Home / Romansa / Gadis Milik Tuan Mafia / Nasib Yang Sama [Bab 3]

Share

Nasib Yang Sama [Bab 3]

Author: Minkybee
last update Last Updated: 2023-07-26 21:51:42

Dengan perasaan gugup, senang, dan takut, Akiko duduk di sebuah gang sepi untuk menenangkan diri. Setelah bertemu dengan Kakaknya tadi, Akiko langsung pergi dan bersembunyi agar tidak mereka bertemu lagi. Menjaga jarak dengan Keinara adalah keputusan paling benar. Dia yakin, Keinara pasti langsung mencarinya sekarang apalagi dia lupa meminta nomor agar bisa saling menghubungi.

“Kakak … Sebenarnya aku masih ingin merasakan pelukanmu,” lirih Akiko sambil mengusap wajahnya gusar. Kouma, anjing ras besar itu terlihat khawatir dan memberikan tatapan lembut sehingga Akiko memeluknya erat.

“Terima kasih, Kouma,” ucapnya. Karena tidak ingin buang-buang waktu lagi, Akiko segera berdiri untuk menemui Vian di rumah sakit. Namun, seorang preman bertubuh besar tiba-tiba menghadangnya.

“Apa yang kau lakukan di tempat sepi seperti ini, Nona Cantik?” tanyanya dengan senyuman menyeringai. Mengetahui ada bahaya, Kouma menggonggong sambil terus berusaha melindungi Akiko yang begitu waspada. Sayangnya tubuh besar Kouma justru membuat Akiko kewalahan, anjing itu terlepas sehingga talinya diambil alih oleh preman.

“Lepaskan anjingku,” pintar Akiko.

“Boleh, tukar saja dengan tubuhmu,” titah preman tersebut sambil menarik tali Kouma dengan kencang hingga anjing itu kesakitan. Karena tak mau salah bertindak, Akiko diam beberapa saat untung berpikir bagaimana mengambil Kouma dan kabur dari sana tanpa terluka. Akhirnya, gadis berambut pendek itu melihat ada sebuah mobil hitam terparkir di depan gang sana.

“Akan kuberikan uang, tapi lepaskan anjingku,” mohon Akiko sambil berjalan ke samping sambil terus berjaga-jaga.

“Sayangnya saat ini aku tidak butuh uang, aku butuh pelampiasan,” jawab preman tersebut sambil menatap ke langit seolah sangat puas bisa mendapatkan gadis secantik Akiko. Namun, hal itu membuat Akiko punya kesempatan untuk kabur keluar dari gang.

“Hei! Jangan lari!” teriak preman sambil terus menggenggam tali Kouma, sementara Akiko segera menemui seorang laki-laki yang tengah bersandar di mobil hitamnya.

“Sir! Please help me,” pinta Akiko dengan nafas terengah-engah. “Anjingku sedang dalam bahaya, tolong bantu aku.”

“No,” jawaban singkat itu membuat Akiko terdiam tak percaya.

“Apa?” tanyanya memastikan.

“Aku tidak mau buang-buang waktu untuk menolongmu,” mendengar jawaban itu, Akiko memundurkan langkahnya perlahan. Jika dilihat dari postur tubuh dan gaya bicaranya, dia yakin pria itu punya keahlian khusus untuk bela diri. Namun, kenapa dia tidak mau membantu? Apa dia takut terluka?

Dengan kecewa Akiko kembali ke arah gang dan mengatur nafasnya. Yang menjadi alasannya tetap menjalani hidup dengan baik saat ini adalah Kouma, jadi apa gunanya dia jika pergi tanpa Kouma? Akhirnya setelah memantapkan diri, Akiko kembali berlari ke dalam gang sambil membawa tongkat kayu besar. Entah dia bisa selamat atau tidak, yang penting dia berusaha mengambil Kouma.

“Bodoh sekali,” gumam pria yang tak lain adalah Glen Xander. Pria itu sedang ada urusan menemui seseorang, tetapi dia justru tidak sengaja melihat Akiko masuk ke dalam gang sepi. Karena penasaran, dia mengikuti Akiko dan mendapati gadis itu sedang berada dalam situasi sulit. Namun, bukannya membantu dia malah menonton dengan santai.

“Dia pasti mati, iya, ‘kan?” tanya Glen pada asisten pribadinya, Hans, setelah suara tembakan terdengar beberapa kali,

“Tidak, Tuan,” jawaban Hans membuat Glen menajamkan penglihatan. Ternyata benar, Akiko keluar dari gang hidup-hidup walau tangannya terluka karena tembakan yang meleset. Sementara itu Glen merasa tidak percaya bahwa Akiko mengambil resiko yang sangat besar demi menyelamatkan seekor anjing, gadis itu seolah tak takut pada kematian. Parahnya, Akiko tidak mengenali Glen hanya karena dia memakai masker.

“Kita bawa dia sekarang, Tuan?” tanya Hans.

“Biarkan dia bebas sebentar, nanti malam adalah waktu terakhirnya untuk menikmati hidup,” tegas Glen sehingga Hans langsung menyetir mobilnya pergi. Di samping itu, Akiko tengah berjalan ke rumah sakit terdekat untuk mengobati lukanya. Walau tidak parah, tapi tetap saja mengganggunya untuk beraktivitas.

Setelah selesai berobat, gadis berambut pendek itu menuju halte bus. Namun, kartu bus yang baru dia isi justru hilang. Kemungkinan jatuh saat melawan preman tadi, sayangnya di kota ini semua bus tidak menerima pembayaran cash.

“Tolong minggir, Nona, semua orang menunggu di belakangmu,” perintah supir bus mengetahui antrian panjang. Saat ingin keluar, tiba-tiba seorang anak laki-laki menggandeng tangannya.

“Pakai punyaku saja,” ujar anak itu sambil memberikan kartu, kemudian mereka pergi duduk bersama.

“Terima kasih sudah membantuku, jangan sampai hilang ya,” Akiko memasukkan sejumlah uang ke dalam saku anak itu. “Siapa namamu? Apa kau sendirian?”

“Ethan, umurku 9 tahun. Aku sendirian karena Mama dan Papa tidak menyukai aku,” jawaban itu sontak membuat Akiko kaget. Setelah diperhatikan, ternyata anak ini memiliki banyak luka di tangan dan wajahnya.

"Dia … sama seperti aku," gumam Akiko dalam hati, dia paham kalau anak ini pasti memiliki masalah dalam keluarga dan sering mendapat kekerasan. Anak sekecil ini tentu masih jujur pada siapapun tentang masalah yang ada di rumah.

"Aku Akiko," dia menyambut jabatan tangan Ethan dengan lembut. Namun, tiba-tiba Ethan menangis sehingga membuat orang-orang dalam bus menatapnya aneh seolah berpikir Akiko menyakiti Ethan atau semacamnya.

"Kenapa menangis?" tanya Akiko berusaha menenangkan Ethan.

"Kakak sangat lembut," ternyata Ethan senang karena ada yang memperlakukannya dengan lembut. Selama ini dia mendapat perlakuan buruk dari keluarganya sampai memiliki trauma, bahkan tangan mungil itu sampai gemetaran karena menahan tangis agar tidak terdengar banyak orang.

"Kemarilah," Akiko tersenyum tipis sambil mengangkat Ethan ke pangkuannya, dia paham betul bagaimana rasa sakitnya jika dibenci keluarga sendiri.

Akiko tidak menyangka ada yang bisa menyakiti anak selucu Ethan, padahal Akiko pikir dia adalah satu-satunya anak yang tidak hidup dengan baik sejak kecil. Gadis itu mengusap air matanya yang menetes tanpa sadar, lalu mengusap-usap rambut Ethan pelan hingga anak itu mulai tenang.

"Kakak sama denganku, iya, 'kan?" tanya Ethan sehingga Akiko terdiam sebab bingung kenapa Ethan bisa sadar kalau nasib mereka sama. Mungkin karena perasaan anak kecil itu sangat tajam jadi bisa tau perasaan satu sama lain walau baru saja bertemu.

"Sakit sekali ... Aku takut Mama dan Papa marah, aku tidak mau hidup lagi. Kakak pasti juga ingin mati, iya kan?" lanjut Ethan.

"Tidak baik berkata seperti itu," sahut Akiko, padahal dia merasa ucapan Ethan ada benarnya juga. Namun, tidak pantas rasanya jika anak sekecil ini sudah memikirkan soal kematian.

"Kakak juga menyembunyikan banyak sekali luka seperti aku," lirih Ethan lagi sambil membuka satu kancing bajunya. Di sana nampak luka lebam cukup serius, sepertinya dari benda tumpul. Mungkin Ethan melihat ada bekas yang sama di dada Akiko sehingga berani berkata demikian.

Tanpa sadar, Akiko sudah sampai di tempat tujuannya. Akan tetapi, Ethan tidak mau melepaskan pelukannya karena merasa sangat nyaman bersama Akiko walau gadis itu menahan sakit bekas tembakan. Akhirnya, mau tidak kau dia harus membawa Ethan turun dari pada bingung di dalam bus.

"Aku akan mengantarmu ke kantor polisi, okay? Kau jelaskan saja semuanya pada polisi supaya mereka tau tentang orang tuamu. Sekarang aku harus buru-buru untuk menemui seseorang," ujar Akiko.

"Tidak bisakah Kakak saja yang menjadi mama-ku?" pertanyaan itu membuat Akiko tersenyum tipis. Pemikiran anak kecil itu sama saja, mereka pasti menginginkan orang tua baik supaya bisa tumbuh sehat sampai dewasa. Namun, Akiko saja tidak hidup dengan baik, lalu bagaimana bisa mengurusi Ethan? Belum lagi urusannya dengan Glen Xander.

Niatnya Akiko ingin menemui Dokter Vian terlebih dahulu, tapi sepertinya dia akan telat menemui Glen 30 menit lagi. Apa yang akan dia lakukan pada Ethan sekarang? Membawanya menemui Glen? Bagaimana reaksi pria itu jika dia membawa anak kecil saat bertemu nanti?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Perjanjian Kontrak [Bab 4]

    “Kau telat 5 menit,” ucap Glen saat Akiko baru saja sampai di cafe dengan nafas terengah-engah. Lalu pandangan pria itu tertuju pada Ethan yang setia menggandeng tangan Akiko. "Aku tidak tahu kalau Mr. Eloise sudah memiliki cucu," kata Glen sambil terus mengunci pandangan pada Ethan karena sejak tadi anak itu menempel pada Akiko dengan manja, bahkan jelas-jelas memeluk Akiko erat seolah tidak mau dilepaskan. "Ini bukan anakku," tegas Akiko, lalu beranjak mengantar Ethan ke bangku lain agar Glen tidak merasa terganggu. Setelah memastikan Ethan mendapat makan dan minum yang dia pesan, barulah dia kembali ke hadapan Glen. "Nona Eloise, aku menyuruhmu datang ke sini bukan untuk buang-buang waktu," Glen menatap jengkel karena Akiko hanya memperhatikan Ethan saja, bahkan gadis itu sempat menyuapi Ethan dengan lembut tanpa memerdulikan Glen. "Sorry," ucap Akiko. "Siapa dia?" tanya Glen sambil melirik Ethan. "Ethan, dia tersesat jadi aku akanmengantarnya pulang setelah ini," menden

    Last Updated : 2023-07-27
  • Gadis Milik Tuan Mafia   Kekejaman [Bab 5]

    "Tanganku jadi kotor," Glen mencabut pisau yang menancap pada perut mama Ethan, lalu membuangnya ke sembarang arah bersamaan dengan tubuh wanita paruh baya yang ambruk dengan darah mengalir di lantai. "Hans, urusi mereka," titahnya pada seorang pria yang baru saja muncul dari balik pintu. Dia adalah asisten pribadi Glen yang bertugas mengurus segala macam urusan Glen baik dalam perusahaan atau dalam kehidupan pribadi. "Baik, Tuan," sahut Hans. Setelah memastikan orang tua Ethan tidak bernafas lagi, barulah dia pergi membersihkan tangan dengan entengnya seolah tidak ada masalah apa pun. "Berdiri," Glen menarik lengan Akiko karena gadis itu masih mematung kaget. Akiko merasa tidak percaya kalau Glen bisa melakukan hal sekejam itu tanpa ekspresi. Tanpa membuang waktu lagi dia segera menggendong Ethan, padahal tubuhnya sudah sangat sakit akibat dipukul berkali-kali. Namun, dia memiliki sifat baik sehingga masih bisa memikirkan nasib Ethan jika ditinggal. "Kalau kau mati, bagaimana

    Last Updated : 2023-08-11
  • Gadis Milik Tuan Mafia   Angkuh [Bab 6]

    "Untuk apa kau ke rumah sakit?" tanya Glen saat Akiko baru saja sampai di depan gedung apartemen. Ternyata pria itu sudah menunggunya karena dia paham bahwa gadis itu pasti tidak tau password apartemen, sementara Akiko berpikir pasti Glen habis memata-matai sehingga bisa tau dia habis menemui laki-laki. "Kau yang menyakiti aku, kenapa malah bertanya?" sahutan ketus dari Akiko membuat Glen terkekeh pelan, ia tersenyum menyeringai sambil melingkarkan tangannya di pinggul Akiko agar berjalan mengikutinya. "Angkuh juga kau ternyata," gumam Glen berpikir mungkin semua keluarga Eloise memiliki sifat angkuh seperti Akiko, dia bahkan tidak bergeming sedikitpun ketika tangan kekar itu mengusap pinggulnya secara sensual. "Kau bertemu kekasihmu, iya, 'kan?" Glen merasa curiga pada Vian, dokter yang Akiko temui beberapa saat lalu. "Bukan," jawab Akiko seadanya. "Lalu siapa dia? Kenapa kalian terlihat sangat dekat?" tanya Glen lagi. "Dokter biasa," jawab Akiko lagi kali ini sambil mencu

    Last Updated : 2023-08-12
  • Gadis Milik Tuan Mafia    Keputusan Akiko [Bab 7]

    "Glen!" teriakan seorang wanita membuat perhatian Glen dan Akiko teralihkan, awalnya mereka sedang duduk diam di sebuah ruangan kantor untuk membahas bagaimana pekerjaan Akiko nantinya. Ternyata, dialah tamu penting yang dimaksud Glen tadi. Wanita itu memakai make up tebal bersama dengan pakaian sexy yang membuat lekukan tubuhnya nampak indah. Yelena, wanita yang akhir-akhir ini selalu menempel pada Glen, padahal sebelumnya mereka hanya kenal sebagai rekan bisnis. Entah tujuannya apa, tapi Yelena bahkan tidak keberatan dijadikan budak nafsu oleh Glen. Yelena mencium Glen secara sepihak sehingga tentu membuat Glen geram, apalagi pria itu tidak suka jika orang lain yang memulai permainan. Entah dari bisnis atau nafsu, harus dirinya yang menguasai. Karena tersulut emosi, Glen mendorong Yelena begitu saja sehingga wanita itu terjatuh ke lantai karena memakai sepatu high heels walau dorongan tidak terlalu kencang "Awwhh…," eluh Yelena sambil mengusap telapak tangannya. "Kau tidak pah

    Last Updated : 2023-08-13
  • Gadis Milik Tuan Mafia   Hidupmu, Ada di tanganku [Bab 8]

    "Bagaimana, Akiko? mau pergi atau tetap bersamaku?" tanya Glen pada Akiko yang masih menatap datar pada Mr. Eloise, pria tua itu menaruh banyak sekali harapan pada keputusan Akiko. "Aku ingin bicara dengannya sebentar saja," Akiko meminta izin pada Glen. "Okay, 5 menit," jawab Glen singkat sehingga Akiko melenggang pergi keluar dari ruangan bersama Mr. Eloise yang mengikuti dengan senang berpikir putrinya itu mau ikut pulang. "Akiko … Papa ingin minta maaf, Papa sudah jadi orang tua yang sangat buruk untukmu, bahkan tidak pantas lagi menemuimu seperti ini. Tapi bisakah kau ikut dengan Papa untuk pulang dan memperbaiki segalanya?" isak Mr. Eloise sambil menahan air matanya. "Telat, aku tidak akan sehancur ini jika papa mengatakan itu sejak dulu. Andai Papa memperlakukan aku layaknya seorang anak, aku bisa lebih memiliki semangat hidup. Sekarang aku bahkan tidak peduli kalau nyawaku melayang di tangan Glen," papar Akiko dengan tatapan kosongnya. "Jangan bicara begitu, Akiko. Pa

    Last Updated : 2023-08-14
  • Gadis Milik Tuan Mafia   Gelap [Bab 9]

    *1 hari yang lalu* "Jadi … kau benar-benar menjual Akiko?" tanya Keinara dengan tatapan tidak percaya. Malam ini Keinara memutuskan untuk pulang dan bertanya soal Akiko pada papanya, tapi papanya justru panik dan tidak mau menjawab kejadian sesungguhnya. Untung saja gadis itu punya ide, yaitu bertanya pada pelayan di rumah itu dengan sogokan uang agar bisa menjawab secara jujur. "Pantas saja Akiko mengatakan bahwa kami tidak akan pernah bertemu lagi," lanjut Keinara. "Jawab aku, Papa," tekan Keinara terus menerus sehingga papanya menjawab dengan anggukan pelan. "Kenapa kau begitu jahat pada Akiko? Kenapa?" "Papa tidak memaksanya, Kei, dia tidak menolak atau melawan permintaan Papa. Artinya, dia tidak masalah dengan semua itu," kata Mr. Eloise enteng. "Dari dulu Akiko memang seperti itu, Pa. Dia tidak melawan karena dia tau hasilnya akan sama saja, yaitu kemarahan Papa yang tidak ada ujungnya. Kenapa tidak aku saja? Kenapa Papa selalu memperlakukan Akiko semena-mena? Dia juga Pu

    Last Updated : 2023-08-15
  • Gadis Milik Tuan Mafia   Dingin [Bab 10]

    "Glen, aku minta maaf…," lirih Akiko sambil terus menggedor pintu pelan karena tubuhnya lemas. Untung saja beberapa saat kemudian Glen datang membuka pintu, dia menatap tajam tanpa menyadari bahwa Akiko membawa sweater penuh darah. "Aku minta maaf," ucap Akiko lagi. "Mandi dan temani aku duduk," titah Glen, tapi dia sengaja memasang kakinya saat Akiko melangkah sehingga gadis itu tersandung dan membentur ujung meja yang tajam di bagian dahi. Kepalanya terasa sangat pusing sampai ingin ambruk begitu saja, tetapi tetap dia tahan. Akiko masih berusaha bangkit dan berjalan tertatih menuju kamarnya. Dia mandi dan memakai pakaian panjang seperti biasa, kemudian datang ke ruang santai melihat Glen yang sudah menunggunya. "Kemari," Glen menarik tangan Akiko pelan sehingga gadis itu duduk di pangkuannya. "Aku tidak suka kau bicara dengan laki-laki lain. Kau adalah milikku," ucap Glen, mengusap tangan Akiko lalu menciumnya lembut. "Kenapa tanganmu sangat dingin?" Pertanyaan itu tidak

    Last Updated : 2023-08-16
  • Gadis Milik Tuan Mafia   Masa Lalu [Bab 11]

    Suasana semakin genting ketika Harley membujuk Glen untuk bicara dengannya terlebih dahulu, sementara Glen sudah mati-matian menahan diri untuk tidak menghajar orang-orang di hadapannya. "Jangan pulang dulu, biarkan aku melihatmu lebih lama lagi," pinta Harley sambil pergi karena dia harus menyambut tamu-tamu yang datang. "Glen, ikut aku sebentar," ajak Marlen lalu pergi begitu saja meninggalkan Glen. "Tunggu di sini dan jangan makan apa pun sampai aku kembali," Akiko mengangguk menyahuti perintah Glen. Beberapa menit setelah Glen pergi, Harley datang kembali sambil membawakan minuman. "Siapa namamu?" tanyanya sambil tersenyum manis. "Akiko," jawab Akiko seadanya. "Sudah berapa lama kau kenal dengan putraku?" Akiko menatap Harley sekilas, wanita tua itu terlihat sedang menahan sedih. "Beberapa bulan," jawab Akiko. "Boleh aku minta tolong sesuatu?" tanya Harley. Awalnya Akiko terdiam bingung, dia dilarang bicara pada siapapun sekarang. Namun, gadis itu merasa kasihan p

    Last Updated : 2023-08-17

Latest chapter

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Bersaing [Bab 47]

    “Bukankah kau bilang Glen tidak suka warna yang mencolok?” tanya Eva sambil duduk di ruang makan. Acara makan malam bersama akan dimulai, kini ketiga orang itu duduk bersama, walaupun perhatian Glen tidak pernah lepas dari Akiko. “Iya, dia memang tidak suka,” jawab Akiko seadanya. “Lalu kenapa kau memakai dress dengan warna merah? Tidak inginkan kau membuatnya terkesan?” tanya Eva sambil tersenyum puas seperti menjelaskan bahwa dia menang satu poin karena memakai warna tidak mencolok. “Jika dia memang terkesan pada seseorang, dia tidak akan mengamati warna pakaian yang mencolok atau tidak,” Akiko menjawab dengan sangat tenang seperti biasa. Namun, hal tersebut membuat Eva menjadi lebih tertantang dan merasa Akiko sudah membuka jalan untuk persaingan mereka.“Tapi aku rasa warna dress itu terlalu terang. Kau setuju, Glen?” tanya Eva pada Glen yang masih menatap Akiko dengan tatapan tajamnya. “Ya, terlalu terang,” sahut Glen sambil tersenyum diam-diam. Eva tidak menyadari senyuman i

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Mengambil Hati [Bab 46]

    “Kau akan pindah?” tanya seorang wanita yang tengah duduk di kursi kerjanya sambil membaca beberapa berkas. Wanita itu adalah Eva, seorang dokter muda dengan kepribadian ramah. “Ya,” jawab Glen dengan yakin. “Kapan? Kenapa tiba-tiba sekali?” tanya Eva lagi. “Mungkin beberapa hari lagi, sekarang aku sedang menyiapkan barang-barang,” sahut Glen. “Sayang sekali ya, padahal aku pikir kita bisa bicara lebih lama. Tapi tidak masalah, aku bisa bicara dengan Akiko,” ucap Eva setelah menunduk sedih. “Apa maksudmu? Aiko pasti akan ikut bersamaku,” desis Glen sambil menatap tajam, sementara Akiko hanya duduk dengan tenang karena saat ini dia sedang tes tekanan darah. “Akiko ikut?” tanya Eva memastikan. “Tentu, apa kau pikir aku akan meninggalkannya sendirian di sini?” cibiran itu membuat Eva meneguk saliva kasar. Hatinya berdegup kencang karena takut, takut Glen semakin dekat dengan Akiko karena mereka berdua akan pergi bersama. “Kalau begitu aku juga harus ikut, kan? Aku harus memeriksa

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Masa Yang Terlewat [Bab 45]

    Seorang pria sedang menatap seorang gadis yang duduk di taman bunga. Pria bertubuh kekar itu tersenyum, kemudian berjalan mendekat dan memeluk gadis di hadapannya dengan erat. “Kau membuatku kaget,” ucap Akiko sembari memutar badannya untuk menatap Glen langsung. “Ini masih pagi, apa yang kau lakukan di sini?” tanya Glen. Pria itu suka sekali jika melihat wajah gadisnya saat bangun, tapi pagi ini Akiko justru bangun lebih cepat. “Aku ingin memetik bunga untuk hiasan kamar kita,” sahut Akiko seadanya, lalu melepaskan pelukan Glen untuk memetik bunga yang sudah dia rawat di taman rumah. Glen tersenyum melihat betapa manisnya Akiko dengan dress berwarna pink lembut itu, rasanya sangat cocok dengan kulit putih dan wajah polosnya. 2 tahun lebih sudah berlalu sejak awal mereka pindah di kota ini, Glen merasa kalau kehidupan mereka memang jadi lebih baik. Pria itu juga menepati janjinya untuk membawa Akiko tinggal di rumah yang nyaman, memiliki taman bunga, dan juga peternakan kecil.

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Pemakaman [Bab 44]

    “Keinara,” panggil Vian, seorang Dokter yang dulu merawat Akiko. Pria itu berjalan mendekati gadis yang tengah duduk di taman kota sambil menunduk dengan wajah sedih. “Vian … adikku sudah meninggal, dia sudah tidak ada,” ucapan Keinara tentu membuat Vian kaget bukan main sebab mereka masih belum bertemu dengan Akiko sekalipun. Keinara memberikan sebuah surat dari rumah sakit yang mengatakan bahwa Akiko Eloise meninggal karena Kanker 1 minggu yang lalu. “1 minggu yang lalu? Kenapa suratnya baru kau dapatkan sekarang?” bingung Vian terus aja menenangkan Keinara. Sebagai Dokter Vian tau sekali kalau surat kabar kematian seseorang pasti langsung dikirim hari itu juga. “Kei, sebenarnya Akiko menitipkan sesuatu padaku waktu terakhir kami bertemu,” Vian mengambil sesuatu dari tas, yaitu ponsel milik Akiko yang sudah dititipkan sejak lama. Gadis itu mengatakan ponsel ini hanya boleh diberikan jika dia sudah tidak ada, jadi Vian rasa inilah akak tu yang tepat. Tanpa basa-basi lagi Keinar

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Pergi [Bab 43]

    “Dulu aku adalah pria yang tidak punya rasa kemanusiaan, bahkan aku bisa menghabisi nyawa dengan mudah tanpa peduli rasa sakit orang lain. Namun, gadis itu datang dalam hidupku dan mengajarkan tentang bagaimana kehidupan yang sesungguhnya.” “Mungkin ini adalah Karma karena tidak bisa menghargai nyawa orang lain sehingga takdir seolah ingin selalu memisahkanku dengan Aiko. Sekarang aku selalu merasa takut akan kematian, aku selalu takut kehilangan Aiko, aku takut dia merasa sakit, dan aku takut dia pergi. “Rasa takutnya luar biasa sampai dadaku terasa sesak, aku tidak bisa berpikir ataupun tidur dengan nyenyak. Inikah rasa takut yang aku abaikan abaikan dulu? Aku benar-benar tersiksa dengan rasa takut ini, aku ingin Aiko kembali ke pelukanku seperti semula.” *** “Bagaimana keadaannya?” tanya Guston saat baru sampai di rumah sakit. Sudah 5 hari Akiko belum juga sadar, gadis itu seolah terlalu nyaman dalam mimpi dan tidak ingin melihat dunia lagi. “Masih sama,” jawab Glen dengan pa

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Terbongkarnya Rahasia [Bab 42]

    “Sial! Aku tidak bisa menemukannya,” desis Glen frustasi karena belum juga menemukan keberadaan Akiko, sementara acara perayaan juga hampir selesai. Jika para tamu pergi maka Glen juga tidak bisa bertahan karena Mr. Eloise akan curiga dengan keberadaannya. “Apa yang kau lakukan di sini?” tanya seorang pelayanan rumah yang kaget karena tidak pernah melihat Glen. Dia pikir Glen adalah tamu pesta yang tidak sengaja masuk ke dalam rumah. “Sudah berapa lama kau bekerja di rumah ini?” tanya Glen langsung pada inti. “Sudah lama, sejak nyonya Hinami masih ada,” jawabnya jujur. “Jadi kau tau soal Aiko? Di mana dia sekarang?” tanya Glen sehingga pelayanan itu terlihat kaget, lalu menjauh perlahan. “Aku tidak tahu—” “Jawab jujur, atau aku akan menembak kepalamu sekarang juga,” ancam pria berambut hitam itu. Awalnya pelayan masih terlihat ragu dan takut, tapi beberapa saat kemudian dia menghela nafas panjang dengan air mata menggenang. “Akhirnya kau datang, Tuan. Aku benar-benar tida

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Janggal [Bab 41]

    Suara ketukan pintu membuat lamunan Glen pudar. Sudah satu minggu sejak Akiko tidak tinggal di apartemen ini, rasanya sangat lama sampai hidupnya terasa hampa. Akiko memberitahu bahwa dia tidak boleh minum alkohol atau merokok, tapi bukannya lebih sehat kini pria itu terlihat stress dan murung. “Glen, ini Mommy,” ucap Harley dari luar pintu sehingga Glen segera membukanya. “Ada apa, Mom?” tanya Glen penasaran karena tak biasanya Harley datang seperti ini. “Tidak apa, Mommy hanya merindukanmu. Kau tidak pernah datang ke rumah sejak Akiko pindah,” jelas Harley. “Iya,” sahut Glen dengan pasrah lalu duduk di sofa sambil meminum sebotol air. “Kau terlihat lemas, Glen, apa kau sakit?” tanya Harley penasaran melihat wajah putranya yang pucat dengan kantung mata jelas. “Tidak, aku hanya terlalu banyak bekerja,” sahut Glen seadanya. “Bukan begini caranya jika kau ingin menghibur diri supaya tidak merindukan Akiko, kau tidak memperhatikan kesehatanmu sendiri,” ujar Harley. Mendenga

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Hal Tak Terduga [Bab 40]

    “Akiko,” Mr. Eloise langsung memeluk putrinya ketika baru saja sampai di rumah mewah itu. Glen baru saja sampai dengan hati yang sangat berat karena harus memulangkan gadisnya itu. Namun, Glen ngerasa Akiko akan selalu terluka jika tinggal bersamanya dengan sifat yang masih sangat egois dan kasar. Di posisi lain, Akiko masih terdiam seribu bahasa karena ini pertama kalinya dia dipeluk oleh papanya sendiri. Rasanya aneh, sedih, dan senang sekaligus. “Akhirnya kau kembali,” ucap Mr. Eloise sambil membelai rambut Akiko pelan. “Papa menyetujui permintaan Glen?” tanya Akiko memastikan. “Iya, tentu, Papa sudah berkali-kali bicara dengannya untuk melepaskanmu,” sahutnya. “Tapi … Papa tidak akan mengorbankan Kak Keinara untuk aku, ‘kan?” tanya Akiko lagi. “Aiko, aku sudah melepaskanmu dengan baik. Tidak akan ada lagi riwayat hutang antara aku atau Mr. Eloise, jadi tidak ada yang perlu kau khawatirkan,” jelas Glen. “Kau ataupun kakakmu akan aman, kalian akan tinggal di sini bersama

  • Gadis Milik Tuan Mafia   Pulang [Bab 39]

    Gadis itu tertidur lelap dengan tangan yang dingin terus gemetaran, walaupun Glen sudah menyelimuti seluruh tubuhnya. Sesekali ia terbatuk sambil merintih kesakitan, nafasnya begitu pelan sampai Glen sering memeriksanya karena khawatir. "Suhu tubuhnya naik," bingung Glen melihat Akiko kedinginan, tapi kepalanya panas sampai berkeringat. Dia terus mengusap kepala gadis itu, berusaha memberikan ketenangan agar bisa tidur dengan nyenyak. Namun, beberapa saat kemudian Akiko terbangun dari tidurnya karena terbatuk hebat. "Minumlah," ujar Glen sembari memberikan sebotol air, tapi tenggorokannya terasa begitu sakit saat minum hingga terbatuk kembali. "Kita akan ke rumah sakit nanti," ucap Glen sambil merapikan rambut pendek Akiko, tapi tangannya langsung terhenti ketika melihat banyaknya rambut rontok di sela-sela jarinya. "Jangan sentuh rambutku, tanganmu bisa kotor," ucap Akiko sambil membersihkan tangan Glen, gadis itu masih terlihat sangat tenang walau mati-matian menahan sakit.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status