'Siapa ayah bayi itu,' batin David sambil melihat Karla yang sibuk dengan membongkar barang-barang milik Amelia. Tidak ada yang tersisa satupun selain meninggalkan tanda tanya besar.
"Dia tidak meninggalkan pesan sama sekali, David. Bagaimana ini?" tanya Karla.
"Apanya yang bagaimana? Jangan kau kira aku tidak pusing. Minggu depan kau harus mengadakan show dan pihak penyelenggara tidak pernah mau penyanyi lipsing. Satu-satunya cara kau harus berlatih selama seminggu ini dengan keras!"
"Suaraku tidak cukup tinggi, bagaimana bisa aku menyaingi suara Amelia?!" pekik Karla putus asa.
"Lalu, kau mau aku bagaimana? Mencari pengganti Amelia? Belum ada yang memikili karakter suara yang seperti Amelia," sahut David kesal.
Lelaki itu pun segera meninggalkan Karla keluar dari kamar Amelia. Dia harus mengecek keberadaan Amelia. Gadis itu tidak bisa pergi begitu saja, bagaimanapun Amelia adalah asset berharga miliknya. David tau betul itu, dan saat ini ia benar-benar kalut. Semua gara-gara alkohol sialan!
Hal yang pertama David lakukan adalah mengecek ke Bank. Ternyata cek pemberiannya untuk Amelia baru saja dicairkan sehari yang lalu. Cukup lama juga sejak kejadian itu, pikir David. Beberapa anak buahnya ia kerahkan untuk mencari di mana kira- kira gadis itu berada, tapi sia- sia saja.
"Dia bukan gadis kecil yang dapat bersembunyi dengan mudah! Masa iya kalian tidak dapat menemukannya?!" hardik David kepada orang-orang suruhannya.
"Tidak ada yang tau ke mana Mbak Amel pergi, boss. Kami sudah mencari info ke beberapa orang kawan dekatnya, tapi tidak ada yang tau di mana dia saat ini."
David benar-benar frustasi, bagaimana bisa mempertahankan Karla untuk tetap menjadi bintang di management mereka jika begini caranya.
"Kau kan bisa mencari bintang baru, Dave," kata Patricia. Patricia adalah sepupu David yang paling dekat dengannya. Sejak lama ia memang tidak begitu menyukai Karla. Patricia tidak suka dengan sikap Karla yang sedikit arogan dan menyebalkan. Jika boleh jujur seandainya saja Amelia bertubuh langsing Patricia lebih suka gadis itu yang menjadi bintang di management mereka.
"Mencari bintang baru bagaimana maksudmu, Pat?" tanya David.
Patricia mencebikkan bibirnya, ia paling tidak suka jika di panggil Pat. Tapi, memang sejak kecil David suka sekali memanggilnya Pat, arrg sangat menyebalkan.
"Berhenti memanggilku Pat, Dave!" hardiknya kesal. David hanya mengendikkan bahunya dan menatap sepupunya itu.
"Lusa, ada acara televisi, live! Bagaimana dia bisa bernyanyi dengan benar?" kata David sambil mengusap wajahnya dengan kasar pertanda ia merasa sangat gusar.
"Kau bayar guru vocal, suruh gadis manjamu itu berlatih dengan baik. Selama ini memang kau yang salah. Bagaimana bisa kecantikan menjadi syarat utama untuk menjadi bintang, ya, katakanlah memang untuk menjual. Tapi, Karla itu lebih cocok menjadi foto model atau pemain sinetron ketimbang menjadi penyanyi!"
Patricia akhirnya memilih untuk keluar dari ruangan kerja sepupunya itu. Gadis itu ingin David berpikir ulang untuk mempertahankan Karla sebagai penyanyi. Menurut Patricia masih bnyak penyanyi lain yang memiliki suara jauh lebih merdu dibandingkan Karla, tapi, David lebih suka mempertahankan gadis itu.
Dan apa yang selama ini ditakutkan oleh David benar-benar terjadi. Beberapa kontrak dibatalkan, dan berita tentang Karla menjadi sorotan. 'Penyanyi terkenal Karla kehilangan suara emasnya dan harus operasi karena radang tenggorokan,' menjadi headline news di beberapa infotainment. David benar-benar merasa frustasi. Dan pada akhirnya perusahaan mereka mengadakan acara varity show, mencari bintang baru. Karir Karla hancur sudah dalam sekejab mata.
Untung saja gadis itu memiliki wajah yang cantik dan tubuh yang aduhai mempesona sehingga meski dunia tarik suara harus terhenti ia bisa menjadi pemain sinetron dan juga bintang iklan. Tidak dapat dipungkiri kecantikan Karla memang sangat memukau.Itu yang menjadi daya tarik utamanya.
"Kau mau memilih gadis itu sebagai pemenang?" tanya Karla pada David saat rapat berlangsung di ruang meeting. Acara mencari bintang yang diadakan oleh perusahaan milik David memang menjadikan Karla sebagai juri. Dan saat ini mereka dan beberapa anggota tim termasuk Patricia terlibat dalam obrolan yang cukup panas. Karla menilai bahwa bintang pilihan David memiliki suara yang tidak terlalu bagus. Di mata Karla David hanya menilai dari penampilannya yang memang cukup cantik dan juga masih terbilang sangat muda.
"Dia kompeten,La. Wajahnya juga cukup menjual. Soal suara itu bisa dilatih dengan mendatangkan guru vocal. Yang pasti dia jauh lebih baik darimu dalam menyanyi," oceh David.
Karla seketika meradang, rasa cemburunya lebih dominan menguasai saat ini.
"Bilang saja kau ingin menyingkirkan diriku dan mencari kekasih baru yang jauh lebih muda dan segar dariku,iya kan?" seru Karla. Patricia yang sejak tadi diam memperhatikan mulai merasa kesal dengan sikap Karla yang menurutnya sangat kekanak-kanakan.
"Kau ini bisa tidak bersikap profesional sedikit? Jangan bawa-bawa masalah perasaan dan hubungan asmara kalian di sini. Saat ini kita sedang meeting dan menentukan juara dari kontes yang kita adakan. Kalau aku boleh jujur, kali ini aku sependapat dengan Karla. Katakankanlah gadis itu cantik dan memiliki daya jual,tapi suaranya tidak terlalu bagus ,Dave. Aku lebih setuju jika yang menang yang satunya lagi,siapa namanya tadi,Gwen. Suara Gwen jauh lebih matang dan juga tinggi. Kau dengar kan dia membawakan lagu Shes Gone dengan begitu baik. Itu bukan lagu yang gampang untuk dinyanyikan,Dave. Soal penampilannya kita masih bisa atasi. Kau sedikit bermasalah dengan kulitnya yang sawo matang itu,kan? Bisa suntik putih, Dave. Semua bisa kalau ada dananya."
Beberapa anggota tim yang lain sepakat dengan apa yang dikatakan oleh Patricia, hal itu membuat Karla sedikit senang. Selama ini, Karla sangat bangga dengan kecantikan yang ia miliki. Dan ia merasa tidak ingin tersaingi.
"Kita ambil suara terbanyak saja kalau begitu," kata salah satu anggota Tim penyelenggara. David mengembuskan napasnya dengan kasar sambil mengangkat kedua tangannya ke atas. "Baik! Aku menyerah! Kita lakukan vote saja. Aku tetap memilih Bianca."
Dan,ternyata David harus mengaku kalah kali ini,suara terbanyak memilih Gwen sebagai juara di ajang mencari bintang baru yang ia adakan.
"Kau jangan senang dulu," bisik Patricia pada Karla saat meeting selesai.
"Aku mengatakan hal itu karena aku tidak mau David terjebak dua kali dengan penyanyi yang tidak bisa apa-apa. Hanya mengandalkan kecantikan tapi skill nol besar.Beruntung semua awak media percaya bahwa untuk sementara kau harus beristirahat pasca operasi yang mengharuskan kau untuk berhenti bernyanyi sementara. Bagaimana jika mereka tau yang sebenarnya bahwa selama ini memang bukan kau yang menyanyi tapi adik kandungmu," lanjut gadis itu membuat Karla mengepalkan tangannya kesal. Tapi, ia tidak berani juga untuk mencari keributan dengan Patricia,mengingat kedudukan Patricia yang sama dengan David.
Amelia harus ditemukan bagaimanapun caranya agar dirinya bisa kembali menjadi sang bintang,batin Karla.
'Siapa ayah bayi itu,' batin David sambil melihat Karla yang sibuk dengan membongkar barang-barang milik Amelia. Tidak ada yang tersisa satupun selain meninggalkan tanda tanya besar."Dia tidak meninggalkan pesan sama sekali, David. Bagaimana ini?" tanya Karla."Apanya yang bagaimana? Jangan kau kira aku tidak pusing. Minggu depan kau harus mengadakan show dan pihak penyelenggara tidak pernah mau penyanyi lipsing. Satu-satunya cara kau harus berlatih selama seminggu ini dengan keras!""Suaraku tidak cukup tinggi, bagaimana bisa aku menyaingi suara Amelia?!" pekik Karla putus asa."Lalu, kau mau aku bagaimana? Mencari pengganti Amelia? Belum ada yang memikili karakter suara yang seperti Amelia," sahut David kesal. Lelaki itu pun segera meninggalkan Karla keluar dari kamar Amelia. Dia harus mengecek keberadaan Amelia. Gadis itu tidak bisa pergi begitu saja, bagaimanapun Amelia adalah asset berharga miliknya. David tau betul itu, dan saat ini ia benar-benar kalut. Semua gara-gara alk
Amelia sudah benar- benar bertekad bulat dan pergi untuk memulai semuanya dari awal. Yang paling penting baginya sekarang adalah menata hati dan kehidupannya. Ia memilih kota Seoul, Korea selatan sebagai tempatnya untuk melarikan diri dan pergi dari semuanya. Beruntung bagi Amelia salah seorang sahabar terbaiknya yang dulu bekerja sebagai penyanyi latar untuk Karla juga sekarang berada di kota itu. Amelia sudah menelepon dan menceritakan segalanya. Tasya, sahabatnya tentu saja tidak keberatan Amelia datang,bahkan ia berjanji akan membantu Amelia mendapatkan pekerjaan juga di Korea nanti. Semua barang-barang milik Amelia sudah siap, ia menatap kamar apartemennya sekali lagi,ah bukan miliknya, apartemen ini milik David yang diberikan kepadanya sebagai fasilitas bekerja. Amelia tidak memiliki apa-apa lagi. Satu-satunya keluarga yang ia miliki hanyalah Karla. Akan tetapi, bagi Karla sendiri mungkin dirinya tiada arti sama sekali. Apalah Amelia di mata Karla, hanya adik yang merepotkan
"Anggap saja kejadian malam itu tidak pernah terjadi," kata David sambil meletakkan cek itu di atas meja. Ia menatap Amelia, ia melihat air mata mulai menetes di kedua netra indah Amelia. Tapi,gadis itu tampak sangat tenang,berbeda dengan reaksi yang ia berikan saat pertama kali.Amelia hanya menatap David yang duduk di hadapannya dengan perasaan campur aduk. Ia menyadari satu hal, dalam hati David tidak ada cinta sama sekali. Semua yang terjadi hanyalah kesalahan. Takdir yang sudah mempermainkan mereka.Perlahan, Amelia menghapus air matanya. Ia menarik napas panjang dan kemudian mengembuskannya perlahan."Pulanglah."David menautkan alis matanya sambil menatap Amelia dengan bingung."Maksudmu?""Apa perkataanku kurang jelas? Kau sendiri yang mengatakan tadi. Anggap saja kejadian malam itu tidak pernah terjadi. Baiklah, aku akan menurutimu, anggap saja tidak pernah terjadi apa-apa di antara kita berdua. Sekarang ,pulanglah," kata Amelia dengan nada datar. David kembali merasa serba s
David merasa gelisah. Semua crew sudah bersiap di belakang panggung termasuk juga Karla. Tapi, Amelia tidak juga bisa dihubungi. Bahkan,yang membuat David kaget setengah mati saat melihat kamar Amelia dibersihkan dan room service mengatakan penghuni kamar sudah cek out . Ponsel Amelia sendiri tak bisa dihubungi sementara band pembuka sudah hampir selesai dan giliran Karla hampir tiba sementara Amelia entah berada di mana. David berjalan mondar mandir sambil sesekali meremas rambutnya sendiri dengan gemas, 'Arrgh, Amelia, kau di mana?" batin David.' Namun tepat lima menit sebelum Karla tampil Amelia muncul dengan wajah yang tampak pucat. Tidak ada yang bertanya kenapa wajahnya pucat atau dari mana saja dirinya hingga terlambat. David memang berlari menyongsongnya namun bukan untuk bertanya tapi langsung menyerahkan mic kepada Amelia."Karla sudah hampir naik. Lagu pertama sama seperti kemarin," kata David. Amelia tak menjawab, ia hanya meraih mic dari tangan David dan langsung
"Kenapa kau bisa tidur di kamar ini?!" seru David saat melihat seorang gadis bertubuh gemuk tidur di sampingnya. Sementara gadis yang sedang tertidur itupun langsung terbangun saat mendengar teriakan David. Sama dengan reaksi David ,gadis itupun berteriak histeris. Apa lagi saat ia menarik selimut ternyata tubuhnya dalam kondisi polos tanpa sehelai benangpun. Lebih kaget lagi saat ia melihat ada noda darah di sprei hotel yang berwarna putih itu. "Kau sudah tidak wras Amelia?!"hardik David sambil buru-buru mengenakan pakaiannya yang berserakan di lantai."Kenapa jadi aku?!Ini kamarku,David!" seru Amelia. David mengerutkan dahinya,namun ia segera melangkah untuk memastikan. Dan saat ia melihat nomor kamar itu,Amelia benar. Dialah yang salah masuk kamar."Kau kan yang salah!" seru Amelia saat David kembali ke hadapannya. Gadis itu tergugu,ia tak kuasa menahan sesak di dadanya saat ini. Bagaimana bisa keperawanan yang selama ini ia jaga bisa hilang begitu saja.Bahkan ia sendiri