Mashayu POVPagi itu dokter mengatakan jika aku sudah boleh pulang, lalu membuatkan resep obat agar kesehatanku semakin membaik. Kulihat Albiru masih setia berada di sisiku untuk memeriksa suhu tubuh ataupun hanya sekedar membetulkan selang infuse yang tertindih olehku.Wajah lelah dan mata memerahnya seakan membuatku yakin jika semalaman pria itu terus terjaga tanpa memejamkan matanya akibat ulahku yang awalnya memang hanya berpura-pura pingsan. ntah bagaimana aku bisa pingsan sungguhan, ingin kutertawa mendapati kejadian yang menimpaku ini, namun tentu saja hal itu akan membuat Albiru mengamuk.“Mashayu, kita pulang hari ini,” ucap Biru sambil membereskan pakaianku.“Apa? Pulang kemana?” jawabku, kupikir pria ini akan melepaskanku dan mengembalikanku pada ibuku setelah drama sakit yang sudah kulakukan.“Ke mansion tentu saja!” ucap Biru.“Aku ingin pulang ke rumah Albiru!” bentakku seketika bayangan pernikahan kembali menghantui pikiranku, aku sungguh tidak ingin menikah dengan pria
Bagaikan seorang putri raja dengan segala keindahannya, Mashayu berjalan pelan, sisa-sisa liquid bening masih tampak jelas pada netra berbulu lentik itu. Gaun putih tulang berhiaskan palet swarovsky menghiasai pinggirannya, sapuan ekor gaun yang menjuntai ke lantai itu mampu membius semua mata yang melihat, kini ‘pengantin terpaksa’ Albiru tersebut memasukki area acara pernikahan, dengan tubuh gemetar berjalan menuju kursi akad, membuat semua mata terpusat pada gadis tawanan tersebut. Dia duduk di sana, bersama seorang wali yang menggantikan ayahku, dia penjahat tampan itu melihat ke arahku, meskipun dengan ekspresi wajah yang datar tetapi bisa kupastikan jika hatinya tengah bersorak riang karena berhasil memenangkan ‘pertandingan’ di antara kami selama ini. Tamatlah riwayatmu Mashayu, pernikahan tanpa cinta ini akan segera terjadi, tetapi ada yang aneh dalam hatiku, bagaimana mungkin aku bisa melihat sosok itu pada diri Albiru, sosok kakak kelasku yang sangat kurindukan itu, tiba-ti
Albiru membawa istri tawanannya tersebut ke ruangan yang penuh daya pikat bagi sepasang pengantin baru, hiasan animal folding towel yang berbentuk dua angsa saling bertautan dan dikelilingi oleh taburan bunga mawar merah seakan menambah aura romantisme untuk pria itu, lilin beraroma terapi penambah gairah dengan cahaya temaram membuat suasana kamar berjenis president suit itu mampu membius siapa saja yang memasukkinya dengan membawa pasangan. Pria bertubuh atletis tersebut tak dapat melepaskan pandangannya pada sang istri, baginya hari ini adalah hari yang paling membahagiakan untuk seorang Albiru Declaire, dan sebaliknya bagi Mashayu yang menganggap hari ini sebagai hari dimulainya kehancuran hidup gadis itu. “Bi-biru, aku bisa berjalan sendiri!” ucap Mashayu saat suaminya mencoba mengangkat tubuhnya ke ranjang. “Albiru, turunkan aku!” sekali lagi pengantin cantik itu menolak sentuhan suaminya. “Kau sudah resmi menjadi milikku, Shayu! Aku sudah membayar mahal untuk membelimu,” uca
“Albiru, kau mau apa!” ucap Mashayu sambil memundurkan langkahnya. “Mau apa? Mau menuntut hakku tentu saja,” senyuman tersungging di bibir manis itu. “Tidak Biru, beri aku waktu aku belum siap!” Mashayu semakin menghindari Albiru, hingga tubuhnya menyentuh dinding. “Mau lari kemana kau Shayu!” tatapan pria itu terlihat semakin menakutkan. “Aku tidak akan lari, aku hanya sedang meminta perpanjangan waktu saja!” “Lelucon apa ini?” suami Mashayu tersebut mulai mengec*p bibir gadis itu, perlahan sementara tangannya mulai bergerilya menelusuri tubuh indah dalam kungkungannya itu. Mashayu mencoba berontak tetapi lagi-lagi ia harus sadar jika kekuatannya tidak sebanding dengan pria itu. “Bernapas Mashayu!” ucap pria itu di tengah-tengah pagutan mereka, Albiru bergerak aktif seakan tak ingin rasa manis dalam rongga bibir itu terlepas. Namun saat pria itu sedang terlarut dalam keliaran tiba-tiba saja istri tawanannya itu menghancurkan semuanya. “Auw!” pekik Albiru, saat gigi Mashayu me
Mashayu menahan rasa sakit pada sekujur tubuhnya entah sudah berapa kali pria itu melakukan hal itu pada gadis bertubuh ramping itu, sangat sulit untuk membedakan anatara rasa terbang melayang ke surga dan nyeri begitu bercampur menjadi satu. Karena merasa tenaganya sudah terkuras habis akibat harus mengimbangi sang suami membuat gadis itu pun terlelap, Mashayu sudah tak perduli lagi pada Albiru yang masih melanjutkan kegiatannya pada tubuhnya. Keesokan harinya Seorang maid memasukki kamar itu, membersekan semua kekacauan yang tercipta, termasuk noda-noda merah tanda hilangnya kesucian gadis itu, merasa seseorang sedang berada di kamar itu, Mashayu pun terbangun, membuuka matanya perlahan. Meskipun sebenarnya ia masih sangat ingin memjamkan matanya akibat tubuhnya yang remuk redam. “Selamat pagi nyonya,” sapa maid tersebut sambil membantu Mashayu untu bangkit. “Pagi,” balas Mashayu sambil menggunakan selimut untuk menutupi tubuhnya yang nasih polos tanpa sehelai benang sedikitpun.
Albiru POVSejak malam itu aku merasa jika aku benar-benar telah memiliki Mashayu seutuhnya, bayangan tentang setiap inci tubuh itu kembali membuatku tidak bisa berfikir dengan jernih, sayangnya aku harus meninggalkan istriku itu sendirian di mansion sebab mama meneleponku dan memberitahukan jika keadaan opa memburuk, belakangan ini kondisi kesehatan kakekku memang cukup membuat kami khawatir.Tanpa sempat berpamitan pada Shayu, aku pun berangkat ke London saat itu juga, di pagi buta saat Shayu belum terbangun dari tidurnya setelah kegiatan panas kami semalam. Kupandangi tubuuh yang masih terlelap itu dan kukecup keningnya, entah mengapa melihatnya setenang itu membuatku sedikit melupakan dendam di antara kami.Hearthrow LondonDi sinilah aku sekarang, di sebuah rumah sakit ternama di kota London. Kupandangi tubuh renta yang telah terbaring selama lima tahun ini, di sebuah ruang ICU dengan beberapa selang yang terpasang pada tubuhnya.Opa, jika saja saat itu Opa tidak mengalami kecela
Tiga hari tanpa Albiru membuat Mashayu sedikit tak tenang, ia begitu mengkhawatirkan suami gilanya itu, beberapa kali gadis itu memeriksa polselnya, namun sama sekalii tidak ada tanda-tanda sang suami menghubungi dirinya, meskipun Mashayu belum mengganti nomor itu tetapi ia ingat jik ia telah menyimpan nomor Albiru pada kontaknya, sebab selama ini Albiru cukup kerap menelepon gadis itu untuk membayar hutangnya. Tidak ada kegiatan lain yang dilakukan Mashayu selain makan, tidur, menonton film atau sekedar mengobrol dengan para maid yang sangat setia padanya itu. “Nila, apakah sudah ada kabar dari tuan?” tanya Mashayu. “Belum nyonya, tetapi tuan telah meminta saya untuk melapor tentang keadaan nyonya satu jam sekali secara berkala,” ucap Nila. Ah menyebalkan sekali, ia bebas tau tentang keadaanku, tetapi aku sama sekali tidak tau tentang keadaannya, gumam gadis cantik itu. “Nila, apa aku boleh berjalan-jalan hari ini? aku ingin keluar sebentar,” tanya Mashayu pada wanita yang kini t
Albiru membuka pintu itu perlahan, dini hari ini saat sang surya belum menampakkan dirinya, pria itu telah tiba di Indonesia, setibanya di bandara Soetta ia segera melajukan mobilnya untuk pulang ke rumah. Tak sabar untuk bertemu dengan Mashayu, gadis yang telah ia nikahi seminggu yang lalu itu. Mashayu POV Aku terbangun dari tidur panjangku saat tubuhku merasa tertindih oleh sesuatu yang berat dan kokoh, rasa kantuk yang masih menyiksa membuatku tidak ingin membuka mataku dan melanjutkan tidurku dengan nyenyak. “Albiru?” tanyaku, akibat rasa sesak tindihan makhluk itu akupun terpaksa membuka mataku, yang ternyata adalah suamiku sendiri. “Sudah kuduga kau hanya pura-pura tidur Shayu,” ucap Albiru mengecup bibir ranum itu. “Aku tidak berpura-pura!” jawabku. Namun Albiru terlihat seperti seekor singa kelaparan yang ingin segera menerkamku, jujur saja aku cukup merindukan wajah tampan itu, jika kemarin aku mengkhawatirkan dirinya, tidak dengan saat ini, karena aku lebih mengkhawatir