjang cantik itu dikelilingi kelambu tipis namun indah, serta taburan kelopak bunga mawar yang mengeluarkan aroma harum semerbak pada kamar itu. "Dokter bilang, kita sudah boleh ..., ehm jadi ... boleh, kan?" Pras membaringkan tubuh Serani perlahan di atas pembaringan yang begitu mewah dan nyaman. Sera tersenyum dengan wajah bersemu kemerahan saat pras sudah berada di atasnya. Wajah pria itu begitu dekat dengannya. "Aku juga rindu, Pras!" Wanita cantik itu mengalungkan kedua tangannya pada leher Pras, hingga pria itu tak lagi bisa menunggu. Ia pun mulai memberikan kecupan demi kecupan pada wajah Serani. Hingga kecupan itu berlanjut menjadi lumatan dan sesapan pada bibir Sera yang telah membuatnya candu. Entah siapa yang memulainya lebih dulu, beberapa menit kemudian keduanya telah mele

  • Foto Pelakor di Profil Ponsel Suamiku   Bab 251

    "Sayang, sudah bangun?" Pras membelai wajah Sera. Istrinya itu mengerjap karena baru saja terjaga dari tidurnya. Sera memiringkan tubuhnya menghadap pada Pras. "Sudah pukul berapa, Pras?" "Pukul enam pagi. Kita jadi ke kantor, kan hari ini? Sera pun bangkit. "Tentu, Pras. Kamu juga mulai ke kantor, kan?" "Ya, Sayang. Oh ya, bagaiman stok ASI baby Raja? Apa sudah cukup?" "Lebih dari cukup," sahut Sera bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Diam-diam Pras menyusul Sera ke kamar mandi yang ternyata memang tidak dikunci. Sera sepertinya lupa, karena sejak setelah melahirkan Raja, Sera selalu tak lupa mengunci pintu. "Praaass ...!" Sera memekik melihat Pras sudah berdiri di belakangnya, sementara ia baru saja melepaskan seluruh pakaiannya. Jantung Pras berdebar melihat tubuh polos istrinya yang hampir dua bulan tidak ia sentuh. Pagi ini Pras memberanikan diri mendekati Sera setelah sore kemarin dokter mengatakan bahwa Sera telah pulih. Istrinya itu juga telah melewati mas

  • Foto Pelakor di Profil Ponsel Suamiku   Bab 250

    "Abang, kita pulang sekarang?" Ida duduk di atas brankar. Jarum infus di tangannya baru saja dilepas. Wajah wanita itu masih terlihat pucat. "Sebentar!" Jawaban singkat dan tanpa menoleh dari Arnold lagi-lagi membuat Ida harus menarik napas panjang, guna menghalau rasa nyeri yang terus menderanya. Sejak kepergian Elena tadi, Ida melihat Arnold bolak balik mencoba menghubungi seseorang lewat ponselnya. Ia menduga. Arnold mencoba menghubungi Elena tapi wanita itu tidak mengangkatnya. Ida hanya diam menunggu Arnold yang masih mondar-mandir di depannya. Tiur yang berjanji akan datang lagi ternyata tidak jadi kembali. "Ya sudah, ayo kita pulang. Kamu bisa jalan, kan?" Arnold hanya memandangi Ida yang sedang berusaha turun dari brankar dengan tubuh yang lemah. "Permisi, Bu Ida pakai kursi roda ini saja. Tubuhnya masih sangat lemah." Seorang petugas UGD menyodorkan sebuah kursi roda. Ida yang sudah berdiri di tepi brankar perlahan duduk di kursi roda itu. Lalu petugas itu mendorong kurs

  • Foto Pelakor di Profil Ponsel Suamiku   Bab 249

    "Ya, Sekali lagi selamat atas kehamilan istri Bapak. Sore ini pasien boleh pulang setelah hasil observasi bagus." Arnold hanya mengangguk mendengar penjelasan dokter. Ia masih terdiam hingga dokter yang memeriksa Ida kembali ke ruangannya. Apa yang barusan ia dengar sungguh diluar dugaannya. "B-baang. Apa Abang tidak suka aku hamil?" tanya Ida dengan suara parau. Dadanya sesak karena tidak menemukan sedikitpun kebahagian di wajah Arnold setelah mendengar kehamilannya. Ia justru melihat Arnold bingung dan terkejut. Ida mencoba menekan rasa sedih dan kecewa yang ia rasakan. "Apa karena bukan Kak Elena yang hamil?" tanya Ida lagi. Kali ini ia berusaha lebih kuat untuk mendengar jawaban dari Arnold. "Sudahlah, jangan pikir macam-macam. Mamak dan bapak pasti senang. Aku ke depan dulu." Arnol pun meninggalkan Ida menuju ruang tunggu yang berada di depan UGD. "Hanya mamak dan bapak yang senang. Bang Arnold tidak." Ida menekan dadanya yang terasa penuh sesak. Berusaha agar air matanya tid

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status