Home / Romansa / GODAAN PRA NIKAH / Kembali mengingat

Share

GODAAN PRA NIKAH
GODAAN PRA NIKAH
Author: Riyatun jannah

Kembali mengingat

last update Last Updated: 2021-11-24 14:03:48

Matahari telah meredup, cahaya jingganya telah bergeser ke barat. Angin sore menambah syahdu suasana. 

Aku tengah menyender pada sofa panjang di ruang keluarga rumahku. Sembari sesekali menyeruput kopi yang sedari tadi tergeletak di meja. Jemariku asik menggeser layar ponsel membuka tutup aplikasi berwarna biru. Sebenarnya tak banyak yang kulakukan pada benda itu. Aku hanya membuka kunci layar, menatapnya sebentar lalu menguncinya kembali. Begitu seterusnya. Pikiranku bercampur. Antara sedih, senang atau apa, semua membaur menciptakan kebingungan. Ekspresi apa yang harus aku tampakkan.

"Kenapa dia tiba tiba muncul?" Gumamku.

Aku kembali membuka aplikasi biru. Kutelusuri pesan didalammya. Jemariku terhenti pada satu nama.

Hendi pradipta 

Laki-laki yang sempat menjalin hubungan denganku di masa sekolah dulu. Sejak lulus SMA aku tak tau kabarnya. Lebih tepatnya, aku tak ingin tau kabarnya. Entah mengapa kini dia datang dikehidupanku lagi. Disaat aku akan menikah dengan calon suamiku.

*****

Enam tahun lalu

Hari itu, pagi sudah berganti siang. Anak anak berseragam putih abu abu keluar melewati gerbang. Beberapa terlihat setengah berlari. Akupun berjalan bergegas mengejar beberapa anak didepan.

"Tungguin weeeyyy...!!!" Teriakku sembari menarik bagian belakang tas satu dari beberapa anak itu.

"Naaayyy sakit" protes anak itu.

Lainnya menyambut dengan merangkulku kemudian berjalan beriringan sambil bergurau. Yah, Aku, ilma, Dini dan Mei. Kami bersahabat dari sekolah dasar. Tak pernah ada yang di tutupi seakan rasa canggung telah luntur diantara kami. Bahkan untuk melakukan hal konyol yang memalukan pun kami sudah tak memiliki gengsi. Sangat manis jika diceritakan.

Pernah sekali saat aku sakit. Mereka rela menginap di rumahku agar dapat merawat dan menjagaku. Maklum, ibu bekerja sebagai kasir toko saat itu. Waktunya tak banyak dirumah karena harus pergi bekerja dipagi hari dan pulang saat matahari sudah terbenam. Itupun jika tak ada lembur karena barang datang.

Setiap hari kami berangkat bersama. Berpisah hanya ketika memasuki gang rumah masing-masing. Selebihnya kami kembali berkumpul pada grup chat di ponsel.

"Aku duluan yaaa...daahhh" ucapku saat keluar dari angkutan kota yang bisa mereka tumpangi.

"Daaahhh" sahut lainnya dari dalam angkutan

Aku menyusuri jalan komplek yang lengang. Karena biasanya siang hari memang sebagian penduduknya belum pulang bekerja.

" yuk nay naik. Biar sekalian saya antar" tegur Hendi yang mengendarai motor matic dengan warna maroon hitam

Tanpa menjawab aku biasanya langsung membonceng. Lumayan biar nggak capek pikirku. 

Hendi adalah anak pindahan dari luar kota. Kebetulan rumahnya berjarak tak jauh dari rumahku. Dia tampan, baik, pandai, supel. Aahh sepertinya idaman banyak siswi disekolahku. Kami sering pulang bersama walau hanya sejauh gang depan komplek sampai gerbang rumahku. Lama-lama hal itu menjadi kebiasaan yang menyenangkan bagiku. Bahkan pernah suatu kali...

******

Waktu pulang adalah waktu yang paling ditunggu para murid. Suara bel langsung menghamburkan mereka seolah berebut untuk keluar gerbang terlebih dahulu.

Aku selalu keluar terlambat dibanding lainnya. Karena memang harus mengumpulkan tugas teman-teman ke ruang guru.

"ilmaaaa....Dinii...meeyy...tungguin..." teriaku

Tapi secepat kilat tangan Hendi menarikku kebalik gerbang. Telunjuknya tertempel dibibir isyraratkan agar aku diam. Rupanya ia telah bersiap. Motornya telah terparkir d balik gerbang.

Kali ini Hendi mengajakku pulang bersama. Tentu membuatku berbunga. Jantungku seperti tak beraturan, tanganku dingin. Aahh rasanya sulit dijelaskan.

Siang itu banyak yang kita bicarakan. Tapi entah mengapa tak melewati jalan yang biasa kita lewati.

"Biar lebih lama sampainya, mungkin." gumamku tersipu.

Pikiranku kemana-mana. Sangat menyenangkan mengingat awal kedekatanku dengan Hendi. Tapi, lamunan hanyalah lamunan.

Braakkkk...!!!! Suara pintu setengah terbanting mengagetkanku

"Dipanggilin dari tadi nduukk nduukk...ternyata di sini. Ngelamunin apa si??" Kata ibu dengan nada setengah berteriak. Membuyarkan lamunanku pada masalalu.

"Astaghfirulloh,,, maaf ma" 

"Lagi ngelamunin apa sih Nay?" Tanya mas Radit

"Eehh mas Radit,,, enggak kok mas. Cuma sedikit capek aja abis shift malam" terangku meyakinkannya

Mas Radit adalah tunanganku. Sebulan lagi kami menikah. Kami sedang sibuk sibuknya mengurus keperluan pernikahan kami. Tapi pikiranku malah kacau oleh pesan singkat dari Hendi.

"Ya sudah kamu istirahat dulu, kita viting ke rumah mba Reni besok saja. Toh kamu besok libur kan? Ujar mas Radit

"Iya mas, makasih ya" jawabku sembari tersenyum

Mas Radit sosok yang sangat sabar, dewasa sangat berlawanan dengan watakku yang tak sabaran. Satu tahun menjalin hubungan, dia langsung melamarku. Tentu langsung aku terima. Karena dia sosok idaman banyak wanita termasuk aku tentunya.

Tapi sebelum pesan itu masuk ke notifikasi ponsel ku. Entah, sekarang rasanya seperti banyak pertimbangan dalam otakku. Perasaanku berkecamuk. Pada satu sisi aku sangat mencintai calon suamiku. Tapi tak dipungkiri aku merindukan Hendi.

Rasa ingin menemuinya pun muncul.Banyak pertanyaan yang ingin ku luapkan.

"Kenapa sekarang?"

"Kenapa?"

"Dari dulu kenapa diam?"

"Kenapa hen?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
awal yang bagus.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
goodnovel comment avatar
SUPRIYADI Krajan
ceritanya natural
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • GODAAN PRA NIKAH   Dipernikahan Mei

    "Hen, besok kamu bisa nganterin Nay....""yuk bu, kita pulang. Lagian Mei sudah ijab qobul" potongku"nganterin kemana tan?" tanya Hendi"eh anu nggak kemana-mana. Mungkin maksud ibu, nganterin pulang sekarang. Tapi aku mau pulang sama ibu aja. ya kan bu?" Aku mengedip-ngedipkan mataku sebagai kode. Rupanya ibu baru sadar ia baru saja hampir keceplosan."e-iya Hen, tadinya tante mau minta tolong anterin Nayra pulang. Tapi nggak usah deh, biar pulang sama tante aja naik taksi online" jelas ibuAku menghela nafas lega. Tapi, Hendi seolah tak percaya dengan alasan ibu. Sorot matanya penuh keingintahuan, gerak-geriknya penuh rasa penasaran. Bahkan aku sempat melihat ia membuntuti kami hingga masuk ke dalam taksi online. Aku memergokinya dari balik pantulan kaca mobil.[tan, maaf. Saya pulang dulu ya. Ada urusan yang harus saya selesaikan][iya, Nay nggak papa. Maaf ya tadi nggak sempet nemenin kamu sama ibu]Aku menutup sambungan telephon, dan mobil mulai melaju. Dari arah depan, ku liha

  • GODAAN PRA NIKAH   Dipernikahan Mei

    Mas Radit, benar saja aku seperti mengenali suaranya. Ia meraih tanganku yang tengah membersihkan jas.nya. Jarak kami begitu dekat membuat jantungku berdegup kencang. Aku mengatur ulang nafasku, agar tak segugup ini."eh maaf mas, jasmu jadi kotor" tegurku seraya berusaha melepaskan genggaman tangannya.Tapi sialnya, entah kenapa ujung jilbabku tersangkut dijam tangannya. Pandangan kami saling tertaut, seperti terjebak pada satu titik. Hingga beberapa detik kami saling memandang kosong satu sama lain."maaf, jilbabku tersangkut" kataku membuyarkan fokusnya"bentar, pelan-pelan aja Nay nanti jilbabmu sobek kalo dipaksa"Aku menurut saja, tangannya segera mengambil alih berusaha melepas jilbabku. Tapi, dari adah lain Dini datang. Dan...kreekkk!!!Ia menggunting jilbabku,"gitu aja kok repot, nggak usah dilama-lamain biar bisa ambil kesempatan deketin suami orang!" ucapnya keras.'ya Alloh, jilbab kesayanganku pemberian Ilma' batinku"nggak perlu cari-cari alasan biar bisa deket sama m

  • GODAAN PRA NIKAH   Dipernikahan Mei

    "nggak papa kok mah" jawab Mei tersenyumAku sendiri telah paham kenapa sahabatku ini tak mau aku mendampinginya . Aku bahkan tidak keberatan ataupun merasa tersinggung, justru aku senang karena aku bisa leluasa menyembunyikan diriku jika saja ada tamu yang tak ingin ku temui.*****Akhirnya hari pernikahan Mei dan Rifki tiba, beberapa orang sudah mulai mendatangi lokasi."Nay, kok mukanya sedih? aku nikah sama Rifki loh, kita bertiga bakal tetep temenan. Kita tetep bisa pergi bareng-bareng"Mei menggenggam tanganku erat, seperti paham dengan apa yang aku rasakan. "janji ya Mei, sekarang temenku cuma kamu" ucapkuMei menatapku lekat, matanya yang sudah penuh riasan hampir meneteskan air mata. Cepat-cepat tangannya mengelap dengan tisu sebelum berhambur jatuh kepipi. Kami berpelukan sambil menahan tangis masing-maning. Aku menghela nafas, mencoba melonggarkan dada agar tak sesak oleh perasaan sedih. Mei pergi meninggalkan meja rias, ia bersiap ketempat akad. Wajahnya begitu ayu dengan

  • GODAAN PRA NIKAH   menjadi anak, bukan orang lain

    Siang hari terasa menyengat dari biasanya. Seseorang wanita paruh baya terlihat tengah menjemur beberapa lembar pakaian, tangannya nampak kesulitan."MasyaAlloh bu, biar saya bantu""biarin Den, ini tinggal satu aja kok"Deni meraih selembar pakaian yang masih dalam genggaman bu Nani."biar ibu aja Den" cegah sang mertuaDeni mendorong kursi roda bu Nani kedalam rumah. Lalu, ia duduk menekuk setengah lutut dihadapannya, Tangannya menggenggam jari sang mertua."bu, ibu nggak usah ngerjain kerjaan rumah kayak tadi ya. Saya takut ibu kecapean" terang Deni"tapi, ibu nggak enak Den, masa ibu cuma makan tidur aja. Lagian kan cuma beres-beres rumah""kalo ibu ngrasa nggak enak ke saya berarti ibu nganggep saya sebagai orang lain"Bu Nani terdiam, tangannya mengusap peluh di dahinya. "Bu, saat ini saya nggak lagi nganggep ibu sebagai mertua tapi sudah menjadi ibu bagi saya. Ibu adalah keluarga saya satu-satunya disini. Cuma ibu sama pakdhe Narto yang saya punya" Deni masih menatapnya dalam,

  • GODAAN PRA NIKAH   menunaikan undangan

    Akhirnya hari ini aku diharuskan datang kepernikahan mas Radit dengan Dini. Walau aku sudah tak punya perasaan apapun pada mas Radit, tetap saja bayang-bayang penghianatannya masih menyisakan sakit. Aku memaksa diriku untuk kuat hanya sekedar mengucapkan selamat, daripada Dini akan mengecapku sebagai orang yang masih mengharapkan suaminya itu."selamat ya Din" ucapkuDini menarik badanku, memelukku. Alih-alih sikapnya seperti sahabat, ia justru membisikkan sesuatu."pernikahanmu batal ya? yang sabar ya" ucapnya lirih tapi cukup didengar beberapa orang disekitar kamiAku menelan ludah, menarik nafas panjang sembari menekan emosiku."selamat ya mas" Aku ngeluyur dari hadapan Dini, bahkan aku mengabaikan mas Radit yang sudah mengulurkan tangan.Dihari bahagianya pun ia masih sempat meledek nasibku. "Andai Mei, Rifki atau minimal Hendi disini, mungkin mereka tidak akan membiarkan Dini mengucapkan pertanyaan itu" gumamkuSeorang kerabat Dini mempersilahkan aku mengambil hidangan. Karena

  • GODAAN PRA NIKAH   plin plan

    Sebuah toko tampak mulai berbenah, karena memang sudah mulai larut."iya deh calon manten, seharian semangat banget kerjanya" ledek HendiRifki hanya tertawa kecil."makaya nikah dong Hen, eh lupa jomblo" ledek Rifki"sialan. Liat aja ntar kalo aku nikah kamu bakal kaget" jawab Hendi percaya diri"udahlah aku mau pulang" lanjut HendiIa melangkah, tapi tak langsung memacu motornya. Ia duduk diemperan toko membuka Ponselnya yang sedari tadi didalam tas.Tangannya membuka aplikasi biru, wajahnya seketika muram. Melihat sebuah foto dalam aplikasi."kamu wanita baik, cantik. Tapi, kenapa laki-laki selalu bermain-main dengan perasaanmu" batinnyaHendi terus menatapi gambar Nayra. Gambar yang manis dengan balutan senyum yang sederhana. Tapi senyum itu tak seceria dulu. Baru dua menit foto itu diposting, dia segera meninggalkan jempolnya di foto Nayra. Seperti itu setiap hari, Hendi memastikan keadaan Nayra dari media sosial. Seperti dulu."kenapa sih kamu nggak jujur aja sama Nayra?" "eh k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status