Share

Akun Media Sosial

GAIRAH CINTA TERLARANG

PART 6

Aku tak mampu menafsir apa yang sedang terjadi di tempat ini. Hanya mampu mendengar dan mencoba mencerna ucapan Roby, Thalita dan juga Mas Satria.

Ayo Mbak!" Ajak Roby pada Thalita.

"Tunggu!" tegasku.

"Kamu panggil Thalita apa, Rob?" Pertanyaanku membuat Roby tidak nyaman.

"Sayang, kan udah aku bilang jangan malu akuin aku di depan umum, sebentar lagi aku kan jadi istrimu," ujar Thalita manja, tangannya bergelayut manja di lengan Roby. Namun, matanya melirik ke arah Mas Satria.

"Hemmm, iya, maklum baru pertama, hahahhaha ... saya antar Thalita dulu ya, Bu, Pak."

Roby menarik pergelangan tangan Thalita. Beberapa detik kemudian mereka telah hilang dari pandangan mataku.

"Udah Pa, nggak usah dilihatin terus, orangnya udah hilang."

Aku mendengkus kesal melihat sikap Mas Satria yang terus memandang ke arah Roby dan Thalita, padahal, mereka tidak terlihat lagi.

"Ah Mama, papa cuma lihatin doang, beruntung ya! Roby dapat gebetan secantik dan sebaik Thalita," ujarnya tanpa rasa bersalah.

"Oh, jadinya Papa nggak beruntung memiliki mama, hah?" tanyaku cepat. Memasang muka kesal dengan ucapannya yang membangkitkan api cemburu di hati.

"Nggak, nggak gitu Ma, Mama itu paling cantik dan paling papa cinta. Nomor satu di hati papa."

Mas Satria memelukku erat dan melayang kecupan yang bertubi di wajahku.

"Pa, jangan berlebih di depan umum, malu," desisku pelan dan menjauh dari pelukannya.

"Tania Larasati aku mencintaimu sepenuh hatikuuuuu!" teriaknya kencang, semua pengunjung memandang heran ke arah kami. 

"Pa, sssstt! malu," desisku kesal.

"Istri sendiri pun," kilahnya dengan memanyunkan wajahnya.

"Katanya mau keluar kota, kenapa masih di sini, Pa?" tanyaku dengan menatapnya tajam. Aku butuh jawaban konkrit darinya.

"Tadi, pas mau berangkat, Roby minta Papa tunda sebentar perjalanan untuk berjumpa dengan Talitha, Ma." Alasan yang Mas Satria berikan untukku.

"Kenapa papa ikut-ikutan, hah?" Interogasiku. Hati siapa yang tidak cemburu. Suami berduaan dengan wanita lain.

"Sekalian mau dikenalin ke papa, Ma, Roby sudah seperti adik papa sendiri." Alasan yang terlalu bijak.

Sulit untuk kupahami dan dimengerti. Rasa hati tidak tenang, jiwa gelisah dan resah tidak jelas. 

"Ada apa sebenarnya yang terjadi, ya Allah, tunjukkan jalan kebenaran atas segala yang terjadi dalam hidupku," pintaku dalam hati. Tiada tempat berserah dan bergantung, selain Allah--sang pemilik hidup.

"Mama sendiri, ngapain jauh-jauh kesini?" Dia mulai menginterogasiku.

"Mau belanja untuk anak-anak."

Kuungkap tujuan utama melangkahkan kaki ke tempat ini.

"Papa temanin, sembari menunggu Roby antar Thalita," tawarnya padaku.

"Boleh."

Aku Bangkit dari kursi mengandeng tangan Mas Satria. Pengunjung cafe melihat ke arahku. Berusaha setenang mungkin berjalan tanpa memperdulikan mereka yang terus memandang ke arah kami dan berbisik-bisik dengan teman semeja mereka. Entah apa yang sedang mereka katakan untuk kami.

Mas Satria menemaniku belanja sepuasnya. Memilih barang-barang untuk ketiga buah hati kami.

Setelah puas berbelanja, Mas Satria melanjutkan perjalanannya. Sementara aku kembali ke rumah. Tak sabar melihat ekspresi anak-anak dengan barang bawaanku.

****

Hari ini, Mas Satria akan pulang, kemungkinan nanti sore atau pun malam dia akan sampai ke rumah.

Santai di ruang tamu dengan merebahkan diri di sofa mewah milikku. Memulai pencarian untuk mengungkap teka-teki yang menganjal dalam batinku.

Sungguh tidak enak rasanya, memiliki harta yang melimpah, akan tetapi, batin dan jiwa diselimuti rasa resah dan gelisah yang teramat membebani.

Aku membuka aplikasi f******k, sudah lama aku tidak mengakses akunku. Terakhir pas Arisya aqiqah. Itu pun hanya mengupload beberapa foto keluarga. Beranda dipenuhi oleh beragam status dan foto dari akun teman-teman dunia nyataku atau pun dunia maya.

Aku tekan di bilah pencarian, mencari nama Karmila, rasa penasaranku membuncah di dada tentang wanita bernama Karmila.  Gerak-geriknya sangat aneh menurutku. Bagaimana mungkin dia bisa mengetahui terlalu jauh tentangku, jika dia hanya rekan kerja Mas Satria. Anaknya pun sangat nyaman di gendongan suamiku.

Di bilah pencarian sangat banyak yang namanyanya Karmila. Tiba-tiba aku teringat, jika memang Karmila rekan bisnisnya Mas Satria, pastinya mereka juga berteman.

Aku klik akun Mas Satria, ternyata, pembaharuan statusnya beberapa menit yang lalu.

[Bersabarlah, semuanya akan indah pada waktunya.] Di tambah emoticon love yang berjejer rapi.

"Apa maksud dari statusnya Mas Satria?" tanyaku dalam hati.

Hatiku berdegup kencang, adakah rahasia yang sedang berlangsung di belakangku. Drama apa yang sedang Mas Satria mainkan untukku? 

"Aaaaarrrggghhh!" pekikku kesal.

Cemburu sudah menguasai relung hati. Sulit sekali mengendalikan rasa cemburuku. Sikapku terlalu kekanak-kanakan, hanya bisa marah dan menanggis. Aku terlalu bodoh membiarkan semuanya berjalan seadanya tanpa curiga sedikit pun.

"Tenang Tania, tenang," ucapku pada diriku sendiri.

"Semua akan baik-baik saja, Satria tidak akan menyakitimu," hiburku pada diri sendiri.

Kubaca setiap kata-kata yang Mas Satria tulis. Terkesan alay seperti anak muda yang jatuh cinta. Setiap postingan mengandung unsur cinta, kecewa, sabar dan hal-hal yang berbau remaja.

Sebenarnya hal yang biasa saja, namun, rasa curiga sudah mengendalikan hati, semua terasa serba salah. 

Tidak ada nama wanita lain atau pun foto wanita lain dalam setiap postingannya. Namun, setiap kata-kata di postingannya menghidupkan api cemburuku.

Aku mencari nama Karmila di pertemanan Mas Satria. Tidak susah untuk menemukannya, karena, hanya ada satu nama akun yang bernama Karmila.

"Sial, sial, sial!" Gerutu kesal. 

Aku tidak bisa melihat postingan apapun di akun Karmila, aku harus mengirim pertemanan terlebih dahulu. Hal itu enggan aku lakukan.

Memutar pikiran untuk menemukan cara agar aku bisa melihat setiap postingan wanita yang katanya rekan bisnis Mas Satria.

"Bod*h, kan aku tahu aku password akun Mas Satria," gumamku pelan.

"Baru segini ajha masalahnya, otakku sudah lemot," keluhku sambil memukul pelan kepalaku.

Segera ku logout akunku, menekan email dan pasword  akun Mas Satria. Kalimat yang tertera di layar ponsel mahalku, sungguh, mencabik-cabik hatiku.

Bagaimana tidak, email dan paswordnya tidak lagi sikron. Sejak kapan itu sudah berlaku, aku tidak tahu, sangat lama sekali aku tidak membuka akun mas Satria. 

"No ... no ... nooooo!" teriakku kesal sambil membanting bantal sofa ke lantai.

"Pa, kamu mau main-main denganku, oke, kita lihat siapa yang akan menang!" Dadaku terasa panas. 

"Oke, sekarang akun Thalita," desisku pelan. Berbicara seorang diri dengan jantung bagai genderang yang mau perang.

Tanganku terus menekan layar ponsel, mencari akun Thalita di pertemanan Mas Satria. Akunnya aku temukan, foto profilnya sangat menggoda. Rambut panjangnya terurai dengan mini dress yang menampakkan bentuk payud*ranya.

Aku baca setiap postingannya, biasa saja, tidak ada yang aneh, masalah percintaan serta beberapa tautan yang membuatku heran, tautan tentang menjadi istri kedua, poligami, dan nikah siri.

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status