"Anggap saja kejadian malam itu tidak pernah terjadi," kata David sambil meletakkan cek itu di atas meja. Ia menatap Amelia, ia melihat air mata mulai menetes di kedua netra indah Amelia. Tapi,gadis itu tampak sangat tenang,berbeda dengan reaksi yang ia berikan saat pertama kali.
Amelia hanya menatap David yang duduk di hadapannya dengan perasaan campur aduk. Ia menyadari satu hal, dalam hati David tidak ada cinta sama sekali. Semua yang terjadi hanyalah kesalahan. Takdir yang sudah mempermainkan mereka.
Perlahan, Amelia menghapus air matanya. Ia menarik napas panjang dan kemudian mengembuskannya perlahan.
"Pulanglah."
David menautkan alis matanya sambil menatap Amelia dengan bingung.
"Maksudmu?"
"Apa perkataanku kurang jelas? Kau sendiri yang mengatakan tadi. Anggap saja kejadian malam itu tidak pernah terjadi. Baiklah, aku akan menurutimu, anggap saja tidak pernah terjadi apa-apa di antara kita berdua. Sekarang ,pulanglah," kata Amelia dengan nada datar. David kembali merasa serba salah. Namun,ia tidak dapat berbuat apa-apa. David pun segera bangkit berdiri dan melangkah pergi.
Setelah melihat David pergi dan menutup pintu, Amelia hanya bisa duduk diam di sofanya sambil menangis. Ia meraih cek yang tergeletak begitu saja di atas meja saat melihat nominalnya Amelia hanya tersenyum getir.
"Aku memang tidak secantik Karla,Tuhan. Tapi, apakah kebahagiaan itu hanya untuk mereka yang memiliki tubuh kurus dan langsing? Apakah orang yang memiliki tubuh gemuk seperti aku tidak berhak untuk menikmati kebahagiaan?"
Amelia mulai bermonolog dan menangis. Di saat seperti ini tiba-tiba ia begitu merindukan kedua orangtuanya yang sudah lama tiada. Dulu,jika ia menangis, ia akan berlari ke dalam pelukan sang ibu. Lalu ibunya akan membelai dengan lembut sampai ia jatuh tertidur dan saat terbangu di pagi hari ia akan merasakan kembali kebahagiaan. "Aku merindukanmu,Bu," bisik Amelia lirih. Gadis itu pun berbaring dan memejamkan mata, ia menangis pedih sampai akhirnya ia pun jatuh tertidur.
***
Segalanya benar-benar seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Seminggu setelah David memberikan cek Amelia kembali bekerja seperti biasanya. Apa lagi Karla akan segera mengeluarkan single terbaru, tentu saja Amelia yang harus sibuk,bukan? Sementara Karla hanya tinggal menghapal lirik lagunya saja supaya tidak salah ketika dia harus lipsing.
"Terima kasih,Mel. Aku yakin single Karla kali ini juga akan laku keras di pasaran," kata David setelah rekaman selesai. Amelia tak menjawab ia hanya tersenyum kecil dan langsung keluar dari studio.
"Kau kenapa,hah?"
Amelia menoleh dan mendapati Karla sedang berdiri sambil berkacak pinggang.
"Kau sudah gila,Kak? Aku kenapa memangnya?" tanya Amelia.
"Sejak konser di Menado kemarin kau malas berlatih, dan kau juga tidak melakukan apa yang biasa aku perintahkan. Kau sudah tidak butuh uang?"
Amelia tertawa kecil, "Aku tidak membutuhkanmu,Kak. Tapi,sebaliknya kau yang membutuhkan aku. Memangnya kau bisa bernyanyi sebagus aku? Hanya orang yang indera pendengarannya rusak yang mau mendengarkan kau bernyanyi. Jika aku tidak ada kau tidak bisa apa-apa. Karena selama ini yang kau jual hanyalah kecantikan dan keindahan tubuh serta wajahmu," kata Amelia dengan sinis.
Karla melotot tak percaya ,kesal ia pun langsung melayangkan tamparan yang tepat di pipi Amelia.
"Apa-apaan ini?!"
Karla dan Amelia pun menoleh serentak dan melihat David sedang berdiri dan menatap keduanya dengan tajam. Karla segera menghampiri dan memeluk David.
"Aku rasa kau harus mencari pengganti Amelia.Dia sudah banyak tingkah sekarang. Padahal kau sudah menyuruh dia untuk melatih aku,kan. Tapi, dia tidak melakukannya. Dia sudah benar-benar keterlaluan," kata Karla.
Alih-alih memanjakan Karla seperti yang biasa ia lakukan,David melepaskan tangan Karla.
"Kau yang harus meghargai Amelia, tanpa suara emasnya kau tidak akan bisa terkenal seperti sekarang," ujar David.
"Ka-kau ... Kau membela dia,baby?"
"Aku tidak membelanya,aku hanya mengatakan apa yang memang sedang terjadi saat ini. Sudahlah,lebih baik kau hapalkan single terbarumu. Lusa aku akan mengirimkan guru vocal ke apartemenmu," putus David. Karla hanya melongo, sementara Amelia yang tidak mau ambil pusing langsung melangkah keluar.
***
Amelia berkali-kali menatap kalender di kamarnya. Seharusnya ia sudah datang bulan. Tapi tiga bulan ini ia tidak pernah mendapatkan tamu bulanannya. Hatinya resah. Sudah tiga bulan sejak kejadian itu. Dan pagi ini ia pun sudah menyiapkan beberapa tespack yang ia beli dari apotik kemarin. Namun, gadis itu hanya mondar mandir sambil menggigit jarinya. Ia merasa takut dan sedikit bingung. Bagaimana jika hasilnya positif seperti dugaannya? Amelia ragu,tapi pada akhirnya ia pun melangkah ke kamar mandi dan melakukan tes kecil di pagi hari.
Dan,gadis itu terkejut bukan kepalang saat kelima tespack yang ia beli menunjukkan garis dua yang tandanya ia positif hamil. Amelia merasa dunianya runtuh seketika, tiba-tiba ia merasa benci pada dirinya sendiri. Gadis itu pun mulai berteriak histeris dan melemparkan apa saja yang ada di dekatnya,bahkan tanpa sadar ia mengepalkan tangan dan memukul kaca riasnya hingga pecah. Tidak ada rasa sakit meskipun tangannya mengeluarkan darah. Ia melepaskan semua emosinya hingga dalam waktu sebentar saja apartemennya sudah dalam kondisi berantakan.
Lelah mengamuk gadis itu membanting tubuhnya ke atas tempat tidurnya dan mulai menangis pilu.
"Kenapa ya Tuhan! Kenapa kau memberikan kesempurnaan kepada Karla sementara aku? Kau beri aku tubuh seperti karung beras dengan gumpalan lemak di mana-mana seperti ini. Aku saja tidak tertarik melihat tubuhku di cermin,dan kini Kau beri aku cobaan seperti ini,Kau jahat Tuhan!' jerit Amelia pilu.
Entah berapa lama ia mengamuk dan menangis. Tak dihiraukannya suara bel di pintu dan dering telepon yang berbunyi berkali-kali. Ia juga tidak peduli tangannya yang luka. Hingga akhirnya gadis itu lelah sendiri. Perlahan ia bangkit menuju kamar mandi. Diisinya bathtub dengan air hangat dan mulai berendam. Setelah puas, Amelia mengeringkan tubuhnya dan mengobati lukanya. Ia membuka lemari pakaiannya,ada sebuah kotak kecil di dalam lemari itu. Perlahan ia membawa kotak kecil itu keluar dan menaruhnya di atas tempat tidurnya.
Ia membuka kotak itu dan mengeluarkan isinya. Ada paspor dan visa miliknya serta beberapa buku tabungan. Selama ini ia selalu berhemat,dengan tubuh segemuk itu Amelia tidak pernah tertarik untuk membeli baju yang modis, karena pasti tidak ada yang muat dengannya. Gadis itu lalu meraih selembar cek yang pernah David berikan tiga bulan yang lalu. Ia mengusap perutnya perlahan ,"Kita akan pergi dari sini dan memulai hidup yang baru. Percuma jika aku memberitahu Daddymu tentang kehadiranmu. Dia pasti akan menyuruh untuk membuangmu dengan uangnya,nak."
Amelia menarik napas panjang. Tekadnya sudah bulat,ia tau harus ke mana ia pergi saat ini. Ia pun langsung meraih kopernya dan mengemasi pakaiannya. Semua surat-surat penting termasuk ijazah miliknya ia masukkan ke dalam koper. Sementara buku tabungan, ATM ,paspor dan visa serta cek pemberian David ia masukkan ke dalam tas yang lain. Tekadnya sudah bulat untuk pergi dan memulai kehidupan yang baru.
'Siapa ayah bayi itu,' batin David sambil melihat Karla yang sibuk dengan membongkar barang-barang milik Amelia. Tidak ada yang tersisa satupun selain meninggalkan tanda tanya besar."Dia tidak meninggalkan pesan sama sekali, David. Bagaimana ini?" tanya Karla."Apanya yang bagaimana? Jangan kau kira aku tidak pusing. Minggu depan kau harus mengadakan show dan pihak penyelenggara tidak pernah mau penyanyi lipsing. Satu-satunya cara kau harus berlatih selama seminggu ini dengan keras!""Suaraku tidak cukup tinggi, bagaimana bisa aku menyaingi suara Amelia?!" pekik Karla putus asa."Lalu, kau mau aku bagaimana? Mencari pengganti Amelia? Belum ada yang memikili karakter suara yang seperti Amelia," sahut David kesal. Lelaki itu pun segera meninggalkan Karla keluar dari kamar Amelia. Dia harus mengecek keberadaan Amelia. Gadis itu tidak bisa pergi begitu saja, bagaimanapun Amelia adalah asset berharga miliknya. David tau betul itu, dan saat ini ia benar-benar kalut. Semua gara-gara alk
Amelia sudah benar- benar bertekad bulat dan pergi untuk memulai semuanya dari awal. Yang paling penting baginya sekarang adalah menata hati dan kehidupannya. Ia memilih kota Seoul, Korea selatan sebagai tempatnya untuk melarikan diri dan pergi dari semuanya. Beruntung bagi Amelia salah seorang sahabar terbaiknya yang dulu bekerja sebagai penyanyi latar untuk Karla juga sekarang berada di kota itu. Amelia sudah menelepon dan menceritakan segalanya. Tasya, sahabatnya tentu saja tidak keberatan Amelia datang,bahkan ia berjanji akan membantu Amelia mendapatkan pekerjaan juga di Korea nanti. Semua barang-barang milik Amelia sudah siap, ia menatap kamar apartemennya sekali lagi,ah bukan miliknya, apartemen ini milik David yang diberikan kepadanya sebagai fasilitas bekerja. Amelia tidak memiliki apa-apa lagi. Satu-satunya keluarga yang ia miliki hanyalah Karla. Akan tetapi, bagi Karla sendiri mungkin dirinya tiada arti sama sekali. Apalah Amelia di mata Karla, hanya adik yang merepotkan
"Anggap saja kejadian malam itu tidak pernah terjadi," kata David sambil meletakkan cek itu di atas meja. Ia menatap Amelia, ia melihat air mata mulai menetes di kedua netra indah Amelia. Tapi,gadis itu tampak sangat tenang,berbeda dengan reaksi yang ia berikan saat pertama kali.Amelia hanya menatap David yang duduk di hadapannya dengan perasaan campur aduk. Ia menyadari satu hal, dalam hati David tidak ada cinta sama sekali. Semua yang terjadi hanyalah kesalahan. Takdir yang sudah mempermainkan mereka.Perlahan, Amelia menghapus air matanya. Ia menarik napas panjang dan kemudian mengembuskannya perlahan."Pulanglah."David menautkan alis matanya sambil menatap Amelia dengan bingung."Maksudmu?""Apa perkataanku kurang jelas? Kau sendiri yang mengatakan tadi. Anggap saja kejadian malam itu tidak pernah terjadi. Baiklah, aku akan menurutimu, anggap saja tidak pernah terjadi apa-apa di antara kita berdua. Sekarang ,pulanglah," kata Amelia dengan nada datar. David kembali merasa serba s
David merasa gelisah. Semua crew sudah bersiap di belakang panggung termasuk juga Karla. Tapi, Amelia tidak juga bisa dihubungi. Bahkan,yang membuat David kaget setengah mati saat melihat kamar Amelia dibersihkan dan room service mengatakan penghuni kamar sudah cek out . Ponsel Amelia sendiri tak bisa dihubungi sementara band pembuka sudah hampir selesai dan giliran Karla hampir tiba sementara Amelia entah berada di mana. David berjalan mondar mandir sambil sesekali meremas rambutnya sendiri dengan gemas, 'Arrgh, Amelia, kau di mana?" batin David.' Namun tepat lima menit sebelum Karla tampil Amelia muncul dengan wajah yang tampak pucat. Tidak ada yang bertanya kenapa wajahnya pucat atau dari mana saja dirinya hingga terlambat. David memang berlari menyongsongnya namun bukan untuk bertanya tapi langsung menyerahkan mic kepada Amelia."Karla sudah hampir naik. Lagu pertama sama seperti kemarin," kata David. Amelia tak menjawab, ia hanya meraih mic dari tangan David dan langsung
"Kenapa kau bisa tidur di kamar ini?!" seru David saat melihat seorang gadis bertubuh gemuk tidur di sampingnya. Sementara gadis yang sedang tertidur itupun langsung terbangun saat mendengar teriakan David. Sama dengan reaksi David ,gadis itupun berteriak histeris. Apa lagi saat ia menarik selimut ternyata tubuhnya dalam kondisi polos tanpa sehelai benangpun. Lebih kaget lagi saat ia melihat ada noda darah di sprei hotel yang berwarna putih itu. "Kau sudah tidak wras Amelia?!"hardik David sambil buru-buru mengenakan pakaiannya yang berserakan di lantai."Kenapa jadi aku?!Ini kamarku,David!" seru Amelia. David mengerutkan dahinya,namun ia segera melangkah untuk memastikan. Dan saat ia melihat nomor kamar itu,Amelia benar. Dialah yang salah masuk kamar."Kau kan yang salah!" seru Amelia saat David kembali ke hadapannya. Gadis itu tergugu,ia tak kuasa menahan sesak di dadanya saat ini. Bagaimana bisa keperawanan yang selama ini ia jaga bisa hilang begitu saja.Bahkan ia sendiri