"Ssttt ... gelo bingits! Ver, kok si bos ganteng sampe bela-belain jemput cewek alay itu buat ke kantor?!" seru heboh Yuni ketika melihat dari balik kaca jendela ruang kerja Fame Palette Artisans Co pagi itu.Vera yang tadinya sedang menata barang bawaan ke mejanya pun buru-buru menghampiri Yuni. "Mana ... mana sih?" ucapnya kepo. Segera sumpah serapah dan kata makian pedas menghambur dari bibir berlipstick plump red devil itu.Rekan-rekannya yang lain pun tak ingin ketinggalan melihat tontonan heboh pagi itu di dekat Yuni dan Vera. Sementara Bu Rita yang bersikap netral menggelengkan kepalanya lalu keluar dari ruangan kerja bersama itu untuk menemui William.Di ruang tengah, William menggandeng Emmy yang melingkarkan tangan dengan manis di lekuk lengannya. Gadis itu menyapa Bu Rita, "Selamat pagi, Bu!""Selamat pagi, Emmy. Syukur kamu sudah pulih kembali. Semangat kerja ya hari ini!" balas Bu Rita dengan senyuman tulus. Dia lalu bertanya ke bosnya, "Pak Willy, apa jadi meeting pagi?"
"Lho, kamu habis nangis ya, Emmy?" tanya William sambil bangkit dari kursi kerjanya menghampiri pacar barunya yang baru saja masuk ke ruang kantor.Namun, gadis itu menggelengkan kepalanya lesu. "Nggakpapa kok, Kak Willy. Aku agak ngantuk aja jadi mataku merah," kelit Emmy mencari alasan yang tentunya sulit dipercaya begitu saja oleh William.Kemudian tangan Emmy ditarik untuk mengikuti pria itu ke meja kerja lalu dia didudukkan di pangkuan William. "Kamu jangan suka bohong ya, nanti hidung kamu tambah panjang kayak pinokio!" tegur kekasihnya dengan cara yang lembut hingga hati Emmy serasa meleleh. "Hmm ... aku nggak mau jadi tukang ngadu. Kakak Sayang jangan tanya kenapa aku tadi nangis, janji ya?" jawab Emmy menghela napas dengan berat. Para karyawati senior itu diam-diam ngefans kepada bos mereka dan efeknya instan kepadanya, dia harus menerima bullyan wanita-wanita berdempul tebal itu.William pun mengerti situasinya, dia telah melihat di rekaman ulang CCTV rumahnya tentang perun
"Kak Willy, aku mau kirim hasil kerjaanku ke Mbak Vera dulu ya. Nanti sebentar aku langsung balik kok!" pamit Emmy ketika mereka sampai ke ruang kantor seusai makan siang.Sebelum melepas kepergian pacar imutnya, William berpesan, "Okay, kamu cuekin aja ya kalau mereka ngebully kamu lagi. Nah, ntar lapor aja ke aku seandainya udah keterlaluan. Pasti kamu kubelain dan mereka bakalan aku tegur!" Emmy pun mengangguk patuh lalu membawa kertas yang berisi gambar buatannya tadi turun ke lantai satu. Jantungnya berdebar tak menentu karena cemas menghadapi senior-seniornya yang benci setengah mati kepadanya. Dengan langkah tak yakin Emmy pun memasuki ruang kerja bersama yang berisi banyak meja kubikel karyawan-karyawati William itu.Hal yang tidak diketahui oleh Emmy maupun para seniornya adalah William sengaja melihat apa yang terjadi di ruangan tersebut dari kamera CCTV secara live di layar laptopnya."Permisi, Mbak Vera. Aku mau ngumpulin tugas yang tadi, ini—" Emmy menyerahkan kertas di
"Kita sudah sepakat tadi di mobil, kamu cobain baju dan lain-lain lalu lihatin ke aku. Jangan pikirin harganya, okay Darling?!" ujar William mengedipkan mata kirinya ke Emmy lalu mendorong punggung gadis itu masuk ke Praada outlet. Tentu saja Emmy mendadak kikuk ketika dikerumuni shopassistant butik ternama berkelas internasional itu. Dia bingung harus mulai belanja dari mana dulu karena terlalu banyak pilihan."Selamat sore, ada yang bisa saya bantu, Sir, Miss?" sapa manager toko dengan nametag Diana di dada kiri seragam berbahan sutera hitam seraya menghampiri William dan Emmy."Sore, Bu Diana. Ini saya ingin membelikan pacar saya baju kantor dan juga outfit bepergian, mungkin rekan-rekan Anda bisa membantunya mencari baju yang bagus di sini?" jawab William mewakili kekasihnya yang memegangi lengannya dengan cemas.Wanita berusia 35 tahun dengan rambut hitam tersanggul rapi itu pun menjawab, "Mari ikuti saya, Miss. Karyawati toko kami akan membantu mencarikan baju yang sesuai untuk
"Ohh, ternyata Nak William yang antar Emmy pulang! Nenek cemas kok sampai petang belum juga sampai ke rumah. Mari masuk dulu, mau Nenek buatin teh hangat ya?" sambut Nenek Dahlia begitu ramah di teras depan rumah kuno bermodel sederhana itu.Tentunya William tidak menolak kebaikan hati perempuan tua yang menjadi wali pengasuh pacarnya sejak kecil. Pria itu duduk di sofa ruang tengah setelah membantu Mang Ali menurunkan tas-tas belanjaan Emmy dari berbagai outlet di mall tadi.Kakek Hasan yang baru keluar dari kamar tidurnya mendengar suara istrinya mengobrol pun mengerutkan kening. "Ini tas-tas isinya apa? Kok banyak banget, punya siapa?" cecar pria tua berambut putih itu kepada Emmy."Ini isinya; baju, sepatu, dan tas, Kek. Semua yang beli tuh Kak William, tapi bukan Emmy lho yang minta!" terang Emmy kuatir sang kakek akan salah paham. Mereka berempat pun duduk bersama sambil minum teh di ruang tengah. William pun menjelaskan, "Saya memang sengaja belikan untuk Emmy, Kek. Pakaian ke
Pagi-pagi sebelum jam kantor dimulai, Emmy sudah sibuk di dapur rumah William. Dia memang telah berjanji membuatkan sarapan untuk pacarnya. Di island table, Chef Juno menemani gadis imut dengan celemek putih melapisi bagian depan bajunya."Neng Cantik, apa nggak takut bau bawang sama asap sih? Kok masak sebelum mulai kerja begini!" goda Chef berusia kepala tiga itu sembari tersenyum tengil menatap Emmy yang lincah bergerak ke sana ke mari menyiapkan menu masakannya."Tenang aja, Chef. Nanti aku ganti baju kok sehabis memasak. Moga-moga Kak Willy suka nasi goreng bikinanku ini!" sahut Emmy ceria sembari menuang nasi goreng buatannya ke piring keramik lebar. Tak lupa omelet spesial dengan isian sosis, keju, dan paprika cincang melengkapi menu sarapan buatannya dan juga acar mentimun. "Nah, beres deh! Makasih ya buat pinjaman dapurnya, Chef Juno. Aku mau taruh ini ke meja makan lalu bangunin big boss. Ciao!" pamit Emmy dengan gaya riangnya yang khas seraya mencopot celemek pinjaman Chef
"Pak William, apa Anda mengkonsumsi makanan pantangan penderita GERD? Saya akan berikan obat suntik dan beberapa obat oral untuk rawat jalan selama sepuluh hari silakan dihabiskan secara rutin!" ujar Dokter Michael Gunawan usai memeriksa kondisi pasien langganannya dengan USG di poli IGD Rumah Sakit Permata Indah Medika."Bisa jadi, Dok. Ini tidak sengaja bukan karena saya yang nekad makan larangan dari Dokter Michael! Okay, saya akan patuhi terapi pengobatannya nanti. Apa sudah boleh pulang setelah ini?" jawab William tanpa memberi tahu detail kejadian pagi tadi.Dokter Michael pun mengangguk. "Disuntik sekali dulu ya lalu bisa membereskan administrasi dan menebus resep di bagian Farmasi."Dugaannya benar, kemungkinan ada yang sengaja menaruh bubuk cabe di nasi goreng buatan Emmy tadi saat ditinggalkan di meja makan. Haikal Sutrimo yang membereskan semuanya dari membayar tagihan rumah sakit sampai menebus resep obat. Setelah itu, mereka bertiga pun pulang ke rumah William lagi."Gima
"Uukh!" William terbangun setelah lama tertidur sepanjang sore hingga langit berubah menjadi gelap. Dia terduduk lalu mengedarkan pandangannya ke kamar tidurnya yang remang-remang. Pria itu mencari sosok Emmy.Ternyata gadis imut kesayangannya sedang terlelap di sofa tunggal dengan buku di pangkuannya. Lampu baca yang terang menyala di sebelahnya. Kemudian William pun bangkit dari ranjang. Dia menghampiri Emmy lalu mengambil buku tebal World Architecture, The Masterworks karya Will Pryce dari genggaman gadis itu dan menaruhnya di meja sofa.Sekalipun sedang sakit, William masih kuat membopong tubuh ramping kekasihnya. Dia membawa Emmy dengan hati-hati ke tempat tidur agar bisa meluruskan badan dalam posisi nyaman. Sebuah kecupan ringan dia berikan di kening Emmy sebelum meninggalkan kamar. William mulai merasa lapar karena saat itu sudah jam delapan malam.Pria itu membawa laptopnya menuruni tangga dari lantai dua menuju ke arah dapur. Kebetulan Chef Juno sedang makan malam bersama Ha