Home / Rumah Tangga / GELAGAT MISTERIUS SUAMIKU / Bab 3. Keduanya Mengetuk Pintu

Share

Bab 3. Keduanya Mengetuk Pintu

last update Last Updated: 2023-11-06 16:00:12

"Momon, Assalamu'alaikum, Mas pulang sayang, bukain pintunya." panggil Mas Bryan sembari terus mengetuk pintu.

"Kak, Kak Momon buka pintunya," sambung Rara.

Aku yang tadinya sempat mengintip mereka lewat jendela langsung memasuki kamar bukan karena aku takut ketahuan mengintip, hanya saja aku berpura-pura tidak melihat sikap mereka yang tampak mencurigakan di pelupuk mataku.

"Kompak banget kalian sampai bergantian memanggilku, enak ya sambil berdiri dekat-dekatan di depan pintu memang tak punya malu, bisa tidak untuk menghargaiku," gerutu ku dalam hati. Aku menggerutu diujung bibir ranjang.

Aku merasa semakin parno apalagi Yuyul menjelaskan secara detail perselingkuhan antara mantan suaminya dan adik kandungnya sendiri padaku. Dan sekarang, yang kulihat berbau hampir mirip dengan cerita Yuyul, belum lagi bentakan Mas Bryan tadi siang. Giliran sama Rara dia malah senyum-senyuman.

"Astagfirullah, Monalisa, istighfar. Semua belum tentu benar." aku mencoba menepis semua pikiran buruk yang mampir.

Sedangkan di luar sana, Mas Bryan dan Rara, masih bergantian memanggilku, "Assalamu'alaikum, Mon. Buka pintunya sayang." Monaaa...

"Kak, buka pintunya kak. Kak Momon." sambung Rara lagi, terdengarnya mereka bergantian mengetuk pintu.

Biar saja mereka terus memanggil, seru bathinku. Giliran tadi ditanya baik-baik pada macam singa, sekarang giliran abis have fun berdua aku yang dibaik-baikkin. Sikap mereka semakin membuat pikiran ku menjerumus berbau perselingkuhan.

"Ya Allah, aku harus bagaimana? Jika suudzon aku takut salah, jika berhusnudzon aku takut mereka malah benar-benar selingkuh di belakangku." rintihku membathin.

Tak lama kemudian, akhirnya ku putuskan untuk membuka pintu. Tak enak juga jika memancing karyawan ku, apalagi jika ada pelanggan yang melihat. Bisa menyeruak berita kemana-mana. Padahal aku juga belum tahu pasti kebenarannya.

Tiik, anak kunci ku putar tanpa membukakan pintu untuk mereka, kesal masih bersarang di dadaku. Tak perlu juga aku menyambut kedatangan mereka. Aku bertolak ke kamar.

"Mon, kamu masih marah sama, Mas. Maaf soal yang tadi siang, Mas nggak sengaja membentak kamu," Mas Bryan berusaha meraih tanganku tapi sekesiap ku sentak dan menatap nanar ke arah Mas Bryan dan Rara bergantian.

"Jangan sentuh aku, Mas! Dengan kondisi begini, harusnya kamu tahu rutinitas apa yang mesti kamu lakukan. Aku tidak mau tertular dari virus yang mana tahuan melekat di tubuhmu." Mas Bryan sontak mundur dua langkah ke belakang sampai dia menyenggol Rara, karena posisi Rara tepat berada di belakang Mas Bryan yang baru selesai menutup pintu rumah.

Harus pakai acara mundur dua langkah atau memang sengaja biar aku melihat kemesraan kalian. Kenapa tidak berjatuhan saja sekalian berdua nanggung banget. Beberapa detik baru Mas Bryan bergeser berdiri agak ke kanan, hingga kini netraku sejajar lurus dengan netra Rara.

"Dan, kamu Rara," ku ayunkan telunjuk ke arah matanya, "Jangan sentuh apapun sebelum rutinitas yang sudah ku atur di rumah ini sepulang dari luar! Cukup tadi kalian berdua melanggarnya. Jika kalian tidak tahu atau lupa silakan tidur di luar!"

Walaupun sedikit gugup, ku lipatkan kedua tangan di dada, untuk menutupi rasa gemetar setelah membentak mereka. Mata Mas Bryan dan Rara terbelalak mendengar setiap kata yang keluar dari mulutku, mereka mematung, jika benar di antara mereka tidak terjadi apa-apa, harusnya mereka bersikap biasa saja ketika aku menyuruh rutinitas apa yang harus mereka lakukan.

Ketika nanarku terfokus pada Mas Bryan dan Rara kutemukan ada yang aneh dengan pakaian mereka. Kancing baju Mas Bryan bagian atas tidak terpasang sejajar dengan lobang lawannya, alias salah gawang. Sedangkan Rara, baju yang tadinya rapi masuk ke dalam sekarang malah keluar main. Apakah mereka? Ah sudahlah.

Ku tinggalkan Mas Bryan dan Rara yang tadi sempat saling bertatapan, sebelum kubalikkan badan untuk bertolak ke kamar. Nah lho? Kenapa mereka mesti tatapan? Seakan ada kode yang disalurkan lewat pandangan.

"Momon, tenang. Please jangan suudzon dulu. Itu suami kamu, bahkan kamu kenal dia tidak sehari dua hari ataupun tiga hari, bulan, tahun, tapi udah lebih 10 tahun. Nggak mungkin Mas Bryan tega menyakiti kamu. Dan Rara, sekalipun dia hanya adik sepupu kamu, tidak mungkin juga dia akan mengkhianati kamu. Bukankah kalian memang sepermainan dari kecil." peri baik seakan membisikkan dan menibas pikiran buruk yang menari-nari dibenakku.

"Jangan percaya Momon, sekalipun kamu kenal udah lebih 10 tahun bukan berarti tidak menutup kemungkinan hal yang terburuk terjadi. Ingat, 10 tahun yang lalu Bryan bukan siapa-siapa. Masih anak bau kencur. Dan lihat dia sekarang, punya segalanya. Heh, Momon, adik zaman sekarang berbeda dengan zaman dulu sekalipun dulu masih ingusan kalian sering main bareng, nggak menutup kemungkinan juga dia akan menjadi madu mu." hasutan dari telinga kiri sangat membuat ku resah dan dada terasa sesak.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • GELAGAT MISTERIUS SUAMIKU    Rasa Bimbang Mendominasi

    "Saya bisa bicara dengan Bu Eti nggak, Bu?""Bisa, tapi tidak sekarang, nanti palingan, Bu Mona. Tapi sebelumnya, saya minta untuk dikabulkan permintaan beliau, ya. Semoga kesehatan beliau semakin membaik dan hatinya juga ikut membaik. Sebagai perempuan ibu pasti paham."Monalisa bergeming mendengar ucapan ketua pengelola panti jompo."Apa sebenarnya yang dikatakan Bu Eti selama di sana? Apa ibu Eti tahu jikalau aku ... tidaklah, mana mungkin dia tahu tentang ...," batinnya."Iya, Bu. Palingan sore atau malam saya bisa standby hape. Sekitaran jam segitu bisa, Bu?""Bisa, nanti saya telpon lagi."Waktu berjalan kian terasa berat, dibalik dirinya harus fokus mempelajari jobsdesk sebagai administrasi di sebuah klinik, pikiran Monalisa tak hentinya dihantam dan begitu berisik.Dadanya penuh sesak, pikirannya juga selalu berbisik penyesalan. Ada terbesit penyesalan kenapa ibu yang hampir ditabraknya itu adalah ibu dari perempuan yang sudah menyakitinya dengan sengaja."Halo. Assalamu'alaik

  • GELAGAT MISTERIUS SUAMIKU    Keadaan Bu Eti Memburuk

    Seminggu pun berlalu ... kabar dari perusahaan tak juga ada. Monalisa mulai merasa gundah dan berfirasat dirinya tidak akan diterima."Tadi ibu yang interview kamu kemarin, nemuin aku, katanya dia srek sama kamu, cuma mengingat kamu umurnya sudah cukup dewasa, jadinya dia urung lanjutin kamu ke test selanjutnya."Sesampainya di kost, Namira langsung menuju kamar Monalisa."Aku sudah feeling sih, tapi ya nggak papa juga. Nanti aku cari lowongan kerja lainnya. Kamu udah makan belum? Kalau belum makan di luar yuk!" ajak Monalisa menghempaskan suasana yang sempat tidak enak.Saat dirinya mengambil bergo dan memasangnya, di tiba-tiba ..."Tapi ... tadi, lepas ibu itu keluar, ada temenku yang sama-sama posisinya HRD ngasih tahu, kalau saudaranya baru mendirikan sebuah klinik, terus butuh posisi administrasi satu lagi, kalau kamu berkenan bikin aja surat lamarannya, biar besok aku kasih ke dia. Gimana?"Monalisa sempat bergeming sesaat ..."Boleh, dicoba aja kali ya. Sambilan nanti aku bikin

  • GELAGAT MISTERIUS SUAMIKU    Dia Menghantam Pintu Utama

    Monalisa terus disemangati oleh Namira. "Rezeki nggak ada yang tahu, umur juga bukan patokan."Malam harinya, mata Monalisa terasa sulit dipejamkan. Tidak terhitung pula dia bertukar posisi tidur."Mata panda kamu kelihatan, Mon. Nggak nyenyak ya tidurnya semalam?"Kedua wanita dewasa ini sedang berada di stasiun menunggu kereta api."Susah, aku kepikiran soal interview nanti.""Wajar sih, hal normal kok. Pake ini aja." Namira merogoh sebuah benda berbentuk bulat dan panjang, rata-rata perempuan memakai ini."Nggak menor ntar, Na?" Monalisa tampak ragu menerima benda itu."Nggak kok. Coba aja dulu. Ntar kalau nggak nyaman bisa dihapus. Atau solusi lain pake kacamata."Dari rumah, Monalisa hanya memakai sunscreen, bibir di poles dengan lipstik berwarna merah bata, serta matanya dipakaikan eyeliner.Sebelum kereta jurusan mereka datang, Monalisa sibuk merias diri, memberi cushion dan concelear di wajahnya."Nah, gitu kan lebih cantik. Mata panda nya jadi lenyap," puji Namira setelah se

  • GELAGAT MISTERIUS SUAMIKU    Diajak Diskusi Malah Ngeyel!

    Monalisa lekas beranjak dan membukakan pintu utama."Papa!" sentak Monalisa yang masih memanggil mantan mertuanya itu dengan sebutan papa."Bisa kita berbicara?" tanya Burhan langsung pada tujuannya."Boleh, masuk, Pa, eh, Pak!"Burhan pun melangkahkan kaki masuk dan duduk di sofa single. Kemudian, menyisir pandangan."Mau dipanggilkan, Rara?" tanya Monalisa."Nggak, tujuan saya ke sini bahkan bukan untuk menemui Rara. Melainkan tentang Bryan dan mama mertua kamu.""Tujuan? Apa itu?""Saya ingin kamu mencabut laporan, nanti bilang saja kalau sudah damai.""Hmm, gimana ya, Pak. Agaknya saya nggak akan lakukan itu deh. Soalnya udah pada keterlaluan." Monalisa menjawab santai."Apa kamu nggak kasian sama mertua dan Bryan?"Di dalam kamar, Rara yang sedang tertidur karena kepalanya begitu pusing, tiba-tiba tersentak saat mendengar suara dari luar kamar.Dia beranjak dan mendekatkan telinga ke pintu kamar."Dia? Ngapain dia ke sini?""Apa aku keluar dan menemuinya?""Nggak ... Nggak ... Bu

  • GELAGAT MISTERIUS SUAMIKU    Berubah 360°

    Part Lanjutan Menggunakan PoV 3 ya 🫶"Nggak ... Nggak ... Kalau aku kerja dan notabenenya seperti ini, pasti akan timbul hal lain. Aku tidak ingin embel-embel seorang wanita independen diketahui nantinya."Monalisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Ada rasa trauma baginya."Aku harus jadi Monalisa yang baru, sederhana tanpa kemewahan yang kumiliki ini." Dia bergumam sendiri.Sesampainya di hotel, Monalisa langsung mengemasi barang-barangnya. Kemudian, mandi dengan air hangat. Dan, setelahnya menikmati hidangan makan malam yang ada di hotel.Dia duduk di bangku paling depan, pemandangannya sungguh indah. Hamparan lautan yang bercahaya oleh kapal yang sedang berlayar. Kembali dirinya teringat akan masa-masa indah dengan Bryan yang hanya sekejap mata dirasakannya. Namun, detik kemudian dia kembali diingatkan bagaimana perlakuan mantan suaminya itu.Menjelang tidur, Monalisa mencoba melamar pekerjaan melalui situs aplikasi. Di sana terpampang beraneka ragam posisi jabatan yang dibutuhkan k

  • GELAGAT MISTERIUS SUAMIKU    Pulang, Sudah Malam!

    "Ya sudah sekarang kita pulang, motor kamu tinggal di sini dulu.""Apa nggak sebaiknya tidur di sini saja, Mon. Apalagi sudah mala gini," ujar Yuyul."Nggak usah, Yul. Aku dan Rara pulang saja, maaf sudah merepotkan kamu," aku menuntun Rara untuk berdiri.Sepanjang jalan aku hanya diam, sedangkan Rara masih menangis tersedu, aku sengaja tak menanyakan lagi soal kejadian itu. Takut mentalnya makin terguncang, lagian aku juga harus fokus mengemudi supaya tidak terjadi hal yang sama seperti tadi. Masih untung aku dan Bu Eti selamat. Bagaimana kalau tidak, tamat sudah hidupku.Sesampainya di rumah Rara langsung masuk ke dalam rumah mungkin masuk ke kamarnya, masih ada isakan tangisnya ketika turun dari mobil. Aku masih memarkir mobil, sekilas tadi tampak rumah gundikku sudah sepi tidak ramai ketika aku pergi menjemput Rara tadi.Setelah membersihkan diri, aku membaringkan tubuh yang begitu lelah, sebagian sendi ada yang sakit akibat kejadian tadi yang hampir menabrak Bu Eti.***Deringan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status