Share

GODAAN PRA NIKAH
GODAAN PRA NIKAH
Penulis: Riyatun jannah

Kembali mengingat

Matahari telah meredup, cahaya jingganya telah bergeser ke barat. Angin sore menambah syahdu suasana. 

Aku tengah menyender pada sofa panjang di ruang keluarga rumahku. Sembari sesekali menyeruput kopi yang sedari tadi tergeletak di meja. Jemariku asik menggeser layar ponsel membuka tutup aplikasi berwarna biru. Sebenarnya tak banyak yang kulakukan pada benda itu. Aku hanya membuka kunci layar, menatapnya sebentar lalu menguncinya kembali. Begitu seterusnya. Pikiranku bercampur. Antara sedih, senang atau apa, semua membaur menciptakan kebingungan. Ekspresi apa yang harus aku tampakkan.

"Kenapa dia tiba tiba muncul?" Gumamku.

Aku kembali membuka aplikasi biru. Kutelusuri pesan didalammya. Jemariku terhenti pada satu nama.

Hendi pradipta 

Laki-laki yang sempat menjalin hubungan denganku di masa sekolah dulu. Sejak lulus SMA aku tak tau kabarnya. Lebih tepatnya, aku tak ingin tau kabarnya. Entah mengapa kini dia datang dikehidupanku lagi. Disaat aku akan menikah dengan calon suamiku.

*****

Enam tahun lalu

Hari itu, pagi sudah berganti siang. Anak anak berseragam putih abu abu keluar melewati gerbang. Beberapa terlihat setengah berlari. Akupun berjalan bergegas mengejar beberapa anak didepan.

"Tungguin weeeyyy...!!!" Teriakku sembari menarik bagian belakang tas satu dari beberapa anak itu.

"Naaayyy sakit" protes anak itu.

Lainnya menyambut dengan merangkulku kemudian berjalan beriringan sambil bergurau. Yah, Aku, ilma, Dini dan Mei. Kami bersahabat dari sekolah dasar. Tak pernah ada yang di tutupi seakan rasa canggung telah luntur diantara kami. Bahkan untuk melakukan hal konyol yang memalukan pun kami sudah tak memiliki gengsi. Sangat manis jika diceritakan.

Pernah sekali saat aku sakit. Mereka rela menginap di rumahku agar dapat merawat dan menjagaku. Maklum, ibu bekerja sebagai kasir toko saat itu. Waktunya tak banyak dirumah karena harus pergi bekerja dipagi hari dan pulang saat matahari sudah terbenam. Itupun jika tak ada lembur karena barang datang.

Setiap hari kami berangkat bersama. Berpisah hanya ketika memasuki gang rumah masing-masing. Selebihnya kami kembali berkumpul pada grup chat di ponsel.

"Aku duluan yaaa...daahhh" ucapku saat keluar dari angkutan kota yang bisa mereka tumpangi.

"Daaahhh" sahut lainnya dari dalam angkutan

Aku menyusuri jalan komplek yang lengang. Karena biasanya siang hari memang sebagian penduduknya belum pulang bekerja.

" yuk nay naik. Biar sekalian saya antar" tegur Hendi yang mengendarai motor matic dengan warna maroon hitam

Tanpa menjawab aku biasanya langsung membonceng. Lumayan biar nggak capek pikirku. 

Hendi adalah anak pindahan dari luar kota. Kebetulan rumahnya berjarak tak jauh dari rumahku. Dia tampan, baik, pandai, supel. Aahh sepertinya idaman banyak siswi disekolahku. Kami sering pulang bersama walau hanya sejauh gang depan komplek sampai gerbang rumahku. Lama-lama hal itu menjadi kebiasaan yang menyenangkan bagiku. Bahkan pernah suatu kali...

******

Waktu pulang adalah waktu yang paling ditunggu para murid. Suara bel langsung menghamburkan mereka seolah berebut untuk keluar gerbang terlebih dahulu.

Aku selalu keluar terlambat dibanding lainnya. Karena memang harus mengumpulkan tugas teman-teman ke ruang guru.

"ilmaaaa....Dinii...meeyy...tungguin..." teriaku

Tapi secepat kilat tangan Hendi menarikku kebalik gerbang. Telunjuknya tertempel dibibir isyraratkan agar aku diam. Rupanya ia telah bersiap. Motornya telah terparkir d balik gerbang.

Kali ini Hendi mengajakku pulang bersama. Tentu membuatku berbunga. Jantungku seperti tak beraturan, tanganku dingin. Aahh rasanya sulit dijelaskan.

Siang itu banyak yang kita bicarakan. Tapi entah mengapa tak melewati jalan yang biasa kita lewati.

"Biar lebih lama sampainya, mungkin." gumamku tersipu.

Pikiranku kemana-mana. Sangat menyenangkan mengingat awal kedekatanku dengan Hendi. Tapi, lamunan hanyalah lamunan.

Braakkkk...!!!! Suara pintu setengah terbanting mengagetkanku

"Dipanggilin dari tadi nduukk nduukk...ternyata di sini. Ngelamunin apa si??" Kata ibu dengan nada setengah berteriak. Membuyarkan lamunanku pada masalalu.

"Astaghfirulloh,,, maaf ma" 

"Lagi ngelamunin apa sih Nay?" Tanya mas Radit

"Eehh mas Radit,,, enggak kok mas. Cuma sedikit capek aja abis shift malam" terangku meyakinkannya

Mas Radit adalah tunanganku. Sebulan lagi kami menikah. Kami sedang sibuk sibuknya mengurus keperluan pernikahan kami. Tapi pikiranku malah kacau oleh pesan singkat dari Hendi.

"Ya sudah kamu istirahat dulu, kita viting ke rumah mba Reni besok saja. Toh kamu besok libur kan? Ujar mas Radit

"Iya mas, makasih ya" jawabku sembari tersenyum

Mas Radit sosok yang sangat sabar, dewasa sangat berlawanan dengan watakku yang tak sabaran. Satu tahun menjalin hubungan, dia langsung melamarku. Tentu langsung aku terima. Karena dia sosok idaman banyak wanita termasuk aku tentunya.

Tapi sebelum pesan itu masuk ke notifikasi ponsel ku. Entah, sekarang rasanya seperti banyak pertimbangan dalam otakku. Perasaanku berkecamuk. Pada satu sisi aku sangat mencintai calon suamiku. Tapi tak dipungkiri aku merindukan Hendi.

Rasa ingin menemuinya pun muncul.Banyak pertanyaan yang ingin ku luapkan.

"Kenapa sekarang?"

"Kenapa?"

"Dari dulu kenapa diam?"

"Kenapa hen?"

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
awal yang bagus.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
goodnovel comment avatar
SUPRIYADI Krajan
ceritanya natural
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status