Share

GADIS LUMPUH KESAYANGAN CEO
GADIS LUMPUH KESAYANGAN CEO
Penulis: bonanzalalala

KESIALAN BERUNTUN

“Kemasi barangmu,” ucap Pimpinan perusahaan arsitek di mana Margareta bekerja. “Kamu sudah membuat klien istimewa kita kecewa dan gajimu selama bertahun-tahun pun tak akan bisa mengganti kerugian ini.”

Margareta tertegun. Dia tak tahu jika kesalahan yang dia lakukan akan berdampak besar pada karirnya.

“Pak, saya bisa jelaskan—“

“Tidak perlu dijelaskan. Semua ini sudah sangat merugikan perusahaan kita dan kamu harus bertanggung jawab. Kemasi barangmu secepatnya sekarang!” balas pria bertubuh jangkung itu.

Margareta tahu dia memang melakukan kesalahan saat menemui klien yang merupakan seorang influencer ternama itu. Ya, pria bernama Jason itu memang menjadi klien premium di perusahaan tempat Margareta bekerja. Pria itu ingin membuat sebuah desain kafe unik untuk tempat nongkrong para influencer.

Margareta membuat desain kafe yang hommy dengan konsep artsy untuk Jason. Dia selalu membuat laporan mingguan.

Anehnya, Jumat lalu, Jason mengajak Margareta bertemu. Mereka bertemu di sebuah bar privat yang telah disewa oleh Jason.

Sejujurnya Margareta sudah memiliki firasat buruk. Dia merasa Jason berniat lain.

Namun, dengan dalih profesionalisme, Jason terus mendesak Margareta ke sana. Mau tak mau, Margareta akhirnya datang ke sana.

Awal pertemuan cukup baik dan kecanggungan Margareta atau akrab disapa Reta itu. Ketika Reta mulai merasa nyaman saat berdiskusi, tangan kanan Jason mendadak menyentuh paha Reta.

Bola mata Reta mendelik seketika. Dia kaget.

Refleks, tangan kanan Reta meraih gelas minumnya. Dia langsung mengguyurkan gelas minumnya itu ke wajah Jason.

BYUR!

Jason menganga lebar mulutnya saking kagetnya. Reta langsung bangun dari duduknya. Dia mengambil tas dan berkasnya yang sedikit basah karena cipratan air minumnya. Langkah kakinya berlari cepat keluar dari bar privat yang disewa Jason.

Sialnya pagi ini Reta langsung dihakimi. Jason akan mendenda ratusan juta jika Reta tak dikeluarkan dari perusahaan. Selain itu, Jason akan memperkarakan secara hukum di pengadilan jika keinginannya itu tidak dipenuhi.

Reta tentu saja tak mampu membela diri. Dia tak memiliki bukti karena saat itu dia datang sendirian. Selain itu, dia tak memiliki rekaman kamera CCTV di bar privat itu sebagai bukti.

Benar! Rekaman CCTV! Aku harus mendapatkannya! Reta tertegun menyadari bukti yang harus dia miliki.

“Pak, kalau saya bisa membuktikan bahwa saya tidak bersalah, apa Bapak bisa membatalkan pemecatan saya?” tanya Reta dengan penuh harap.

“Kemasi saja. Kamu itu sumber masalah di perusahaanku. Jangan bawa kesialanmu lebih banyak lagi di sini. Aku tidak mau perusahaanku gulung tikar,” tolak pria itu dengan sadis.

Reta menggemeratakkan giginya. Dia menggenggam erat jemari tangannya. Dia tak mau dipecat. Dia harus tetap bekerja karena dia butuh banyak biaya. Salah satunya adalah biaya untuk pengobatan dan perawatan ibunya yang menderita depresi berat di rumah sakit jiwa akibat perceraian dengan ayah beberapa tahun lalu.

“Bapak lihat saja nanti. Saya pasti akan bawakan buktinya!” tekad Reta tak tersurutkan.

Langkah Reta terayun keluar ruang kerjanya. Dia tak membawa banyak hal karena di meja kerja kantornya hanya ada laptop kantor dan buku catatan saja.

Selama bekerja hampir 5 tahun di perusahaan itu, Reta tak pernah sekalipun menaruh barang-barang pribadinya di sana. Selain memang tak memiliki kegemaran mengoleksi barang, Reta sebenarnya memang sangat hemat dan cenderung pelit. Karena itulah, dia hanya membeli makanan dan mengumpulkan banyak diskon. Jika ada uang lebih, dia memilih menabungnya daripada digunakan untuk berfoya-foya.

Reta takut suatu saat dirinya sakit dan tak bisa bekerja. Sementara itu, dia belum menemukan seorang pria yang bisa dia percayai sebagai pasangan yang baik.

Perceraian ayah dan ibunya yang berakhir mengerikan itu membuat Reta mengalami trust issue pada setiap laki-laki yang mencoba mendekatinya. Ditambah lagi, kini dia terlibat masalah dengan Jason. Kepercayaan Reta pada laki-laki semakin anjlok ke inti bumi.

Reta mengikat rambutnya yang tergerai. Dia melangkah menuju parkiran dan segera menaiki motor matic-nya. Tujuannya sekarang adalah hotel tempat bar privat itu berada. Dia akan meminta pihak hotel untuk membantunya mengakses rekaman CCTV sebagai bukti.

“Aku nggak boleh dipecat. Aku butuh uang,” gumam Reta sepenuh tenaga. Dia tak mau menjadi pengangguran. Apalagi, sekarang itu, mencari pekerjaan sangat susah. Ditambah lagi, jika memiliki masalah di kantor sebelumnya atau dipecat. Reta tak mampu membayangkan itu semua.

Reta menambah kecepatan motornya. Dia melaju masuk ke dalam parkiran hotel. Usai memarkir motornya, dia berlari kecil masuk ke dalam lift hotel yang ada di bagian basement hotel itu.

Dia naik ke bagian lantai satu. Di sana, dia menghampiri bagian resepsionis dan bertanya apa dirinya bisa mengakses rekaman CCTV hotel.

“Maaf, Bu. Hotel kami tidak bisa memberikan izin orang luar untuk mengakses rekaman CCTV tersebut,” ujar perempuan cantik yang menjaga bagian resepsionis itu.

“Tapi, ini penting. Ada orang yang berbuat jahat pada saya dan saya butuh rekaman CCTV sebagai buktinya,” terang Reta mendesak.

“Maaf, Bu. Sejauh kami beroperasi, hotel kami ini adalah hotel berbintang dengan layanan prima. Kami memiliki penjagaan ketat sehingga para pengunjung nyaman. Mana mungkin ada kejahatan terjadi di sini. Ibu jangan menyebarkan isu negatif tentang hotel kami,” balas si resepsionis. Kali ini dengan tatapan tajam dan tak bersahabat.

Reta tahu si resepsionis mulai tersinggung karena pernyataannya. Namun, dia memang mengalami kejahatan pelecehan dari Jason di hotel ini.

“Saya sungguh tidak berbohong. Saya benar-benar menjadi korban,” timpal Reta. Kali ini dengan lebih ngotot.

Pihak resepsionis tidak membalas. Dia malah mengambil telepon dan menghubungi seseorang.

“Iya. Tolong segera ke sini ya? Saya tunggu,” ucap si resepsionis sebelum menutup teleponnya.

Reta kira si resepsionis itu berniat mengabulkan permintaannya. Namun, tebakan Reta salah.

Resepsionis memanggil satpam. Dua orang satpam menghampiri Reta dan langsung memegangi kedua tangan Reta.

“Ayo keluar!” ucap satpam hotel dengan galaknya.

“Argh! Lepas! Lepaskan aku!” teriak Reta. “Aku ini butuh bukti! Hotel ini benar-benar tempat terjadinya kejahatan. Aku ini korban! Tolong percaya padaku!”

“Anda jangan melawan,” balas si satpam hotel.

Reta diseret keluar hotel dengan sangat kasar dan tidak sopan. Bahkan, tubuh Reta didorong keluar dari lobi hotel dengan keras.

“AKH!” Reta jatuh tersungkur. Tangan dan lututnya lecet karena berbenturan dengan lantai kasar.

“Pergi dari sini atau kami laporkan ke polisi!” usir satpam. “Anda sudah membuat pengunjung hotel tidak nyaman. Kami bisa menuntut Anda dan memenjarakan.”

Reta menelan ludahnya. Dia tak mau dipenjara. Namun, dia masih membutuhkan bukti itu.

Segera Reta bangun dari duduknya. Dia membersihkan roknya yang sedikit sobek di bagian bawah. Pandangannya geram menatap ke arah satpam itu.

“Awas aja kalian! Bakal aku bikin kalian minta maaf balik padaku!” oceh Reta marah-marah.

Reta mendengkus sebal. Langkahnya kembali ke parkiran dan segera menaiki motornya.

Dia harus mencari cara lain untuk mendapatkan rekaman CCTV itu. Sayangnya, kepala dan hatinya sekarang panas semua karena amarah. Dia tak mampu berpikir jernih sekarang.

“Pulang dulu sajalah,” ucap Reta.

Dia menggunakan helmnya yang berwarna hijau muda dengan gambar katak keropi. Dia menyukai hal-hal berwarna hijau dan bermotif katak keropi. Bahkan, dia rela menjahit piyamanya dengan modal kain katun hijau bermotif keropi.

Reta mengendarai motornya menuju rumah. Dia ingin bersantai di kamar dan berpikir tenang.

Di depan ada sebuah perempatan. Lampu lalu lintas sudah berwarna merah. Tanda bahwa semua kendaraan harus berhenti.

Reta mengikuti rambu-rambu lalu lintas. Dia berhenti dan menunggu lampu lalu lintas berubah warna menjadi hijau.

Posisi Reta tepat di barisan depan di sebelah kiri dekat lampu lalu lintas. Dari belakang Reta ada sebuah mobil sport berwarna hitam melaju dengan cepat.

Tak ada bunyi klakson. Reta bahkan tak sempat mengetahui bahwa mobil sport hitam itu melaju kencang dan menyundul motornya dari belakang.

Yang Reta tahu adalah tubuhnya tertubruk kencang dan terlempar tinggi ke sisi kiri jalan. BRUK!

Suara dentuman tubuh Reta menghantam aspal terdengar kencang. Reta merasakan sekujur tubuhnya terasa sakit dan remuk.

Reta sungguh ingin bisa bergerak. Namun, syaraf tubuhnya tak bisa diajak kerjasama. Perlahan pandangan Reta mengabur dan gelap.

bonanzalalala

JANGAN LUPA BERIKAN DUKUNGAN PADA PENULIS. INGIN TAHU KARYA PENULIS YANG LAINNYA? FOLLOW IG @bonanzalalala HAPPY READING ALL :D

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status