Home / Romansa / GARA-GARA SALAH KIRIM / BAB 8 - TERTANGKAP BASAH

Share

BAB 8 - TERTANGKAP BASAH

Author: Reinee
last update Last Updated: 2021-02-03 12:40:50

"Jadi ini yang kamu bilang ke Bali, Mas?!"

Tajam kutatap keduanya bergantian. Terlihat Mas Reyfan dan gadis itu salah tingkah. Aku benar-benar tak mengira akan memergokinya secepat ini.

"Hani, aku bisa jelaskan ini. Dengerin dulu aku!" Mas Reyfan bergerak mendekat, sementara si gadis nampak hanya mematung di tempatnya.

"Ya sudah, ayo jelaskan!" tantangku.

"Ini ... ini nggak seperti yang kamu lihat, Han. Kita bisa duduk dulu kan, kita bicarakan ini baik-baik," bujuknya.

"Bicara aja langsung sekarang, Mas! Aku sudah selesai dengan kakakmu. Aku sudah mau pulang sekarang." Aku menoleh ke arah Mbak Ratri yang juga masih mematung di tempatnya semula. Jelas sekali wajah wanita itu menyiratkan kecemasan.

"Nggak nyangka ya Mas, kelakuan kamu di belakang ternyata kayak gini."

"Kamu jangan salah sangka, Han. Dengerin dulu! Jangan marah-marah gitu. Ini nggak seperti yang kamu lihat." Dia masih saja berusaha berkelit.

"Apa?! Kamu pikir aku anak kecil, Mas? Aku nggak perlu ya sampai harus melihat kalian mes*m di depanku hanya untuk tahu kalau kalian berdua itu sudah macem-macem. Menjijikkan sekali!" umpatku kasar.

"Han! Tenang dulu! Bisa nggak sih dengerin dulu penjelasanku?"

Aku tak lagi menghiraukan kalimatnya. Aku justru bergerak maju menghampiri si gadis yang masih tertunduk lesu dan takut-takut.

"Dibayar berapa kamu buat t1dur sama suamiku?!"

"Hani! Jaga bicara kamu!" Mas Reyfan tiba-tiba sudah ada di sampingku. Berteriak padaku.

"Ooh, jadi begini sekarang, Mas? Kamu bentak-bentak istrimu hanya demi melindungi orang lain?!" Gantian aku yang berteriak lantang.

"Kamu bisa tenang dulu nggak sih, Han?! Jangan buat aku kehilangan kesabaran, pliss Hani!" Mas Reyfan terlihat mulai frustasi. Dia sampai menarik rambut dengan kedua tangan ke belakang kepala.

"Ayo bilang! Kamu dibayar berapa buat nyenengin lelaki yang sudah punya anak istri ini, hah?!" bentakku. Lagi-lagi tak ku hiraukan Mas Reyfan yang sudah memerah wajahnya menahan amarah.

Kejadian itu benar-benar membuatku hilang kendali. Sungguh suatu kebetulan yang terlalu cepat dan membuatku tak bisa berpikir jernih lagi.

Aku tahu sekarang apa peran wanita yang kusebut sebagai kakak ipar itu dalam perselingkuhan suamiku. Sebagai kakak, dia justru ikut menutupi kelakuan busuk adiknya.

Muak, benci, jijik, membuatku tak kuat lagi menahan caci maki keluar dari mulutku.

"Kamu juga, Mbak! Aku bener-bener nggak nyangka ya kamu justru menutupi kelakuan busuk Mas Reyfan, bahkan sampai menyembunyikan gund*knya di rumahmu. Nggak ngerti aku jalan pikiranmu itu." Aku mendecih kasar.

"Hani, cukup!" teriak Mas Reyfan. "Udah cukup kata-kata kotormu itu, Han. Kamu nggak berhak bicara begitu pada Mbak Ratri." ujarnya tetap dengan nada keras.

"Oh ya? Kenapa? Karena dia pelindungmu? Beraninya cuma sembunyi di ketiak perempuan? B*nc1 kamu, Mas!" Lagi-lagi aku mengumpat kasar. Dan tiba-tiba ...

Plakk!!

Darahku yang mendidih membuat panas sekujur tubuh usai menerima perlakuan kasar Mas Reyfan yang begitu mendadak. Untuk pertama kalinya dalam kehidupan rumah tangga kami, dia menamparku. Sungguh sakit.

"Han-ni, maafkan aku. Seharusnya tidak seperti ini kalau kamu nurut tadi." Mas Reyfan terlihat mulai melembut melihatku meringis kesakitan. Dia mengulurkan dua tangan padaku, berusaha meraih wajahku yang masih ku tutup sebagian dengan telapak tangan. Raut penyesalan tampak jelas di wajahnya. Namun dengan kasar, ku tepis uluran tangannya.

"Sudah, Rey! Biarkan saja dia! Mbak mau lihat dia bisa apa tanpa kamu. Wanita pengangguran seperti dia itu pasti cuma bisa menengadahkan tangan pada suami. Kita lihat saja nanti!”

Mbak Ratri tiba-tiba berseru dari tempatnya berdiri. Hal itu lumayan membuatku kaget. Biasanya sikapnya padaku manis walau manipulatif, tapi rupanya juga menyembunyikan ibl*s dalam hatinya. Kata-kata yang keluar dari mulutnya seolah sudah dipendamnya sejak lama terhadapku.

Aku menoleh dan menatap tajam wanita itu. Wajah Mbak Ratri tiba-tiba berubah menjadi begitu bengis. Aku pun refleks tersenyum kecut padanya.

"Baik! Kita lihat saja, apa yang bisa dilakukan oleh wanita lemah ini tanpa kalian!" teriakku. "We'll see."

*****

Malam itu, kupeluk erat Keenan dalam tidur. Berharap semoga anakku tak menyadari apa yang terjadi dengan orangtuanya. Haruskah aku putuskan untuk berpisah dari Mas Reyfan secepat ini? Lalu bagaimana dengan Keenan? Apa yang akan terjadi padanya saat kami berpisah?

Lamunanku buyar saat kurasakan ada yang merangsek di belakangku, naik ke atas tempat tidur.

"Belum tidur, Sayang?" Suara Mas Reyfan membuatku begitu jijik. Teringat kembali kejadian siang itu di rumah kakaknya. Aku menggeser tubuh lebih mendekat ke Keenan, menjauhinya.

"Mau apa kamu pulang?" tanyaku tanpa menoleh.

"Han, tolong maafkan aku. Aku benar-benar khilaf. Aku tidak tahu akan jadi seperti ini."

Aku sama sekali tak berniat untuk menjawab. Luka hati akibat tamparannya di depan perempuan itu benar-benar sangat dalam.

"Hani, pliss Sayang, maafkan aku," pintanya lagi, berusaha menyentuh pundakku. Namun ku tepis begitu saja.

"Kamu pikir aku bisa memaafkan perbuatanmu begitu saja? Pernah nggak berpikir kalau kamu ada di posisiku? Kira-kira apa kamu akan mau memaafkanku, Mas?" Aku berkata sambil tetap tak bergeming. Namun aku bisa melihat dari ekor mata, dia sedang duduk di atas tempat tidur kami dengan wajah murung tak bersemangat.

"Aku akan memperbaiki kesalahanku, Han. Aku janji. Tolong cobalah untuk memaafkanku. Aku akan berusaha lebih baik," katanya.

"Apa jaminanmu?" Entah kenapa mendengar permohonan maafnya berkali-kali itu, membuatku tiba-tiba memiliki ide gila.

"Terserah kamu, Sayang. Katakan saja! Aku akan memberikannya asal kamu bisa maafin aku. Aku nggak bisa kehilangan kalian. Kamu dan Keenan."

Perlahan aku pun bangkit, duduk menghadap ke arahnya, menatap lekat ke dalam matanya. Memastikan bahwa apa yang baru saja dikatakannya itu sungguh-sungguh.

"Yakin kamu mau menuruti semua keinginanku jika aku maafkan?" tanyaku memastikan.

Dia langsung mengangguk pasti. Lalu aku pun mengulum senyum, bertepuk tangan untuk diriku sendiri dalam hati.

Bersambung …

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Cerita nya bagus...kayak nya kakak iparnya jadi germo skrg
goodnovel comment avatar
ci panda
wkwkwk spertinya harus siap2 nabung soalnya ceritanya bagus bangeeet! eh kak author ada sosmed engga? aku pingin follow kakak~
goodnovel comment avatar
Yulinda Joeroetoelis
Mpok ipar edan, amit amit deh...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • GARA-GARA SALAH KIRIM   HAPPY ENDING

    Satu bulan setelah pertemuannya kembali dengan Santi, hari ini keduanya nampak sedang duduk di sebuah ruang pertemuan di salah satu sudut kantor Adam.Di hadapan keduanya ada 4 orang karyawan inti di perusahaan Adam yang sedang menghadap ke arah mereka. Nampak di depan mereka tumpukan berkas yang baru saja selesai dibahas."Jadi rencanaku bisnis kosmetik ini nantinya akan seperti itu. Bagaimana menurut kalian?" tanya Adam pada keempat anak buahnya."Bagus, Pak. Saya rasa ide ini sangat cemerlang mengingat pasar kosmetik yang saya lihat saat ini sedang lesu-lesunya. Hampir tak ada brand baru yang muncul akhir-akhir ini," ujar salah satu karyawan itu."Iya itu maksudku. Ya sudah kalau gitu kita cukup

  • GARA-GARA SALAH KIRIM   GADIS YANG CERDAS

    Malam itu entah kenapa ada sesuatu yang mengganggu pikiran Adam. Kedatangan mantan karyawannya dengan penampilan yang sedikit berbeda namun masih sama malu-malunya itu membuatnya justru susah untuk lupa.Dari sejak lelaki itu menginjakkan kaki di rumah orangtuanya, Adam hanya terlihat mondar mandir dari kamar menuju balkon. Secangkir kopi dibawanya ke sana kemari dengan perasaan kacau yang sulit dia mengerti sendiri."Lagi ngapain kamu, Dam? Mama perhatikan dari pintu tadi kayak orang lagi bingung gitu?"Ibunya yang sedari tadi mengamati tingkah aneh putranya menghentikan langkahnya di pintu balkon."Mama ngagetin aja." Muka Adam langsung memerah karenanya.

  • GARA-GARA SALAH KIRIM   RENCANA HANI

    Beberapa minggu setelah pertemuannya dengan mantan bosnya, gadis itu melakukan treatment di sebuah klinik kecantikan. Hani juga telah membekalinya uang yang cukup untuk dia belanjakan beberapa potong baju yang akan lebih membuatnya percaya diri saat bertemu dengan Adam nanti.Dan siang itu adalah hari yang telah direncanakannya untuk menemui Adam. Santi melangkah dengan penuh kayakinan menuju ke kantor Adam usai turun dari taksi online yang ditumpanginya."Bisa saya bertemu dengan pak Adam?" tanyanya pada resepsionis."Maaf, apa ada sudah janji sebelumnya, Bu?" tanya balik sang gadis dengan seragam warna violet itu."Mmmm."Santi mulai men

  • GARA-GARA SALAH KIRIM   MANTAN KARYAWAN

    Rapatnya Hani menyimpan rasa shock atas pertemuannya dengan Adam, bahkan membuat Daniel pun tak menyadari bahwa istrinya memang sedang sedikit tak enak badan hari itu. Sampai-sampai lelaki itu setengah memaksa mengajak sang istri untuk mau ikut bersamanya keluar larut malam.Hanya untuk membuat Daniel tak cemas dengan kondisi dirinya yang memang sedang kurang baik setelah kejadian yang menimpa siang harinya, Hani pun terpaksa menuruti ajakan suaminya.Daniel membawa istrinya ke sebuah Kafe bernuansa outdoor di daerah pinggiran kota malam itu. Mereka tiba di tujuan saat hari telah lewat. Meski begitu, suasana masih terlihat lumayan ramai. Tempatnya yang didesain sangat romantis ternyata sedikit membawa suasana hati Hani menjadi lebih membaik."Kamu suka temp

  • GARA-GARA SALAH KIRIM   TAMBATAN HATI LAIN

    Tubuh Hani masih gemetar, bahkan ketika mobilnya sudah memasuki halaman rumah. Usai Adam membiarkannya pergi dari parkiran mall, wanita itu mengendarai dengan sangat pelan sembari berusaha menenangkan kembali gejolak di dalam dadanya. Kalimat demi kalimat Adam terngiang-ngiang di kepalanya seolah tak mau pergi."Lho, Bu Hani kenapa?" Bik Marni yang saat itu sedang bermain bersama dengan Tasya dan Keenan di serambi rumah sedikit kaget melihat Hani nampak seperti orang linglung saat keluar dari mobilnya di garasi.Sesaat Hani baru menyadari ada yang memperhatikannya. Buru-buru wanita itu menggeleng."Enggak kok, Bi'. Cuma agak pusing sedikit," jawabnya.Lalu dengan sigap, Bi' Marni pun segera m

  • GARA-GARA SALAH KIRIM   OBSESIF

    "Sudah dibayar sama mas yang di sana, Bu."Hani dan 3 orang teman wanitanya saling pandang. Lalu bersamaan menoleh ke arah yang di tunjuk oleh kasir restoran."Yang mana? Yang di dalam ruangan itu?" tanya salah seorang teman Hani."Iya, yang sedang memimpin rapat itu, Bu."Hani tak mungkin tak mengenalnya. Di dalam ruang meeting dengan dinding kaca itu memang ada Adam dan beberapa orang yang mengenakan seragam yang dia kenali sebagai karyawan kantor Adam."Kamu kenal, Han?" tanya salah seorang temannya lagi, melihat Hani seolah sedang menunggu orang itu membalikkan badan untuk melihat ke arah mereka.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status