Share

Bab 6

"Kenalkan, saya Yuyun." Wanita itu menyodorkan tangannya padaku. Terlihat kuku-kuku panjangnya yang berwarna merah menyala.

"Saya Sera." Akhirnya aku bersalaman juga dengannya.

"Ternyata kamu cantik sekali Yuyun, persis ibu kamu waktu muda dulu," puji Ibu membuat wanita itu tersenyum bangga.

Yuyun memang memiliki wajah cantik dan berkulit putih. Tubuhnya tinggi dan langsing. Tapi sayangnya kelebihan yang ia miliki digunakan untuk menggoda  suami orang.

Apa Mas Agung sudah tahu kalau tamunya adalah si Yuyun ?

Terdengar suara mobil memasuki halaman. Sepertinya Mas Agung baru saja pulang. Aku sangat penasaran melihat ekspresi Mas Agung saat melihat Yuyun nanti.

"Assalamualaikum." Suara Mas Agung mengucapkan salam dari luar.

"Waalaikumsalam." Kami serempak menjawab salam.

"Loh, kok Mas Agung ada di sini?"

" Yuyun ...?"

Mas agung dan Yuyun nampak terkejut dan saling menunjuk.

Sepertinya mereka memang benar-benar tidak menyangka akan bertemu di sini.

Wajah wanita bermake up tebal itu nampak berbinar ketika melihat suamiku.

"Syukurlah kalau kalian saling kenal," ujar ibu dengan wajah bahagia.

"Yuyun ini anaknya tante Sania, Gung," lanjut ibu.

"Oh ya? Yuyun ini satu kantor denganku, Bu," jelas Mas Agung

"Wah hebat kamu bisa kerja di kantoran," puji ibu kepada Yuyun.

" Udah cantik, kerja di kantoran pula." Ibu tak henti-hentinya memuji pelakor itu.

"Gung, tolong bawa barang-barang Yuyun ke paviliun samping," pinta Ibu kemudian.

Mas Agung membawa barang-barang wanita itu ke paviliun, lewat pintu tembus yang ada di ruang makan.

"Yuyun di kantor divisi apa?" tanyaku.

"Emang kalau Yuyun jawab kamu paham, Ra?" serobot ibu dengan senyum mengejek.

"Paham dong, Bu." jawabku yakin. Jelaslah aku paham dengan perusahaanku sendiri.

"Memang Mbak Sera kerja di mana?" tanya Yuyun dengan senyum miring meremehkan.

"Perusahaan property," jawabku

"Pasti jadi sales ya hahaha ?" tebaknya seraya tertawa.

"Silahkan di minum, aku ke kamar dulu." Sebelum emosiku memuncak, lebih baik aku meninggalkan mereka. Belum saatnya aku membalas si pelakor itu. Biarlah sekarang ia tertawa puas.

Saat di kamar, "Mas, si Yuyun itu yang kamu pernah bilang perempuan nggak bener suka ganggu laki-laki di kantormu, kan?"

"I-iiyya. Tapi ternyata aku salah sangka. Yuyun itu wanita baik-baik, kok."

"Sepertinya Mas kenal dekat dengannya?" pancingku.

Mas Agung nampak mulai emosi.

"Kamu kenapa sih? Cemburu ya? Makanya Dek, kamu itu harus pandai merias diri seperti si Yuyun itu, wangi dan menarik."

Aku terhenyak mendengar ucapan Mas Agung barusan.

"Tega sekali kamu membanding-bandingkan aku dengan perempuan itu, Mas," seruku setengah berteriak.

"Kalau kamu mau aku dandan cantik dan wangi, ya modalin dong. Asal kamu tau, uang yang kamu kasih selama ini hanya cukup untuk makan semua keluarga ini. Belum lagi kalau kakakmu itu sering makan gratis di sini satu keluarga." Emosiku semakin meluap-luap.

Sungguh keterlaluan kamu Mas.

Aku memang tidak pernah berdandan berlebihan. Namun untuk perawatan tubuh dan wajah, rutin aku lakukan. Itupun dengan uang sendiri.

"Nggak usah bawa-bawa Mbak Lastri. Memang dasar kamu saja yang nggak bisa mengatur uang dengan baik," sahutnya seraya berjalan keluar kamar.

Awas kamu, Mas. Tidak lama lagi semua ini akan berakhir. Aku mencoba  untuk lebih bersabar saat ini.

-------

Pagi ini Dido akan memperkenalkan aku dengan seseorang yang akan menjelaskan semua tentang perusahaan.

Selama ini aku memang terlalu cuek dan tidak perduli. Bersyukur orang-orang kepercayaan papa tidak ada yang berkhianat.

Setelah semua pekerjaan rumah rapi dan Giskapun sudah berangkat ke sekolah. Aku segera bersiap-siap.

Sepertinya aku harus membeli banyak baju untuk bekerja nanti. Baju yang biasa aku pakai memang hanya gamis dan hijab instan model bergo yang praktis.

Aku memang jarang membelanjakan uangku sendiri. Khawatir Mas Agung dan Ibu curiga. Aku hanya memakai uangku  sendiri untuk perawatan rutin di salon.

Mas Agung sepertinya sudah berangkat. Mungkin Yuyun juga berangkat bareng dengan Mas Agung. Sengaja aku tidak keluar. Masih terasa kesal dan sakit hati mengingat perkataannya semalam.

"Bu, aku berangkat dulu." Ibu nampak terkejut melihat aku berpakaian sangat rapi dan memakai riasan wajah. Padahal riasan wajahku tidak setebal Yuyun ataupun Mbak Lastri.

"Mau ke mana kamu?"

"Aku diminta datang ke kantor yang menerimaku kerja, Bu."

Ibu masih nampak tercengang.

"Aku pamit ya bu." Aku menyalami Ibu yang masih menatap penuh tanya.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

-----

Aku baru saja sampai di Cafe tempat aku dan Dido akan bertemu.

[ Langsung masuk aja. Gue udah di dalam ]

Pesan dari Dido

Melangkah memasuki Cafe yang terbilang mewah ini. Di sudut, nampak Dido dengan seorang pria memakai jas berwarna abu.

"SERA ...Sini!"  Ampun deh si Dido nggak ada sopan-sopannya sama CEO.

"Hai Sera, Apa kabar?" sapa laki-laki yang duduk di sebelah Dido.

Suaranya .... Kenapa aku sangat mengenali suara itu.

"Kamu pasti lupa denganku, Rani." Laki-laki itu tersenyum.

"Ka-kamu ... Arief ?" tebakku seperti mengingat seseorang di masa lalu. Satu-satunya pria yang memanggilku Rani.

"Hahaha ....betul. Kamu makin cantik saja Rani."

"Ra, Arief ini ternyata anak Pak Ilham. Salah satu pemilik saham di perusahaan kita.

Sejenak terlintas  bayangan masa lalu. Ketika Arief dan aku berpisah setelah lulus SMA. Saat itu aku memutuskan melanjutkan pendidikan di jerman.

Dulu kami sangat dekat. Aku, Arief dan Dido.

Komen (20)
goodnovel comment avatar
sdnegeri 3 ubrug
well bacukahahhs
goodnovel comment avatar
NJ Nur
lanjutkan. best sangat
goodnovel comment avatar
Daud Hisham
wah makin menarik..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status