Home / Rumah Tangga / GELAGAT MISTERIUS SUAMIKU / Bab 2. Kok Sudah Pulang Jam Segini?

Share

Bab 2. Kok Sudah Pulang Jam Segini?

last update Last Updated: 2023-11-06 15:58:45

"Lho, Mas kok jam segini sudah pulang?" tanyaku heran ketika Mas Bryan keluar dari mobil, aku yang tadi tengah mencuci baju sekesiap berlari ke depan karena mendengar deru mobil Mas Bryan. Betapa tidak heran sekarang masih menunjukkan pukul 10.00 pagi.

"Iya, seluruh karyawan di suruh pulang sama pimpinan." jawabnya sambil berlalu masuk ke dalam rumah dengan wajah kusut.

"Lho, lho kenapa? Kok bisa?" aku pun mengekor dari belakang.

"Monaa! Bisa diam nggak sih! Kamu jangan seperti Nenek lampir!" Mas Bryan membalikkan badannya dan membentakku. "Aku pusing, please jangan banyak tanya dulu." dia pun melanjutkan langkah memasuki kamar tak lupa dia membanting pintu.

"Astagfirullah, Mas. Salahku apa coba?" aku bergumam masih di posisi mematung, seumur kenal dari pendekatan, pacaran, hingga menikah baru kali ini Mas Bryan membentakku. Bulir bening tanpa permisi sudah berjatuhan membasahi pipiku.

Memang dua minggu belakangan ini sejak Indonesia dilanda virus meresahkan itu aku agak protektif dengan Mas Bryan. Sikapku yang yinyir selalu memaksanya untuk membawa bekal sarapan dan makan siang supaya tidak jajan sembarangan di luar. Hanya satu aku sungguh khawatir dengannya.

Tubuhku masih gemetar tergiang kata-kata yang dilontarkan Mas Bryan, tapi aku masih berusaha mengumpulkan energi dengan jalan tertatih menuju pintu kamar, "Mas, buka pintunya." panggilku dengan mengetuk pintu kamar. Tidak ada sahutan dari dalam. Padahal sudah tiga kali aku memanggilnya dan terus mengetuk pintu.

"Assalamu'alaikum," ucap Rara dengan wajah murung memasuki rumah. 

"Waalaikumsalam, lho kok kamu juga pulang Ra?" tanyaku heran, tadi Mas Bryan, sekarang Rara. Apa ada kaitannya?

"Iya." jawabnya singkat dan dia pun berlalu lewat di depan ku tanpa menoleh sedikitpun dan masuk ke dalam kamarnya. Kamar Rara berada di sebelah kamar ku dan Mas Bryan. Tadi sekilas ku lihat matanya sembab seperti orang abis menangis.

Tapi ada yang lebih membuatku tambah bertanya-tanya, aku tak mendengar suara motor Rara terparkir di depan rumah. Sedangkan pagi tadi dia mengendarai sepeda motor sendiri ke kampus.

"Ra, buka pintunya! Kakak mau ngomong." panggilku sembari terus mengetuk. Tapi wanita berkulit kuning langsat dengan rambut sepanjang bahu itu tak menyahut panggilanku.

Ku biarkan soal Mas Bryan dan Rara, lalu beranjak menuju dapur masih banyak pekerjaan rumah tangga yang musti ku selesaikan padahal sesungguhnya hatiku masih nyeri bagai teriris sembilu setiap tergiang bentakan Mas Bryan tadi.

Selesai berkutat di dapur kurang lebih dua jam mulai dengan meneruskan cucian tadi dan memasak hingga urusan perdapuran rumah tangga tuntas menjelang siang. Ketika hendak bertolak ke kamar ingin mandi, ternyata Mas Bryan membukakan pintu ini yang namanya kebetulan atau, "Mas, kamu mau kemana? Kok rapih begitu?" aku terperangah melihat lelaki berambut coklat itu berlalu keluar dari kamar dengan stellan yang berbeda.

"Mas, jawab aku. Kamu kemana?" aku terus mengekor di belakang Mas Bryan. Jangankan jawabannya manis yang ku terima malah satu bentakan lagi yang dia suguhkan.

"Nggak usah banyak tanya!" dia pun menyentakkan tangannya yang sempat ku tahan.

Tak lama terdengar deru mobil Mas Bryan dengan sekejap hilang dari pendengaran ku. Kecepatannya seperti tidak stabil, apakah dia masih emosi denganku? Atau mungkin dia sedang ada masalah? Ah sudahlah.

Ketika membalikkan badan hendak menutup pintu, tampak lah Rara keluar dari kamarnya, tentu saja dengan pakaian yang rapih juga.

"Kamu mau kemana lagi Ra? Kok udah rapih lagi?"

"Ada urusan kak," dia pun juga berlalu, sekarang tak ku tahan seperti Mas Bryan tadi. Percuma juga. Ku tutup pintu utama ketika Rara sudah keluar, tak lupa ku intip dari lewat jendela sekedar ingin tahu dengan siapa dia pergi. Tapi ternyata abang ojek online yang menjemputmataku

Apa jangan-jangan Mas Bryan dan Rara janjian di suatu tempat? Apalagi keluar dari rumah hanya selang berapa menit saja. Rasaku tak karuan, mengingat perkataan Yuyul teman semasa kuliah ku dulu. Rasa suudzon menari-nari dipelupuk mataku.

Segera ku mandi dan berkemas lebih rapi bukan untuk mengintai mereka tapi ingin mengecek minimarket ku. Beginilah kesibukanku jikalau urusan rumah tangga dan perdapuran udah kelar dikerjakan. Memantau minimarket sesekali menggantikan Rienna jikalau dia sedang istirahat makan.

Karyawan ku tak banyak hanya ada Rienna bagian kasir, Anto bagian kebersihan minimarket, Riko bagaian angkat-angkat barang apalagi ada pelanggan yang belanja bulanan otomatis banyak bawaannya dan juga sekaligus membantu jikalau ada pelanggan yang kebingungan mencari sesuatu.

Walaupun minimarket yang ku dirikan ini baru berjalan enam bulan, tetapi omzet dari tiap bulannya meroket tajam. Dua minggu virus ini melanda belum ada penurunan yang signifikan. Jual beli masih seperti sebelum-sebelumnya.

💙💙💙

Sudah pukul 21.00 malam tanda-tanda kepulangan Rara atau pun Mas Bryan belum tercium juga. Aku masih menunggu dengan hati penuh gelisah, walaupun bentakan dari Mas Bryan tadi sesekali masih terngiang di telingaku.

Sudah puluhan chat WA dan panggilan telfon untuk Mas Bryan dan Rara tapi tak satu pun dari mereka yang meresponnya. Apakah nasib Yuyul akan ku rasakan juga? Adik kandung Yuyul saja berani menghancurkan rumah tangga kakaknya. Apalagi aku dengan Rara hanya sebatas sepupu, karena Mama Rara adalah adik dari Mamaku.

"Ya Allah, aku tak ingin bersuudzon, tapi melihat keadaan rasanya seperti..." Mona tenang, istighfar, jangan sama kan apa yang menimpa Yuyul akan sama dengan kamu. Istighfar Momon, istighfar.

Tepat pukul 21.15 malam deru mesin motor Rara dan mobil Mas Bryan di halaman rumah. Segera ku intip dari jendela terlihat mereka saling tertawa satu sama lain ketika berjalan menuju pintu utama.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • GELAGAT MISTERIUS SUAMIKU    Rasa Bimbang Mendominasi

    "Saya bisa bicara dengan Bu Eti nggak, Bu?""Bisa, tapi tidak sekarang, nanti palingan, Bu Mona. Tapi sebelumnya, saya minta untuk dikabulkan permintaan beliau, ya. Semoga kesehatan beliau semakin membaik dan hatinya juga ikut membaik. Sebagai perempuan ibu pasti paham."Monalisa bergeming mendengar ucapan ketua pengelola panti jompo."Apa sebenarnya yang dikatakan Bu Eti selama di sana? Apa ibu Eti tahu jikalau aku ... tidaklah, mana mungkin dia tahu tentang ...," batinnya."Iya, Bu. Palingan sore atau malam saya bisa standby hape. Sekitaran jam segitu bisa, Bu?""Bisa, nanti saya telpon lagi."Waktu berjalan kian terasa berat, dibalik dirinya harus fokus mempelajari jobsdesk sebagai administrasi di sebuah klinik, pikiran Monalisa tak hentinya dihantam dan begitu berisik.Dadanya penuh sesak, pikirannya juga selalu berbisik penyesalan. Ada terbesit penyesalan kenapa ibu yang hampir ditabraknya itu adalah ibu dari perempuan yang sudah menyakitinya dengan sengaja."Halo. Assalamu'alaik

  • GELAGAT MISTERIUS SUAMIKU    Keadaan Bu Eti Memburuk

    Seminggu pun berlalu ... kabar dari perusahaan tak juga ada. Monalisa mulai merasa gundah dan berfirasat dirinya tidak akan diterima."Tadi ibu yang interview kamu kemarin, nemuin aku, katanya dia srek sama kamu, cuma mengingat kamu umurnya sudah cukup dewasa, jadinya dia urung lanjutin kamu ke test selanjutnya."Sesampainya di kost, Namira langsung menuju kamar Monalisa."Aku sudah feeling sih, tapi ya nggak papa juga. Nanti aku cari lowongan kerja lainnya. Kamu udah makan belum? Kalau belum makan di luar yuk!" ajak Monalisa menghempaskan suasana yang sempat tidak enak.Saat dirinya mengambil bergo dan memasangnya, di tiba-tiba ..."Tapi ... tadi, lepas ibu itu keluar, ada temenku yang sama-sama posisinya HRD ngasih tahu, kalau saudaranya baru mendirikan sebuah klinik, terus butuh posisi administrasi satu lagi, kalau kamu berkenan bikin aja surat lamarannya, biar besok aku kasih ke dia. Gimana?"Monalisa sempat bergeming sesaat ..."Boleh, dicoba aja kali ya. Sambilan nanti aku bikin

  • GELAGAT MISTERIUS SUAMIKU    Dia Menghantam Pintu Utama

    Monalisa terus disemangati oleh Namira. "Rezeki nggak ada yang tahu, umur juga bukan patokan."Malam harinya, mata Monalisa terasa sulit dipejamkan. Tidak terhitung pula dia bertukar posisi tidur."Mata panda kamu kelihatan, Mon. Nggak nyenyak ya tidurnya semalam?"Kedua wanita dewasa ini sedang berada di stasiun menunggu kereta api."Susah, aku kepikiran soal interview nanti.""Wajar sih, hal normal kok. Pake ini aja." Namira merogoh sebuah benda berbentuk bulat dan panjang, rata-rata perempuan memakai ini."Nggak menor ntar, Na?" Monalisa tampak ragu menerima benda itu."Nggak kok. Coba aja dulu. Ntar kalau nggak nyaman bisa dihapus. Atau solusi lain pake kacamata."Dari rumah, Monalisa hanya memakai sunscreen, bibir di poles dengan lipstik berwarna merah bata, serta matanya dipakaikan eyeliner.Sebelum kereta jurusan mereka datang, Monalisa sibuk merias diri, memberi cushion dan concelear di wajahnya."Nah, gitu kan lebih cantik. Mata panda nya jadi lenyap," puji Namira setelah se

  • GELAGAT MISTERIUS SUAMIKU    Diajak Diskusi Malah Ngeyel!

    Monalisa lekas beranjak dan membukakan pintu utama."Papa!" sentak Monalisa yang masih memanggil mantan mertuanya itu dengan sebutan papa."Bisa kita berbicara?" tanya Burhan langsung pada tujuannya."Boleh, masuk, Pa, eh, Pak!"Burhan pun melangkahkan kaki masuk dan duduk di sofa single. Kemudian, menyisir pandangan."Mau dipanggilkan, Rara?" tanya Monalisa."Nggak, tujuan saya ke sini bahkan bukan untuk menemui Rara. Melainkan tentang Bryan dan mama mertua kamu.""Tujuan? Apa itu?""Saya ingin kamu mencabut laporan, nanti bilang saja kalau sudah damai.""Hmm, gimana ya, Pak. Agaknya saya nggak akan lakukan itu deh. Soalnya udah pada keterlaluan." Monalisa menjawab santai."Apa kamu nggak kasian sama mertua dan Bryan?"Di dalam kamar, Rara yang sedang tertidur karena kepalanya begitu pusing, tiba-tiba tersentak saat mendengar suara dari luar kamar.Dia beranjak dan mendekatkan telinga ke pintu kamar."Dia? Ngapain dia ke sini?""Apa aku keluar dan menemuinya?""Nggak ... Nggak ... Bu

  • GELAGAT MISTERIUS SUAMIKU    Berubah 360°

    Part Lanjutan Menggunakan PoV 3 ya 🫶"Nggak ... Nggak ... Kalau aku kerja dan notabenenya seperti ini, pasti akan timbul hal lain. Aku tidak ingin embel-embel seorang wanita independen diketahui nantinya."Monalisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Ada rasa trauma baginya."Aku harus jadi Monalisa yang baru, sederhana tanpa kemewahan yang kumiliki ini." Dia bergumam sendiri.Sesampainya di hotel, Monalisa langsung mengemasi barang-barangnya. Kemudian, mandi dengan air hangat. Dan, setelahnya menikmati hidangan makan malam yang ada di hotel.Dia duduk di bangku paling depan, pemandangannya sungguh indah. Hamparan lautan yang bercahaya oleh kapal yang sedang berlayar. Kembali dirinya teringat akan masa-masa indah dengan Bryan yang hanya sekejap mata dirasakannya. Namun, detik kemudian dia kembali diingatkan bagaimana perlakuan mantan suaminya itu.Menjelang tidur, Monalisa mencoba melamar pekerjaan melalui situs aplikasi. Di sana terpampang beraneka ragam posisi jabatan yang dibutuhkan k

  • GELAGAT MISTERIUS SUAMIKU    Pulang, Sudah Malam!

    "Ya sudah sekarang kita pulang, motor kamu tinggal di sini dulu.""Apa nggak sebaiknya tidur di sini saja, Mon. Apalagi sudah mala gini," ujar Yuyul."Nggak usah, Yul. Aku dan Rara pulang saja, maaf sudah merepotkan kamu," aku menuntun Rara untuk berdiri.Sepanjang jalan aku hanya diam, sedangkan Rara masih menangis tersedu, aku sengaja tak menanyakan lagi soal kejadian itu. Takut mentalnya makin terguncang, lagian aku juga harus fokus mengemudi supaya tidak terjadi hal yang sama seperti tadi. Masih untung aku dan Bu Eti selamat. Bagaimana kalau tidak, tamat sudah hidupku.Sesampainya di rumah Rara langsung masuk ke dalam rumah mungkin masuk ke kamarnya, masih ada isakan tangisnya ketika turun dari mobil. Aku masih memarkir mobil, sekilas tadi tampak rumah gundikku sudah sepi tidak ramai ketika aku pergi menjemput Rara tadi.Setelah membersihkan diri, aku membaringkan tubuh yang begitu lelah, sebagian sendi ada yang sakit akibat kejadian tadi yang hampir menabrak Bu Eti.***Deringan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status