Waktu tak terasa berlalu, di saat Haifa tengah meniti hidup yang dipenuhi keindahan karena terbebas dari duo kuntilanak Meri dan Shila, di sudut lain ada wanita yang terluka. Meri ternyata kembali berulah menebar racun dalam kehidupan Athira, wanita lembut sekaligus sepupu Yudha dan sahabat Hai fa.
***
"Selamat, Mas. Kau akhirnya bisa bebas dari perempuan bod*h dan jelek itu."Perempuan berbulu mata palsu dengan soflens biru gelap itu terlihat bahagia. Tangannya yang berkuku merah tak sungkan memeluk pria di sisinya. "Kau hebat, Shaka. Akhirnya bisa tegas juga." Kali ini Mama yang bersuara. Senyum lebar menghiasi wajah perempuan setengah baya itu. "Kita rayakan kemenangan ini." Elda menimpali, adik perempuan satu-satunya itu terlihat gembira. "Si tol*l itu akhirnya enyah dari hari-harimu. Keren." Mama kembali tersenyum. Suara-suara Mama, E"Kampret."Meri melotot ke arah dua perempuan yang sangat dibencinya. Haifa dan Surti. Setelah susah payah menempel kembali bulu mata palsunya dia mendekati Haifa. Bagaimana mungkin duo bekicot ini bisa sampai dan tahu persidangan ini? Meri tak habis pikir."Kalian ya, kek bakteri. Dimana pun gue ada kalian ngikut aja." Meri mencibir, tak dihiraukan mata yang terasa perih."Jelaslah aku usahakan ada, Athira itu sepupu Mas Yudha, yang berarti sepupuku juga sekaligus sepupu Mas Raka mantanmu, Mbak." Haifa menjawab tegas."Yoi." Surti menimpali. Perempuan dengan perut mulai membuncit itu tampak ikut gregetan melihat kelakuan Meri. Belum genap dua tahun, kepergiannya dari kehidupan Haifa, dia kini kembali muncul dengan ulah barunya. Menggoda dan menghancurkan pernikahan Athira, sepupu Yudha dan sahabat Haifa.Dibanding yang lain, Athira jarang muncul di lingk
Hari mulai beranjak siang.Shaka berkali-kali menghela nafas, menatap sisa bayangan Athira yang hilang di pintu gerbang rumahnya yang tinggi. Shaka tidak menemukan lirikan rindu pun tatapan memuja dari sosok perempuan yang selama ini mati-matian berjuang agar pernikahan mereka tidak hancur."Athira, tunggu." Shaka sempat memanggilnya, berharap Athira sejenak menatapnya."Kenapa, Mas?" tanya Athira pendek dan dingin. Langkahnya terhenti sejenak"Kamu... Kamu tidak mengatakan sesuatu tentang perceraian kita, misal.... ""Misal apa?""Misal sisa keinginanmu untuk kembali merenda pernikahan kita. "Syet. Shaka tersenyum pahit, merutuki kebodohan perasaan dan kalimat yang keluar begitu saja. Dia yang mati-matian ingin mentalak Athira, kenapa pula dia yang gamang dengan kepergian perempuan itu. Ah, dasar Bodoh."Mengucapkan se
"Athira?"Shaka tergagap, menyeka pelipisnya yang berkeringat. Pengusiran Athira di luar dugaan, bukankah Athira memintanya agar bertemu dengan Cira dan memeluk Putri kesayangan mereka."Pergilah, Mas.""Tapi aku belum bertemu Cira. aku belum memeluk dan menciumnya. "Athira, menggeleng. Kebimbangan terlintas di bola matanya yang bening tapi perempuan berwajah keibuan itu bergeming.Sakit karena dituduh drama dan lebay membuat Athirah memutuskan kalau Cira tidak usah bertemu dengan pria yang bergelar ayah untuk putrinya."Tidak bertemu mungkin lebih baik, dari pada sebuah pertemuan yang menyakitkan dan menghinakan. Pergilah, Mas, jangan pernah kehadiranku dan Cira, mengganggu rencana besar kalian. "
Adakah, yang lebih menyakitkan daripada meninggalkan seseorang yang jelas begitu merindukanmu? Apa yang lebih menyakitkan daripada meninggalkan putrimu yang dengan mata beningnya berharap engkau masih berada di sisi-nya dan memeluknya le Shaka melengos, berusaha menahan sesuatu yang akan runtuh dari sudut mata dan hatinya. Tak ingin larut dan runtuh, pria itu menyeret langkahnya bergegas pergi, agar tak lagi mendengar suara Cira memanggilnya. Ya Allah, Inikah jalan yang aku pilih? kebahagiaan Inikah yang aku impikan selama ini? meninggalkan Athira dan Cira dalam bongkahan luka dan kesepian, sementara dia bermain-main dengan asmara penuh dusta bersama seorang Meri?
"Mas, maaf aku memanggilmu kembali. Cira terus-terusan menangis. Sungguh aku kuat kehilanganmu, tapi aku tak sanggup melihat putri kecilku terluka karena harus kehilangan sosokmu di usia yang sekecil ini." Suara Athirah lirih. Tubuhnya perlahan menjauh dari Cira memberi kesempatan pada mantan suaminya agar bisa mendekati putrinya.Shaka menggangguk. Perlahan merapat ke arah ranjang di mana Cira tertidur dengan mata sembab. Sepertinya gadis mungil itu ketiduran saat menangis.Kata Athira, tadi Cira terbangun sesaat Shaka pergi dan terus merengek dan tidak bisa ditenangkan."Sayang, bangunlah ini Papa datang." Dengan lembut Shaka memanggil gadis yang tengah meringkuk memeluk boneka kecil pemberiannya, dada Shaka terasa sesak, hatinya berdesir menyaksikan sisa bulir air mata di Sudut mata putrinya.K
Adakah, yang lebih menyakitkan daripada meninggalkan seseorang yang jelas begitu merindukanmu?Apa yang lebih menyakitkan daripada meninggalkan putrimu yang dengan mata beningnya berharap engkau masih berada di sisi-nya dan memeluknya lebih lama?Shaka melengos, berusaha menahan sesuatu yang akan runtuh dari sudut mata dan hatinya. Tak ingin larut dan runtuh, pria itu menyeret langkahnya bergegas pergi, agar tak lagi mendengar suara Cira memanggilnya.Ya Allah, Inikah jalan yang aku pilih? kebahagiaan Inikah yang aku impikan selama ini? meninggalkan Athira dan Cira dalam bongkahan luka dan kesepian, sementara dia bermain-main dengan asmara penuh dusta bersama seorang Meri?Shaka mempercepat langkahnya keluar dari kamar perawatan Cira, hampir saja dia menabrak dua orang pengunjung dan seorang perawat yang kebetulan sedang melintasi koridor dan berpapasan dengannya. Shaka sege
Meri terkesiap, tidak menyangka kalau sepatu berhak tinggi yang dia tendang bisa sampai melayang mengenai jidat Omnya yang terkenal galak dan tegas.Bagaimana bisa dia berlaku bodoh seperti itu? Bikin acara yang sudah dirancang sedemikian rupa terancam runyam gara-gara adik Mamanya itu tidak akan berhenti ngomel panjang pendek dengan raut wajah yang tidak menyenangkan."Maaf, Om. Maaf... " Meri menyilangkan tangan di dada tanda meminta maaf. Dia tahu Om Bari bukan orang yang dengan mudah memahami dan memaafkan. Di keluarga Mama, Dia adalah adik yang paling galak. Paman rasa preman, begitu ponakan-ponakan menyebutnya.Harusnya Shaka ikut kaget melihat peristiwa yang dilakukan Meri terhadap Omnya yang galak karena diyakini bahwa Om Bari akan membuat acara musyawarah keluarga ini menjadi kacau dengan ceramahnya yang pedas dan tajam. Tapi enta
"Kamu..., berani kamu bersikap kasar pada putriku?"Mama Meri marah besar. Apalagi menyaksikan sikap Shaka yang bukannya menenangkan Meri yang tersedu, malah bersiap pergi keluar menuju mobilnya yang terparkir."Mau kemana kamu?" Meri menarik tangan calon suaminya."Aku pergi. Aku jengah dengan sikapmu." Shaka yang merasa kesal karena dari pagi Meri terus bertingkah memuakkan, memilih menghindar"Tidak bisa. Kamu harus minta maaf dulu sama putriku, kamu telah mendorongnya dengan kasar." Mama Meri melotot, tubuhnya maju menghalangi langkah Shalat. Perempuan ber-make up tebal itu, terlihat sangat tersinggung dengan sikap Shaka yang dianggapnya meremehkan putrinya yang cantik jelita dan terkenal itu. Mama Meri geram. Perempuan tidak terima , ada pria yang membuat putrinya di perlakukan tidak seperti ratu dan tidak terhormat.