Share

Gadis Kecil Dua Miliar
Gadis Kecil Dua Miliar
Penulis: Masdawati

kecewa

Penulis: Masdawati
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-30 13:00:53

"Ayah, satu hari ini, sudah ada empat orang yang mencariku untuk menagih hutang ayah. Mereka datang ke tempatku bekerja. Setiap hari selalu ada orang berbeda mencariku. Ayah ngutang ke mana-mana hanya untuk mabuk dan bermain judi. Besok pasti ada orang baru lagi untuk mencariku menagih hutang ayah. Demi kesenangan ayah, aku harus terusik."

Mau sampai kapan harus begini, ayah?" keluh Beatrice saat sudah tiba di rumah malam hari.

"Kau berisik sekali, bayarkan saja," jawab Jhon, ayahnya Beatrice dengan entengnya.

"Aku bayarnya pakai apa, ayah? Daun? Ayah berhutang di mana-mana dan tidak ada hasil dari hutang ayah itu. Di mana hati ayah, menyiksa putri ayah hanya untuk ayah hidup semaunya ayah? Di mana peran ayah sebagai seorang ayah?" keluh Beatrice.

Jhon yang mendengar itu kesal dan mendekati Beatrice.

"Kau sudah berani melawanku sekarang, Beatrice?" Marah Jhon.

Beatrice menarik napasnya dalam-dalam dan menatap wajah ayahnya dengan tatapan kecewa.

"Aku tidak melawan ayah. Hanya saja, aku tidak tahu harus seperti apa lagi untuk membayarkan hutang-hutang ayah yang ada di mana-mana itu. Upahku tidak begitu cukup banyak untuk itu, ayah," tangis Beatrice.

Jhon yang mabuk mendekat dan menarik rambut Beatrice dengan kencang.

"Lepaskan ayah, itu sakit sekali," ucap Beatrice dengan merintih perih karena Jhon yang tiba-tiba menarik rambut putrinya dengan tiba-tiba.

"Aku tidak suka kau yang membangkang. Kau tidak tahu setia berbakti lagi?" kata-kata andalan yang keluar dari mulut Jhon ketika berhadapan dengan Beatrice.

Sekalipun Jhon sering melakukan kekerasan itu kepada Beatrice, hal itu tidak membuat Beatrice tidak merasakan rasa sakit. Beatrice selalu meringis ketika ayahnya menyiksanya. Bahkan Jhon sesekali juga memberikan tamparan yang cukup keras di wajah Beatrice.

"Lepaskan ayah. Sakit sekali," Beatrice menepuk-nepuk tangan ayahnya dengan kecil berharap tangan Jhon lepas dari rambutnya.

Jhon mendorong Beatrice hingga Beatrice terjatuh ke lantai.

"Jangan sampai kau lagi melawan dan membantahku. Aku akan memberikan kau pelajaran lebih dari ini. Salah ibumu dulu terlalu memanjakan kau. Sekarang kau tumbuh menjadi seorang pembangkang," kesal Jhon.

Tangis Beatrice akhirnya pecah saat mendengar ucapan ayahnya itu. Memang benar adanya saat ibunya masih hidup, Beatrice cukup dimanja ibunya. Sekalipun mereka hidup dari ketidakmampuan, namun tidak membuat Beatrice merasa kehilangan rasa kasih sayang dari ibunya.

"Ibu. Beatrice lelah, ibu," tangis Beatrice.

Jhon mendengar itu memutar bola matanya malas mendengar tangis Beatrice yang terduduk di lantai itu. Jhon masuk ke dalam kamarnya dan mengabaikan putrinya.

"Ibu, saat ibu masih ada. Aku masih memiliki tempat setidaknya untuk berlindung dari hidup yang begitu menyakitkan ini. Berlindung di belakang tubuh ibu saat menghindar dari ayah. Sekarang, aku sendirian. Aku tidak tahu harus bersembunyi dari amukan ayah. Pasti ibu melihat seberapa menderitanya aku hidup tanpa ibu. Semua orang selalu mengolok-olok aku dan tidak ada pembelaan seperti saat ibu masih hidup dan membelaku dari mereka. Sekarang, Ayah bahkan mendengar olokan mereka tanpa membelaku sedikit pun. Aku lelah, ibu," tangis Beatrice dan menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya.

Cukup lama Beatrice menangis dan duduk di lantai itu, mengabaikan perutnya yang lapar. Beatrice memilih masuk ke dalam kamarnya untuk menenangkan dirinya. Beatrice yang merasa lelah menangis itu akhirnya tertidur tanpa membersihkan tubuhnya setelah selesai bekerja dari kilang gandum tempatnya bekerja.

Hingga pagi hari, Beatrice bangun sedikit terlambat. Beatrice dengan buru-buru beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

"Aduh, ini sudah pukul enam pagi. Aku sudah terlambat, belum lagi harus memasak untuk sarapan pagi ini," keluh Beatrice sambil berlari ke kamar mandi yang berada di bagian belakang rumah yang terpisah dengan rumah utama.

Baru saja Beatrice selesai mandi, suara gedoran pintu dan terdengar sangat kencang membuat Beatrice merasa kesal dan bingung.

"Siapa pagi-pagi begini mengetuk pintu rumah seperti orang gila itu?" kesal Beatrice dan berjalan ke arah pintu untuk memastikan siapa orang itu.

"Lama sekali. Apa kau pura-pura tuli?" kesal orang itu kepada Beatrice.

Beatrice awalnya terdiam dan sudah tahu orang itu pasti mencari ayahnya untuk menagih hutang ayahnya. Beatrice melirik kiri kanan luar rumahnya itu, sesuai perkiraannya, tetangganya menontonnya dengan penasaran. Beatrice menarik napasnya dalam-dalam.

"Silakan masuk dulu, tuan," ucap Beatrice dengan lembut.

"Tidak perlu. Kami kesini untuk menagih hutang Jhon, atau kau putrinya kan? Bayarkan saja,"

Beatrice mendengar itu menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan ayahnya.

"Sekarang bayarkan hutang kalian. Aku tidak peduli lagi dan jangan salahkan kami jika menyita rumah ini jika kalian tidak bayarkan. Walaupun tidak setimpal dengan hutang ayahmu," lanjut salah satu dari dua pria berbadan gagah itu.

Beatrice melotot dan menggelengkan kepalanya.

"Tidak. Tidak ada yang boleh mengambil alih rumah ini, ini adalah peninggalan ibuku," marah Beatrice dan mendorong tubuh salah satu dari pria itu.

"Berani sekali kau!" orang itu menatap Beatrice dengan tatapan tajam.

"Berisik sekali. Apa mereka tidak tahu suara mereka itu mengganggu tidurku?" Marah Jhon keluar dari kamarnya menemui Beatrice.

Mata Jhon yang tadinya mata lelah dan dengan cepat melotot.

"Selamat pagi, Tuan Jhon yang terhormat," sapa orang itu dengan nada dingin. Jhon terdiam menatap lurus dan mata terbuka, sapaan itu tidak dijawab oleh Jhon.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gadis Kecil Dua Miliar    sakit

    “Lepaskan tuan, ini sudah melebihi dari perjanjian,” keluh Beatrice sambil berusaha melepaskan tubuhnya dari tindihan pria yang sedang berada diatasnya. Perlawanan Beatrice itu tidak membuat Maximian yang berada diatasnya merasa terganggu, karena tenaga Beatrice tidak sebanding dengan kekuatannya. Maximian mendaratkan bibirnya tepat di bibir mungil Beatrice. Beatrice menggeleng gelengkan kepalanya dan tangannya masih memukul dan mencoba mendorong pemilik dada bidang itu. Hampir satu menit bibir Maximian mencium lembut bibir Beatrice. Lama kelamaan pukulan Beatrice di dada bidang Maximian mulai lemah dan akhirnya Maximian mulai semakin ganas mencium bibir mungil milik Beatrice. Beatrice yang tidak sadar akhirnya mencoba membalas ciuman Maximian, namun Maximian sadar jika ciuman Beatrice sangat kaku. Namun hal itu tidak membuat Maximian marah.Padahal sebelum sebelumnya saat Maximian tidur bersama gadis lain, Jika gadis itu tidak lebih dominan akan membuatnya murka, berbeda denga

  • Gadis Kecil Dua Miliar    Diluar ekspresi

    “Bukankah nyonya mengatakan akan membimbingku selama bekerja?” ucap Beatrice mencoba menahan Valery. “Gunakan kata hati dan nalurimu saja, sayang. Aku permisi,” ucap Valery kepada Beatrice dan meninggalkan gedung itu.Pria yang ditemuinya itu benar seperti yang diceritakan oleh Valery. Kulit sudah tua, namun masih terlihat terawat, berambut putih. “Bawa dia ke dalam mobil,” perintah Batara kepada pengawal yang ada di sana. Beatrice bingung dan dituntun masuk ke dalam mobil. “Kita mau ke mana lagi, tuan?” tanya Beatrice. Tidak ada jawaban. Rasa takut menghantui Beatrice.Batara dan Beatrice berada di dalam mobil itu hanya berdiam diri saja tanpa ada bicara apa pun. Beatrice hanya sibuk menatap gelapnya malam di balik kaca mobil itu. Hampir satu jam perjalanan, mereka tiba di sebuah rumah yang jauh lebih mewah lagi dari rumah sebelumnya, namun suasana rumah itu tidak ada bangunan lainnya. Beatrice bingung. “Sudah sampai. Ayo turun,” Batara akhirnya membuka suara. “Sebenarnya ini di

  • Gadis Kecil Dua Miliar    Hari Pertama Bekerja

    “Cukup mahal. Aku berharap kali ini tidak mengecewakan dan tidak ada kebohongan dari mulutmu lagi Valery. Sekali lagi terjadi seperti sebelumnya, Kau tahu seperti apa hukuman yang akan kau terima kan?” tanya orang dibalik panggilan ponsel itu. “Aku pastikan tuan tidak kecewa.” Jawab Valery mantap. “Baiklah, aku transfer sekarang. Dalam satu jam ke depan aku harap kau antarkan bertemu denganku, dandan dia semenarik mungkin” ponsel dimatikan sepihak namun Valery tersenyum bahagia. Benar saja tidak dalam dua menit, bunyi ponsel Valery berbunyi dan menampilkan nominal bayaran masuk ke Valery, sama dengan yang dia minta. Senyum lebar Valery tidak hilang dari wajah Valery. “Baiklah. Sepertinya kali ini adalah rezekimu Beatrice. Kau hanya menemani seorang pria kaya raya. Aku berikan uang bayaranmu lima ratus juta sekarang, jika kau menyenangkan hatinya. kau akan mendapatkan insentif lagi” jelas Valery. Mendengar itu Beatrice dan Jhon terkejut. Tidak pernah ada dipikiran mereka un

  • Gadis Kecil Dua Miliar    Dua miliar

    Malam itu juga, Jhon dan Beatrice dijemput sebuah mobil untuk mengantarkan Beatrice ke klub malam milik Valery. Jhon membawa Beatrice ke pusat kota di London. Jhon tidak peduli seberapa banyak air mata putrinya itu menetes. Jhon hanya memikirkan uang saja. "Ayah, apa ayah tidak berubah pikiran?" tanya Beatrice memastikan kembali dan berusaha membuka hati ayahnya. "Tidak. Kau tidak perlu bertanya apa pun, siapkan saja dirimu," jawab Jhon. Sepanjang perjalanan dari desa mereka ke pusat perkotaan London hanya diam, tidak ada suara apa pun terdengar selain suara mesin mobil itu. Jhon dan Beatrice sibuk dengan pikiran masing-masing. Hingga dua jam perjalanan, akhirnya mereka tiba di salah satu tempat yang terlihat mewah dari gedungnya, dan Beatrice melihat perempuan berlalu-lalang menggunakan pakaian serba pendek. "Kita sudah sampai," ucap supir yang membawa mereka. "Terima kasih, tuan. Ayo, Beatrice, turun cepat," ajak Jhon. Namun Beatrice dengan cepat menggelengkan kepalanya, membu

  • Gadis Kecil Dua Miliar    Berhenti Bekerja

    "Lalu?" tanya Beatrice dengan suara bergetar sambil menatap Nathan dengan tatapan sedih dan kecewa menjadi satu.Nathan merasa iba dengan keadaan itu, namun Nathan tidak boleh hanya mempedulikan satu orang saja. Nathan berusaha profesional, sekalipun wanita yang di depannya itu adalah wanita yang menarik perhatiannya."Aku katakan kau jangan datang dulu sebelum waktu yang kutentukan, maksudku kau boleh bekerja kembali saat semuanya telah membaik. Aku tidak memecatmu, aku pastikan pintu kilang terbuka untukmu saat kau membutuhkan pekerjaan, tapi pastikan orang-orang itu tidak datang kesini lagi," jelas Nathan."Aku bekerja disini agar bisa menutupi hutang-hutang ayah kepada orang-orang itu, tetapi tuan memberhentikanku bekerja. Tidak apa-apa, tuan, itu adalah hak tuan," ucap Beatrice, dan tidak disadarinya air matanya menetes.Nathan menarik napasnya dalam-dalam dan hampir saja tangan Nathan menyentuh pipi Beatrice, namun Beatrice dengan cepat menghapus jejak air matanya sendiri. Natha

  • Gadis Kecil Dua Miliar    keringanan

    “Selamat pagi, Tuan Jhon yang terhormat. Sepertinya tidur tuan sangat nyenyak malam tadi. Maaf sekali pagi ini kedatangan kami kesini mengganggu tidurmu, tuan Jhon," sindir salah satu dari mereka.Tanpa menjawab sapaan itu, Jhon mendekat ke arah Beatrice."Kau tidak memiliki uang? Berikan berapa yang ada pada mereka," ucap Jhon dengan nada suara kecil namun penuh tekanan.Beatrice diam dan menghapus jejak air matanya."Aku tidak punya uang. Ayah saja jika kau memiliki uang. Kan yang menggunakan uang itu ayah sendiri. Aku tidak pernah menikmati uang itu sama sekali," kesal Beatrice.Kalimat itu membuat Jhon marah."Sudah semakin berani melawan, kau tidak paham arti berbakti lagi, Beatrice?" marah Jhon."Apa? Berbakti seperti apa yang ayah inginkan? Di mana hati dan pikiran ayah? Apa ayah sudah gila? Menjadikan rumah ini sebagai jaminan hutang ayah? Sementara uang itu ayah gunakan hanya untuk kesenangan ayah mabuk dan bermain judi. Urus sendiri, dan aku tidak ingin rumah ini disita," ma

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status