Share

Bab 9

"Ellea! El! Ellea!" teriak Reno menggema memenuhi seluruh rumah.

Entah apa yang kali ini membuat lelaki itu berteriak-teriak setelah tadi pagi sikapnya sudah baik-baik saja.

Ellea yang baru saja selesai mandi setelah sebelumnya memasak makanan untuk makan malam dia dan Reno, tampak bergegas keluar dari kamar. Bahkan wanita itu masih memakai bathrobe dan belum sempat berpakaian.

"Ada apa, Mas? Kenapa teriak-teriak?" tanya Ellea panik.

"Astaga, Ellea! Bagaimana kamu masih berpenampilan seperti itu saat suami kamu pulang, Ellea? Apa kamu tidak bisa sekali saja berpenampilan menarik di depan suami kamu, hah?" bentak Reno tak suka melihat penampilan Ellea yang masih belum siap.

"Ma-maaf, Mas. Tadi aku masak dulu baru mandi. Lagian Mas pulangnya sekarang agak siang, enggak seperti biasanya yang …."

"Heh, udah tahu salah kamu masih nyalahin aku juga, Ellea? Apa kamu enggak punya otak, hah?" bentak Reno sembari menoyor kepala Ellea.

Ellea langsung menunduk tanpa berani menatap wajah Reno. Wanita itu tampak menggigit bibir kuat agar tak ada isakan yang lolos kala air matanya kembali mengalir tanpa bisa dibendung.

"Sudah cepat kamu siap-siap! Daddy mengundang kita untuk makan malam di rumahnya! Awas saja kalau kamu kembali membuat ulah atau membuat aku malu. Aku tidak akan segan-segan menghukummu!" ancam Reno sambil mendorong Ellea hingga wanita itu mundur beberapa langkah ke belakang.

Tanpa mengajukan protes apa pun lagi, Ellea langsung berjalan kembali ke kamar. Lebih baik memang seperti itu daripada Ellea terlalu banyak mengeluarkan protes. Jangan sampai amarah Reno kembali meledak hanya karena Ellea yang tidak bisa membuat lelaki itu puas. Apalagi sebentar lagi akan ada pertemuan keluarga. Ellea tidak ingin kalau semua orang tahu prahara apa yang selama ini tersembunyi di dalam rumah tangganya.

Soal pakaian dan aksesoris lainnya, Ellea memang tidak pernah kekurangan. Bahkan Reno selalu memberikan Ellea semua yang terbaik dan tentunya dari merk ternama. Begitupun dengan makanan dan semua bahan masakan yang tersedia di rumah, semuanya Reno cukupi dengan bahan-bahan terbaik.

Soal uang jangan ditanya lagi. Reno memberikan Ellea kartu sakti tanpa limit untuk Ellea gunakan. Semuanya yang terbaik selalu Reno berikan kecuali cinta, kasih sayang, dan kesetiaan.

Selesai mematut diri di depan cermin dan yakin kalau penampilannya sudah memukau seperti biasanya, Ellea langsung keluar dari kamar. Dress berwarna navy dengan tas dan high heels senada tampak mempercantik penampilannya.

Reno yang keluar dari kamar sebelah dengan penampilan yang sudah rapi, langsung tersenyum lebar begitu melihat penampilan Ellea. Sepertinya lelaki itu puas dengan apa yang Ellea kenakan saat ini.

"Kamu itu memang selalu cantik, El. Aku menyukainya." Reno langsung mengecup pipi Ellea lembut dengan senyum yang merekah. "Ayo kita pergi!" ajak Reno sembari menggandeng tangan Ellea.

Ellea hanya tersenyum kecil kala kembali merasakan perlakuan manis dari suaminya. Sungguh kalau boleh menawar, Ellea ingin sekali bisa merasakannya setiap saat.

Sampai di luar, Reno pun segera membukakan pintu mobil untuk Ellea. Perlakuannya benar-benar lembut tak seperti beberapa waktu lalu. Setelah memastikan istrinya duduk dengan nyaman, Reno pun segera melajukan mobilnya lalu membelah jalanan ibu kota dengan kecepatan sedang.

"Kamu tahu kan, apa yang harus kamu lakukan saat di sana nanti, El?" tanya Reno memecah keheningan di dalam mobil.

"I-iya, Mas," sahut Ellea tergagap.

"Awas jangan membuatku malu! Kamu juga jangan pernah berdekatan dengan Rian atau aku tidak akan pernah mengampunimu! Ingat, El, aku suami kamu sekarang dan Rian hanya masa lalu kamu! Aku tidak akan pernah diam saja kalau kamu mencoba bermain api dengannya!" ucap Reno penuh peringatan.

"Tidak, Mas! Itu tidak akan pernah. Aku tidak akan mungkin berani mengkhianati kamu," sahut Ellea meyakinkan.

"Hem, bagus! Pasang senyuman kamu itu! Jangan sampai seluruh keluarga melihat wajah kamu yang kusut seperti kain pel!" titah Reno dengan perkataan yang begitu tajam.

"Baik, Mas," jawab Ellea manut.

Reno kembali fokus pada jalanan di depannya tak lelaki itu perdulikan lagi sosok Ellea di sampingnya. Yang penting saat ini Reno sudah kembali memperingatkan Ellea untuk tidak bertingkah macam-macam. Kalau sampai itu terjadi maka Ellea akan menerima akibatnya.

Sedangkan Ellea hanya bisa menelan ludahnya yang terasa begitu getir. Senyum kepalsuan yang selama ini selalu tercipta di depan keluarganya benar-benar membuat mereka percaya kalau Ellea bahagia.

Seandainya Ellea punya keberanian itu, Ellea pasti akan mengatakan semua kebenarannya. Hanya saja, Ellea tak bisa melakukan hal yang mungkin akan berakhir sebagai mimpi buruk baginya.

Setelah beberapa saat berkendara, akhirnya Reno dan Ellea tiba juga di pelataran rumah mewah keluarganya Atmadja.

Reno tampak turun lebih dulu lalu membukakan pintu mobil untuk istrinya. Ellea langsung memasang senyum palsu sembari bergelayut manja di lengan suaminya. Reno pun tampak memeluk pinggang ramping Ellea dengan begitu erat hingga posisi mereka sangatlah rapat.

"Selamat datang, Tuan, Nyonya, Anda berdua sudah ditunggunya Nyonya dan Tuan besar di meja makan," ucap seorang maid yang menyambut kedatangan mereka.

"Rian kemana?" tanya Reno memastikan keberadaan sang adik.

"Ada, Tuan. Tuan Muda Rian juga sudah datang bersama teman wanitanya," sahut maid itu apa adanya.

Ellea sempat tertegun untuk beberapa saat mendengar Rian membawa seorang teman wanita. Ada rasa sakit yang menelusup di hatinya padahal Ellea sudah berusaha membuang nama lelaki itu di hatinya.

Sedangkan Reno yang melihat perubahan raut wajah Ellea tampak tersenyum kecil. Entah apa yang ada di pikiran laki-laki itu saat ini, tapi sepertinya Reno bahagia dengan kabar yang baru saja di dengarnya.

"Ayo kita temuin keluarga kita, Sayang," ucap Reno kembali mengalihkan perhatian Ellea.

"I-iya, Mas."

Reno dan Ellea pun langsung melanjutkan langkah menuju meja makan di mana semua anggota keluarga sedang berkumpul. Begitu sampai, benar saja apa yang maid tadi katakan kalau di sana memang sudah ada empat orang yang menunggu kedatangan mereka.

"Akhirnya kalian datang juga. Ayo sini, Sayang!" ucap Ranum begitu bahagia menyambut kedatangan anak sulung dan juga menantunya.

"Maaf, Mom, tadi aku ada pekerjaan tambahan di kantor, jadi memang pulangnya sedikit telat," ucap Reno langsung mencium takzim tangan kedua orang tuanya secara bergantian.

Begitupun dengan Ellea yang juga melakukan hal yang sama Dengan suaminya.

"Ah, pantas saja kamu sedikit telat. Ya sudah, ayo duduk!" ucap Ranum membuat Reno langsung menjawab dengan anggukan kepala.

Reno pun segera menarik kursi untuk duduk Ellea. Ini sudah biasa Reno lakukan makanya tidak ada yang aneh lagi dengan keromantisan yang selalu Reno perlihatkan.

Bahkan Reno juga mengambilkan Ellea beberapa makanan kesukaannya. Meskipun Ellea sudah melarang karena tidak enak pada mertuanya, namun Reno tetap melakukannya.

"Sudah biarkan saja Reno melakukan kebiasaan nya, El. Kami justru bangga memiliki putra yang begitu menyayangi istrinya seperti Reno," ujar Pandu Atmadja—ayah Reno dan Rian.

Ellea hanya mengangguk kecil mendengar perkataan mertuanya. Seandainya apa yang dikatakan Pandu itu benar, sudah pasti Ellea akan menjadi wanita paling bahagia di dunia ini.

"Ini makanannya, Sayang. Habiskan, ya!" ucap Reno menyodorkan piring yang sudah terisi makanan.

"Terimakasih, Mas," ucap Ellea dan dijawab anggukan kepala oleh Reno.

"Oya, Nona cantik ini siapa?" tanya Reno pada wanita yang duduk di sebelah Rian.

"Dia calon istri Rian, Reno."

Deg.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status