Share

Tentang Shafita

Jika saja wanita paling sabar di dunia diurutkan namanya, maka nama Shafita pasti akan menempati nomor urut pertama.

Selama Geovane mengenal Shafita sejak masa Sekolah Menengah Pertama, ia sudah melihat dengan jelas bagaimana kesabaran yang dipancarkan oleh wanita tersebut. Saat masa sekolah dulu, Shafita tidak tergolong sebagai siswi yang mempunyai teman dalam jumlah banyak.

Jika Geovane tidak salah mengingat, Shafita tidak memiliki teman dekat lebih dari dua orang. Itu pun, sangat jarang menjalin kebersamaan. Shafita lebih banyak menghabiskan waktunya sendirian. Dia bukanlah seorang kutu buku yang senang menyendiri dan hanya ditemani oleh sebuah buku yang hanya berisi tulisan, tetapi Shafita adalah orang yang gemar menyendiri dan hanya menghabiskan waktunya untuk diri sendiri.

Wanita penyabar tersebut tidak tampak terganggu dengan perilakunya tersebut, dia sangat menikmati setiap waktu kesendiriannya. Shafita pun merupakan pribadi yang sangat sederhana dan tidak neko-neko. Dan hal tersebutlah yang membuat Geovane akhirnya memutuskan untuk menjadikan Shafita menjadi kekasihnya.

Menjadi kekasih Shafita, tidak membuat wanita tersebut menuntut banyak hal padanya. Termasuk soal kesetiaan yang sesungguhnya. Geovane memang tidak mengingkari hubungan mereka—dalam artian ia tidak menjalin hubungan yang bisa disebutkan secara spesifik dengan wanita lain.

Namun, bukan kesetiaan yang sesungguhnya yang bisa Geovane berikan.

Ia menjalin banyak kedekatan yang tidak bisa dikatakan sebagai kedekatan ‘teman biasa’ dengan banyak wanita, termasuk dengan sekretarisnya sendiri yang bernama Jesslyn.

Geovane pun sama sekali tidak menyembunyikan hal tersebut dari Shafita, karena ia sama sekali tidak berniat untuk menyembunyikan apa pun dari kekasihnya tersebut. Bahkan, bukan hal asing bagi Geovane untuk bermesraan dengan wanita lain di hadapan Shafita.

Pernah suatu ketika, Geovane mengajak Jesslyn ketika ia mempunyai janji makan malam berdua dengan Shafita. Ia membawa kedua wanita tersebut ke sebuah restoran mewah yang mana membuatnya harus kehilangan lima puluh juta hanya untuk porsi makanan yang kecil.

Namun, itu tentu bukanlah sesuatu yang merugikan bagi seorang pengusaha muda yang sukses mendunia seperti Geovane.

Geovane ingat betul jika mereka menempati meja nomor 34 yang membuat mereka disuguhi pemandangan buatan yang sangat indah. Mereka duduk melingkar, dengan meja kecil yang menjadi penghalang. Saat itu Shafita mengenakan pakaian yang simpel dan sopan, seperti biasanya. Dan sama seperti Shafita, Jesslyn pun mengenakan pakaian seperti biasanya.

Namun, sudah dapat dipastikan bahwa taraf ‘biasa saja’ bagi seorang Shafita dan Jesslyn sangatlah berbeda jauh. Karena Jesslyn pada saat itu mengenakan pakaian yang sangat memperlihatkan bagaimana kemolekan tubuhnya. Bahkan karena hal tersebut membuat banyak pria yang menatapnya penuh minat, kecuali Geovane yang tampak biasa saja dan terkesan tak peduli akan bagaimana penampilan sekretarisnya tersebut.

Pada saat itu, Jesslyn mencoba untuk mencairkan suasana yang terasa tidak menyenangkan karena Shafita yang menunjukkan mimik wajah yang tidak suka dengan kentara. Jelas sekali jika kekasih Geovane tersebut tidak mencoba untuk menyembunyikan perasaannya.

“Tidakkah malam ini merupakan malam yang sangat indah?” tanya Jesslyn dengan melihat ke arah Geovane dan Shafita secara bergantian, tetapi jelas tatapannya lebih dominan ke arah Geovane. Hal tersebut membuat Shafita semakin menunjukkan raut wajah tidak suka.

“Ah tidak! Aku tidak setuju denganmu! Menurutku malam ini adalah malam yang buruk karena sepertinya malam ini banyak kupu-kupu malam yang berkeliaran. Kau tahu bukan jika itu sangat berbahaya?” balas Shafita dengan nada yang sarat akan sindiran untuk Jesslyn yang berpakaian terlampau seksi dan tengah menjadi orang ke-tiga dari acara makan malam sepasang kekasih.

Geovane yang sudah mulai merasakan adanya aura negatif yang dipancarkan oleh dua wanita yang datang bersamanya mulai menarik napas dan mempersiapkan telinganya untuk mendengarkan perdebatan yang akan mereka ciptakan.

Shafita dan Jesslyn adalah air dan minyak yang tidak akan bisa menyatu, bahkan ketika tangan sudah berusaha mengaduknya dengan tempo yang sangat kuat.

Seharusnya Geovane sudah menyadari jika merupakan kesalahan yang sangat tidak bijak untuk dilakukan karena mengajak Shafita dan Jesslyn untuk makan malam di saat yang bersamaan. Setelah membuat janji makan malam bersama Shafita, Geovane seolah melupakan fakta jika kekasihnya tersebut mempunyai hubungan yang buruk dengan sekretarisnya. Dan tanpa pertimbangan ia menghubungi Jesslyn setelahnya.

Sekarang, Geovane mulai menyesali keputusannya. Apalagi ketika perdebatan mereka mulai berlanjut.

Jesslyn kembali menyahuti ucapan Shafita yang sangat jelas ditunjukkan olehnya. “Kau benar, kupu-kupu malam sangat berbahaya bagi wanita yang tidak memiliki daya pikat yang kuat. Apalagi wajahnya yang tidak secantik wanita yang menjadi incaran banyak pria. Pasangan wanita yang tidak menarik tersebut pasti akan dengan mudah direbut oleh kupu-kupu malam.”

“Beruntungnya wajahku tidak kalah cantik dari kupu-kupu malam, hanya saja make-up yang aku kenakan kalah tebal. Dan hal tersebut tidak perlu aku lakukan, untuk apa menebalkan muka? Aku memiliki rasa malu yang cukup.” Shafita tersenyum manis yang tampak mengerikan di mata Geovane.

Di tengah perdebatan yang sedang berlangsung, Geovane justru memakan makannya dengan santai. Tidak akan mencoba untuk melerai keduanya kecuali jika nanti mereka sudah menciptakan keributan yang akan membuat pengunjung lain terganggu.

Memang ada pepatah yang mengatakan sedia payung sebelum hujan. Yang mengartikan bahwa seseorang harus berusaha melakukan sesuatu sebelum sesuatu yang buruk terjadi. Namun, Geovane tahu jika Shafita tidak akan membuat keributan. Seperti yang dikatakannya tadi, wanita tersebut mempunyai malu yang cukup.

“Oh jadi wajahmu ini sudah yang paling cantik versimu? Aku jadi tidak bisa membayangkan bagaimana jika wajahmu sedang jelek. Walau riasan wajahmu tidak tebal, tapi aku yakin bahwa kau masih mengenakan riasan. Aku jadi ingin tahu bagaimana wajahmu ketika bangun tidur,” ujar Jesslyn dengan tatapan mengejek. Shafita memang tidak bisa dikatakan jelek, tetapi Jesslyn merasa lebih cantik dan molek daripada Shafita.

Namun, Jesslyn harus menelan kepercayaan dirinya mentah-mentah ketika Geovane yang menimpali ucapannya.

“Shafita sangat cantik, dengan ataupun tanpa riasan wajah. Apalagi ketika bangun tidur, dia terlihat sangat menawan di mataku.”

Geovane mengutarakan pendapatnya, tanpa maksud untuk membela Shafita. Ia hanya mengutarakan apa yang ada dalam benaknya mengenai Shafita dengan jujur tanpa unsur melebih-lebihkan.

Hal tersebut membuat Shafita tersenyum penuh kemenangan atas Jesslyn. Ia merasa jika Geovane selalu membantunya setiap kali Jesslyn mencoba untuk menjatuhkannya. Di saat-saat seperti ini, Shafita sering merasa jika Geovane sangat mencintainya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status