LOGINPandangan Elara terus dia edarkan memperhatikan sekeliling, langkah kakinya terus mengikuti ke mana Dominick melangkah. Seharusnya aku tidak heran dengan seberapa megahnya Rumah ini, karena dia berani mengiyakan persyaratan yang aku berikan untuk melunasi hutang yang tidak sedikit, tapi tetap saja ... Rumah ini ... sangat luar biasa!
Dominick melirik ke arah di mana Elara berada, dia tersenyum kecil kala melihat wajah cantik dari seorang perempuan yang secara status adalah Istrinya, sampai kemudian dia masuk ke sebuah kamar yang sudah dibukakann oleh pelayan yang berada di depan kamar.
“Kamu bisa istirahat di sini,” ucap Dominick yang memecah keheningan di antara dirinya dan Elara.
“Hem, ini kamar aku?”
“Kamar kita,” sahut Dominick dengan senyuman kecilnya, bahkan senyuman itu terlihat nakal.
*****
Waktu berlalu dengan sendirinya, Elara tidak banyak melakukan kegiatan, dia diam di atas tempat tidur dengan pikiran yang terus berputar. “Emh ... aku boleh minta sesuatu tidak?” Elara menatap Dominick yang sedang duduk di kursi tak jauh dari tempat tidurnya, lalu Dominick mengalihkan pandangannya.
“Apakah itu sebuah pertanyaan atau kamu memang menginginkan sesuatu, hm?” Dominick menjawab seraya bangkit, dia melangkah mendekat ke arah di mana Elara berada. Pandangannya dia turunkan, tepat menatap bola mata indah Elara yang sekarang terlihat tidak seperti biasanya.
Kali ini Elara terlihat seperti menahan ketakutan, hanya saja dia berusaha terlihat biasa saja. “Aku ingin istirahat malam ini, karena aku nngerasa hari ini cukup melelahkan.” Tatapan Elara begitu berharap pada jawaban Dominick, meski dia tidak yakin. Namun, harapan itu adalah yang utama.
“Kalimatmu terlalu menutupi keinginanmu, katakan saja kalau sebenarnya kamu ingin menghindari malam ini bersama denganku, bukan?”
Dia terlalu pintar untuk aku kelabui, tapi aku takut kalau aku harus pasrah menerimanya malam ini. Elara berpikir penuh dengan keseriusan, dia mencoba mencari jawaban yang lebih tenang. “Tidak terlalu, kalau kamu ingin, mungkin aku bisa menuruti apa yang kamu inginkan, lagi pula aku sudah menjadi milikmu.”
“Kamu memang pandai,” sahut Dominick dengan senyuman kecil yang terukir, dia juga mengelus lembut rambut Elara.
“Iya, aku tahu siapa aku di sini, tapi utuk hari ini ... aku benar-benar lelah, nasibku tadi seolah dipertaruhkan di sana, karena apa yang aku lakukan sangat beresiko.” Elara mencoba menjelaskan setenang mungkin. “Mereka buukan keluarga biasa, kalau sampai kamu telat atau tidak datang tadi, aku tidak tahu bagaimana nasibku, mungkin bisa mati berdiri?”
Dominick tertawa mengejek. “Kamu tidak akan mati di tangan mereka, karena kamu milikmu dan hanya aku yang berhak atas dirimu sayang.” Tangan Dominick menarik leher Elara, sentuhannya juga membuat Elara merinding, apalagi sampai jari tangannya menaikkan dagu Elara agar semakin menatapnya.
“Iya, intinya seperti itu, tapi au tidak bisa berbohong, aku masih lelah ... entah akan terbawa suasana atau tidak, jika bercumbu denganmu, apalagi bermain sampai berulang kali nanti malam.” Elara merayu sambil menarik perhatian Dominick, bahkan dia sedikit nekat dengan mengecup bibir Dominick, sebagai tanda kalau dia bukan tidak menginginkan Dominick.
Saat Elara hendak menjauh setelah kecupan singkat itu berlangsung, Dominick menahan tengkuk Elara, hingga pertemuan bibir mereka kembali terjadi. Dominick merasa belum cukup dengan kecupan singkat, hingga dia memainkan lidahnya dan Elara juga menerima dengan baik, ciuman mereka terasa cukup hangat dengan sebelah tangan Dominick yang perlahan turun ke pinggang Elara.
Elara menarik napasnya dengan cukup dalam saat bibirnya sudah tidak lagi tertaut dengan bibir Dominick, sementara itu ibu jari Dominick mengusap lembut bibirnya, lalu mengangguk. “Tenang saja, kamu bisa istirahat dengan tenang, lagi pula malam ini aku ada urusan dan karena aku tidak serakus itu untuk kembali mencicipimu, maka kamu aman.”
Kening Elara berkerut, dia memikirkan ulang kalimat yang sudah dia dengar. “Apakah kamu kekurangan kosakata atau kamu tidak pandai memilih kosakata?”
Dominick tertawa kecil.
“Kata yang kamu gunakan cukup ... mengerikan!”
“Tidak ada yang mengerikan saat berhadapan dengan hal yang liar.”
Lagi dan lagi Elara kembali mengernyit. “Apa maksudmu?”
“Pahami saja, nanti juga kamu akan menyadarinya, apalagi setelah kamu bisa mengingat semua yang terjadi di atas ranjang atau yang akan terjadi nantinya.”
“Jangan membuatku takut atau tertekan!” ujar Elara dengan nada yang meninggi, bahkan tatapannya juga menajam dan itu yang membuat Dominick mengukirkan senyumanya.
Pandangan Elara dia turunkan, dia ingin sekali menepis tangan Dominick yang sedang menyentuh wajahnya, bahkan sedikit mencengkeramnya, tapi dia masih sadar. “Aku tahu bagaimana karaktermu. Jadi, jangan pura-pura.”
“Aku tidak sedang berpura-pura, lagi pun, aku tidak ada drama yang ingin aku mainkan denganmu!”
“Oh ya?”
Penuh dengan kepercayaan, Elara mengangguk.
“Bukankah kamu melembutkan nada bicaramu, agar aku menuruti kenginanmu untuk tidak bermain malam ini?” Dominick sedari awal sudah tahu ke mana arah pembahasan Elara. “Tenang saja, aku bukan orang yang gak peka,” lanjut Dominick dengan senyuman kecilnya.
Elara merasa tidak bisa berbuah apa pun sekarang, dia terus memandangi Dominick, tubuhnya terasa membeku. “Em, tapi apa yang kamu sampaikan benar?”
“Tentu saja, setelah ini aku akan pergi, tapi setelah kamu menuruti apa yang aku katakan.”
Bola mata Elara langsung membulat dengan seketika, dia merasa curiga dan takut dengan apa yang Dominick inginkan. “Apa?”
“Lepas semuanya sekarang,” ujar Dominick dengan begitu santai, sementara Elara semakin melotot.
“Lah, kan tadi bilang, kamu gak akan melakukannya malam ini, karena kamu mau pergi?”
“Aku memang akan pergi dan kita tidak akan melakukannya malam ini, tapi ... aku menginginkan melihat sebuah hal yang ... indah sebelum aku pergi.”
“Arh, kurang ajar! Itu hanya akal-akalanmu saja!”
Dominick yang baru saja mengambil handphone-nya berbalik dengan tatapan tajam ke arah Elara. “Kurang ajar? Apakah kamu mau diberikan pelajaran malam ini, agar kamu tahu bagaimana bersikap di depanku, hm?”
Nada bicara Dominick sudah tidak bersahabat, hanya saja Elara masih merasa tidak yakin, setelah dia melepas semuanya, Dominick akan pergi, terlebih dia merasa malu dan sedikit terhina kalau harus melepas semuanya, lalu ditinggalkan begitu saja.
“Oh, rupanya kamu tidak tahu bagaimana caranya patuh terhadapku ya?” Senyuman miring Dominick terukir, sampai kemudian tangannya mengelus lembut rambut Elara yang membuat sekujur tubuhnya merinding, apalagi saat satu tarikan Dominick berikan yang membuat wajahnya menengadah ke arah Dominick.
“Apakah aku harus mengajarkanmu bagaimana caranya patuh atau kau mau patuh dengan sendirinya?”
Pertanyaan itu terasa sebuah hal yang menyudutkan bagi Elara, karena dia tidak tahu apa yang akan Dominick lakukan saat dia tidak menuruti keinginannya, tapi bagaimana pun Elara bukan perempuan tak berdaya yang akan patuh begitu saja, apalagi perintahnya terasa menyentil harga dirinya.
“Apa yang akan kamu pilih, hm?”
“Kenapa pagiku harus terganggu dengan panggilan ini?” Elara sebenarnya merasa malas saat dia harus menerima panggilan itu, hanya saja dia tahu kalau dia tidak menerima panggilan itu, maka dia akan terus merasa terganggu. “Ada apa?!” tanya Elara dengan nada tidak senang.“Kamu tinggal di mana? Kita sudah mencoba mencari tadi di mana kediaman Tuan Dominick, tapi kita masih kebingungan ke mana dia membawa kamu.”“Ada apa menanyakan tempat tinggalku? Aku di sini tinggal dengan tenang dan nyaman.”“Bukan itu, terserah saja kalau kamu tinggal tidak nyaman juga, intinya kita ingin bertemu dengan kamu. Jadi, katakan di mana kamu tinggal sekarang, agar kita bisa segera ke sana.”Kalimat yang baru saja Elara dengar dari Melinda membuatnya berpikir penuh dengan keseriusan. Kalau aku memberi tahu mereka di mana tempat tinggal aku, maka mereka bisa dengan suka hati datang ke sini dan mengganggu ketenangan aku? Lebih baik aku mengajak mereka bertemu, agar aku masih punya Rumah untuk tempat aku beri
“Jam segini dia belum pulang, emangnya dia semalaman ngerjain apaan sih?” Elara terus melangkahkan kaki ke Ruang tengah Rumah milik Dominick dan dia belum menemukan keberadaan pria yang dia cari.“Selamat pagi Nona, ada yang bisa saya bantu?”Mendengar kalimat itu membuat Elara mengalihkan pandangannya, dia memperhatikan seorang pelayan yang ada di hadapannya. “Emh ... dia ke mana? Apakah dia sudah pulang?”“Dia? Dia siapa yang Nona maksud? Apakah Tuan Dominick?”“Iya, ke mana dia? Apa dia belum pulang?”“Belum Nona, saya belum melihat Tuan pulang.”Mendengar kalimat itu membuat Elara menarik napas dengan sangat dalam, lalu menghembuskan dengan kasar, dia juga bahkan bersandar lelah di sofa.“Ada yang Nona inginkan, mungkin segelas teh hangat atau lainnya?”Elara diam sejenak. “Buatkan apa pun, tapi jangan yang tawar. Aku ingin minum sesuatu yang menenangkan sekarang.”“Baik Nona, apakah ada request lainnya, seperti manis, asam, atau ingin ditemani cemilan lainnya?”“Terserah, apa saj
Pandangan Elara terus dia edarkan memperhatikan sekeliling, langkah kakinya terus mengikuti ke mana Dominick melangkah. Seharusnya aku tidak heran dengan seberapa megahnya Rumah ini, karena dia berani mengiyakan persyaratan yang aku berikan untuk melunasi hutang yang tidak sedikit, tapi tetap saja ... Rumah ini ... sangat luar biasa!Dominick melirik ke arah di mana Elara berada, dia tersenyum kecil kala melihat wajah cantik dari seorang perempuan yang secara status adalah Istrinya, sampai kemudian dia masuk ke sebuah kamar yang sudah dibukakann oleh pelayan yang berada di depan kamar.“Kamu bisa istirahat di sini,” ucap Dominick yang memecah keheningan di antara dirinya dan Elara.“Hem, ini kamar aku?”“Kamar kita,” sahut Dominick dengan senyuman kecilnya, bahkan senyuman itu terlihat nakal.*****Waktu berlalu dengan sendirinya, Elara tidak banyak melakukan kegiatan, dia diam di atas tempat tidur dengan pikiran yang terus berputar. “Emh ... aku boleh minta sesuatu tidak?” Elara mena
“Maaf, pernikahan antara Julio Scott dengan Elara Felicya tidak bisa dilanjutkan.”Mendengar hal tersebut membuat mereka membelalakan mata, mereka merasa terkejut dengan ini. “Lho kenapa tidak bisa dilanjutkan? Ini sudah mendekati waktu, hanya tersisa 1 jam lagi, kenapa tidak bisa dilanjutkan? Apakah ada berkas yang kurang? Jika iya, kita bisa melengkapinya dengan segera dan pernikahan harus tetap dilaksanakan!”“Tidak bisa Bu, karena kami tidak akan mungkin menikahkan seorang seorang laki-laki bersama dengan seorang perempuan yang berstatus sebagai istri sah dari orang lain.”“Apa? Istri sah?!”Semua yang ada di Ruangan begitu terkejut, pihak keluarga Elara dan juga keluarga Julio sama sekali tidak tahu kalau Elara sekarang berstatus sebagai Istri dari orang lain.“Gak mungkin Pak, anak saya belum menikah dengan siapa pun, sehingga tidak mungkin Elara berstatus sebagai Istri orang lain. Elara baru akan melangsungkan pernikahannya dengan Julio sekarang.” Melinda mencoba untuk menjelas
“Memangnya kamu tidak tahu apa yang harus kamu lakukan saat ada yang memanggil kamu ke Ruang private?”Dengan penuh kejujuran, Elara menggelengkan kepalanya. “Maaf Tuan, saya tidak tahu, karena saya baru di sini.” Elara menjawab dengan penuh kesopanan, dia sadar kalau dia harus bersikap profesional untuk menghindari masalah nantinya. “Apakah Tuan ingin saya menari di sini untuk Tuan saksikan secara pribadi?”Dominick mengangguk, lalu alunan musik dimulai dan dia begitu memperhatikan setiap gerakan dari Elara, terlihat sedikit malu, hanya saja tidak begitu kaku dengan tubuh indah yang membuatnya cukup merasa terhibur, apalagi saat melihat gerakan Elara yang semakin menyatu dengan musik.Waktu berlalu, hingga kemudian Dominick bangkit dengan tangan yang secara perlahan menyentuh Elara dan itu membuat Elara merasa tidak nyaman, tapi dia masih berusaha menyatu dengan musik dan terus menari dengan indah. “Kita lanjutkan tarian ini di atas tempat tidur.”Sontak bola mata Elara membulat, dia
“Apakah kamu sudah siap malam ini?” tanya Fia sambil memperhatikan Elara yang berulang kali menghela napas dengan sangat panjang.Terlihat jelas dari tatapannya, kalau Elara tidak bersemangat, lesu penuh dengan keterpaksaan. “Siap tidak siap? Aku bisa apa? Karena aku juga tidak mau kalau harus dipenjara!”“Ya ... sudahlah, jalani saja, setidaknya pekerjaan ini bayarannya menjanjikan, apalagi kalau di penampilan kamu selanjutnya, bahkan bisa saja sekarang juga, jika kamu bisa menarik perhatian penonton dan kamu akan mendapatkan tips yang cukup besar dari mereka.”Hembusan napas Elara keluar dengan kasar, dia mengangguk dengan jelas dan dari ujung Ruangan, seorang wanita dengan lipstick merah menyala dan kipas di tangannya mendekat. “Elara! Siap-siap sekarang, segera ke belakang panggung, pertunjukan akan dimulai 5 menit lagi dan saya tidak ingin ada yang telat dan mengacaukan semuanya!”“Baik Madam,” jawab Elara secara terpaksa.“Jangan lupa, lepas jaket yang kamu gunakan, karena tida







