Alisha menatap meja makan yang penuh dengan berbagai macam jenis sayuran, perempuan itu tidak dapat menahan diri untuk tidak meringis. Alisha bisa membayangkan akan selapar apa perutnya sampai waktu makan siang nanti jika hanya di isi dengan berbagai jenis sayuran tanpa sesuap nasi.
“Jadi nama kamu Alisha?”
Alisha mengalihkan pandangan kepada Anggela yang duduk di ujung meja, perempuan dengan lipstick semerah darah itu menunjukan kuasanya dengan baik. Alisha bahkan tidak perlu bertanya untuk menyadari bahwa Anggela adalah orang yang paling menguasai paviliun kanan.
“Kamu benar-benar putri Galahan Erlang?” perempuan dengan rambut ikal bertanya.
“Iya.” Jawab Alisha sembari memindahkan beberapa lembar selada ke mangkuknya, perempuan itu sama sekali tidak habis pikir bagaimana nona-nona muda ini bisa sangat menikmati sarapan mereka.
“Kamu enggak suka makanannya?” tanya perempuan bermata bundar. “Ah, kamu pasti enggak terbiasa dengan salad.” Ucap perempuan tadi sembari terkikik.
“Astaga, kamu benar-benar mencoreng nama baik keluarga Erlang, Alisha hahahah.” Perempuan dengan wajah pucat yang duduk di samping Anggela ikut terkikik, “Pantas Galahan menyembunyikan keberadaan kamu selama ini.”
Tangan Alisha terkepal, perempuan itu cukup cerdas untuk menyadari bahwa ia sedang di rundung.
“Astaga, maafin aku ya Al. Seharusnya aku tanya dulu apa makanan kesukaan kamu sebelum mengundang kamu sarapan bersama kami di sini.” Anggela mengulum senyum, meski begitu Alisha bisa merasakan tatapan meremehkan dari perempuan itu.
Tangan Anggela terangkat, melihat hal tersebut salah satu pelayan dengan sigap mendekat.
“Minta koki untuk membuat menu baru untuk Alisha.” Ucap Anggela mencoba pengertian, “Kamu mau apa Al, nasi goreng?’”
“Atau nasi..” si perempuan berambut ikal mencoba mengingat nama menu yang pernah di makan oleh pelayan yang sering melayaninya, “Oh, atau kamu mau nasi lemak Al? hahaha.”
Para perempuan itu tertawa dengan keras, mereka bahkan sampai harus menyeka air mata yang ada di sudut mata mereka masing-masing.
“Astaga, aku enggak bisa membayangkan rasanya memakan makanan penuh kalori seperti itu.” si perempuan dengan wajah pucat bergidik.
“Jangan begitu, Alisha mungkin berbeda dengan kita. Benarkan Al?”
Alisha menelan ludahnya dengan susah payah, perempuan itu berusaha tetap tenang ketika mengangguk, “Iya, saya terbiasa langsung makan berat untuk sarapan.”
“Pft!” si perempuan dengan mata bulat kembali tertawa, “Hahaha maaf, aku hanya tidak menyangka kalau keluarga Erlang membiarkan kamu melakukan itu.”
Anggela ikut mengulum senyum, perempuan itu kembali menatap pelayan yang menunggu perintahnya.
“Minta koki untuk membuatkan nasi lemak untuk Alisha. Kalau waktunya enggak cukup, beli aja di luar.”
“Baik nona.”
Anggela kembali menatap Alisha begitu pelayan tersebut melaksanakan perintahnya.
“Ya ampun, maaf ya Al. Aku harap kamu masih bisa menikmati pesta penyambutan yang kami buat untuk kamu.”
Alisha mengangguk sembari tersenyum simpul. Para nona-nona yang lain masih sibuk membahas soal kalori di dalam makanan ketika pelayan datang membawakan pesanan Anggela.
“Ini dia sarapan kamu.” Ucap Anggela sembari bangkit dari duduknya dan mengantarkan sepiring penuh nasi lemak dangan lauk pauknya ke hadapan Alisha. “Selamat menikmati sarapan kamu Al.”
Alisha menulurkan tangan, bibirnya sudah terbuka hendak mengucapkan terimakasih ketika Anggela tiba-tiba saja menjatuhkan piring di tangannya hingga mengotori pakaian Alisha.
“Ups, aku enggak sengaja.”
Tangan Alisha terkepal, jelas-jelas Anggela sengaja melakukannya.
“Al, cepet ambil makanannya. Katanya kalau belum lima menit masih bisa di makan, hahahaha.” Si perempuan berambut ikal mengompori.
“Iya kalau belum lima menit masih bisa di makan.” Desis Alisha.
Para nona di meja makan tertawa puas begitu Alisha berjongkok dan mengumpulkan makanan yang berserakan di atas rumput, tawa itu kemudian berubah menjadi jeritan ketika Alisha memasukan segenggam nasi ke dalam mulut Anggela dengan paksa.
“Arghh!”
“Alisha! Apa-apaan kamu?!” para nona yang lain bangkit dari duduknya, mereka berang karena Alisha berani melawan.
“Kalian mau juga? biar aku suapin.” Ucap Alisha kemudian berlarian mengejar para nona yang sibuk berlarian karena katakutan.
Arjuna mengetuk-ngetukan jarinya ke pinggiran meja, di hadapannya sudah berdiri lima orang Wanita dengan penampilan yang jauh dari kata Anggun. Untuk pertama kalinya, Arjuna melihat para mainan yang ia koleksi muncul dengan wajah penuh kotoran tanah dan tatanan rambut yang berantakan.“Alisha yang lebih dulu mencari gara-gara.” Adu Anggela cepat.Ke tiga perempuan lain ikut mendukung dengan menganggukan kepala secara bersamaan.“Benar tuan, kami semua sudah berbaik hati menyiapkan pesta penyambutan untuk Alisha. Ka Anggela bahkan dengan sangat murah hatinya meminta koki mencarikan menu makanan kesukaan Alisha.” Perempuan dengan mata bulat memandang Alisha dengan marah, “Tapi lihat apa balasan perempuan bar-bar itu kepada kami!”“Saya benar-benar enggak mengerti tuan, kenapa Alisha sampai tega melakukan hal ini terhadap saya.” Anggela bercerita dengan air mata mengalir deras di pipinya, “Memaksa saya me
Arjuna menggeram, laki-laki itu menarik tubuh Alisha semakin rapat ke tubuhnya. Perempuan dalam pelukannya ini sama sekali belum berpengalaman, gerakan bibirnya yang takut-takut dan kaku jelas membuktikannya. Anehnya, Alisha mampu memberikan sensasi yang berbeda kepada Arjuna. laki-laki itu bahkan tidak bisa berhenti menyesap meski bibirnya sudah terasa kebas.“Na..h, napas tuan. Tolong, kasih saya waktu..h untuk bernapas.” Ucap Alisha ketika lumatan Arjuna berganti menjadi kecupan-kecupan ringan.“Ini bukan waktunya kamu melakukan penarawan, kamu sedang di hukum sekarang.”“Tapi.. saya, nyaris kehabisan napas tuan.”“Saya memang enggak niat menjadikan ini mudah untuk kamu.” Arjuna kembali mengulum bibir Alisha, kali ini laki-laki itu menggunakan lidahnya untuk membelit lidah perempuan yang terasa sangat kenyal dan manis di cecapannya.“Haah.. haah, sa.. saya belum mau mati tuan, tolong jangan b
“Sialan!” Anggela melempar seluruh barang-barang yang ada di atas meja riasnya,Perempuan itu berang karena Arjuna sama sekali belum mengunjunginya hingga saat ini. Laki-laki itu bahkan mengikari janjinya untuk mengunjungi Anggela setelah dokter keluarga memeriksa keadaan perempuan itu satu minggu yang lalu.“Mungkin tuan Arjuna lupa nona, ada banyak pekerjaan yang harus beliau urus belakangan ini.” bujuk pelayan yang mengantarkan makanan dengan takut.“Justru itu masalahnya! Tuan Arjuna enggak boleh melupakan aku.” Anggela berjalan mondar mandir di kamarnya, perempuan itu menggigiti kuku dengan resah, “Tuan Arjuna belakangan ini sibuk menghabiskan waktu bersama Alisha, benar kan?”Si pelayan mengangguk, “Tuan Arjuna mengawasi nona Alisha yang sedang mendapatkan kelas kepribadian nona.”“Kenapa perempuan itu harus mendapat kelas ke pribadian?”Si pelayan menelan ludah de
Alisha menatap penampilan terbarunya di cermin, gaun hitam membungkus tubuhnya dengan ketat. Sejujurnya, simpul tali yang mengikat di sepanjang punggungnya membuat Alisha merasa tidak nyaman. Tapi pelayan bilang, Arjuna sendiri yang memilihkan gaun itu untuknya.“Eng, belahan gaun ini bukannya terlalu tinggi ya?” tanya Alisha sembari berbutar.Gaun malamnya memang memiliki belahan sepanjang mata kaki hingga paha, belum lagi tali spageti yang terasa sangat tipis di bahunya. Alisha merasa telanjang ketimbang mengenakan pakaian.“Saya benar-benar enggak boleh ganti baju?” tanya Alisha berusaha bernegosisasi.“Tuan Arjuna sendiri yang memilihkan gaun itu nona, kami bisa di marahi jika anda tidak memakainya.”Alisha menyerah, ia tidak ingin membuat para pelayan dalam masalah.“Baiklah, kalau begitu ayo turun dan kita temu tuan mesum satu itu.” gerutu Alisha sembari menerima uluran tangan pelayan yan
“Galahan Erlang!”Galahan tersenyum lebar, laki-laki dengan tubuh bugar di usia ke lima puluh tiga tahun itu merentangkan tangan. Galahan menyambut salah satu rekan bisnisnya dengan senyum lebar.“Brama! Hahahaha bagaimana Puhuket Island?”“Luar biasa, aku tidak akan pergi kesana jika bukan karena kamu.”Galahan tersenyum, “Teman ku Brama, kamu bisa pergi kemanapun jika kerjasama di antara kita lancar. Pegang omongan ku, hahaha.”“Tentu teman, tentu saja. Kamu tidak perlu khawatir Galahan, proyek kali ini pun pasti akan sukses besar.”Galahan menepuk bahu Brama dengan senang, “Selamat menikmati pestanya Brama, aku masih harus berkeliling.” Galahan menundukan kepala dan berbisik di telinga temannya, “Kamu tau harus kemana jika perlu hiburan tambahan, hahaha.”Brama ikut tertawa lebar, laki-laki itu mengangguk sebelum berjalan menaiki tangga menuju lanta
Galahan menyeret Alisha dengan kasar ke lantai dua, laki-laki paruh baya itu lebih dulu memastikan tidak ada seorangpun yang melihatnya membawa Alisha ke ruang kerjanya sebelum menutup pintu dengan bantingan keras.“Apa-apaan ini Alisha?!” desis Galahan dengan murka, “Berminggu-minggu papa mencari kamu, dan sekarang kamu muncul bersama bajingan itu!”“Bajingan itu kemungkinan akan menjadi menantu bapak.”Galahan mengusap wajah frustasi, “Kamu sama sekali tidak mengenal siapa Arjuna Adhiyaksa, Alisha. Laki-laki itu gemar mengoleksi wanita di mansionnya!” geram Galahan dengan gemas, “Enggak akan ada masa depan untuk hubungan kalian!”Alisha memilih diam.“Dengar, masuk ke kamar mu sekarang juga dan jangan keluar sampai pestanya selesai.” Galahan mengacungkan jari telunjuknya sebagai bentuk peringantan, “Jangan pernah melarikan diri dari rumah ini lagi Alisha, atau kamu akan
“Sialan! Benar-benar sialan!” Galahan terus membanting barang-barang di ruang kerjanya, di belakangnya sang istri dan juga putrinya melihat itu semua dengan resah.“Pa..”‘prang’Regina menggunakan lengannya untuk melindungi kepala begitu satu vas bunga di lemparkan Galahan kepadanya. Raina yang merasa khawatir mendekat dan membawa putri satu-satunya itu menjauhi Galahan.“Brengsek!”“Orang yang kamu lempar dengan vas bung itu seharusnya Alisha, bukan Regina!” Teriak Raina tidak terima, “Anak sialan itu benar-benar persis seperti ibunya, tidak tau diri!”‘Huk’Raina tersedak begitu merasakan cengkraman Galahan di lehernya, perempuan itu megap-megap. Raina memukul tangan Galahan beberapa kali, meminta untuk di lepaskan.“Jaga mulut kamu Ra, Alisha enggak akan pernah pergi dari rumah ini jika bukan karena kamu.”Cengraman Galaha
“Untungnya memar di wajah kamu enggak terlalu serius, orang ini pasti tidak semarah itu ketika mengayunkan tangan kepada kamu.” Alisha memilih tetap diam dan membiarkan dokter yang di panggil Arjuna melakukan tugasnya.Sebelumnya, Alisha yang memang menjadi lebih pendiam setelah kembali dari pesta perayaan di keluarga Erlang tidak menyadari bahwa Arjuna mengikutinya hingga ke paviliun kanan.“Saya enggak suka mainan yang jelek, karena itu saya harus di sini untuk memastikan kamu mendapatkan perawatan yang semestinya.” Jelas Arjuna kepada Alisha yang terang-terangan ingin mengusir laki-laki tersebut, “Sebastian sedang memanggil Ruben, dia dokter yang akan memeriksa kamu.” Arjuna dengan santai memasuki kamar Alisha dan duduk di sofa di dekat jendela besar, “Saya akan tetap di sini sampai Ruben datang.”Di dalam kamar Alisha, Arjuna bertingkah menyebalkan. Laki-laki itu terus saja mengomentari hasil kerja dokter pilih