Share

Bab 4 : posisi

Author: Taehyunie05
last update Huling Na-update: 2023-08-03 01:55:48

"Bawa para gadis ini ke sel tahanan yang berada di daerah Utara. Beri mereka makan dan lepaskan ikatan mereka. Aku akan memilahnya nanti," ujar Terry dengan nada dingin lalu melepaskan tangannya dari wajah Jessy. 

Setelah itu, Terry pergi keluar dari ruangan ini, diikuti beberapa pria gagah tadi yang Jessy perkirakan adalah pengawalnya. Jessy menghela napas lega saat Terry kini meninggalkannya. Jujur saja, berdekatan dengan Terry membuat Jessy begitu lelah.

Para gadis tadi termasuk Jessy kembali digiring menuju  sebuah bangunan besar yang berada di sebelah Utara gedung yang tadi ia pakai untuk berkumpul. Gedung yang ia masuki saat ini tak seluas gedung sebelumnya. Di ruangan ini, terdapat beberapa cctv dan pagar listrik yang menjulang begitu tinggi. Itu artinya, tak ada sedikitpun celah untuk kabur.

Ikatan tali yang membelenggu Jessy dan teman temannya pun dilepaskan. Setelah itu, mereka semua diberi makan yang menunya berupa satu buah burger dengan satu botol air mineral. Makanan ini cukup mewah untuk gadis "tahanan" seperti mereka. Setelah diberi makan siang, para pria tadi pun keluar dari ruangan itu, setelah mengunci pintu utama agar para gadis yang mereka tangkap tidak kabur.

"Jessy, apa kau baik baik saja?" Tanya Jane seraya mengunyah burger miliknya dengan rakus. Jessy yang masih syok dengan kejadian barusan menganggukkan kepalanya lalu seraya memberikan senyuman canggung.

"Ya, aku baik baik saja,"

Jessy mulai memakan burger itu dengan pelan. Gadis itu tersenyum saat burger itu menyentuh mulutnya. Ia suka rasa makanan ini. Ini adalah makanan termewah yang ia makan selama hidupnya, karena biasanya Jessy dan para gadis yang berada di panti asuhan akan memakan roti yang murah dan keras untuk mengganjal perut mereka.

"Jessy, kenapa kau berani sekali melawan pria seperti Terry? Kau sudah bosan hidup ya?" Tanya Jane kesal seraya menjitak kepala Jessy dengan kencang, membuat sang gadis meringis kesakitan. Pertanyaan yang Jane lontarkan sama dengan pertanyaan Terry saat tadi ia melawannya. "Jantungku hampir saja berhenti saat pria mengerikan itu bilang akan melemparmu ke kandang singa,"

Renata terdiam mendengar perkataan Jane sambil mengelus kepalanya yang sakit akibat dijitak oleh gadis berambut ikal itu. 

"Karena aku ingin kita semua bebas, Jane,"

Perkataan polos Jessy membuat Jane jengkel. Ia memukul lengan Jessy kencang yang tentu saja mendapat erangan protes dari Jessy.

"Jane, kenapa kau memukulku?"

"Itu karena kau bodoh! Aku sudah bilang berkali kali padamu, berhati hatilah saat kau bicara dengan pria, terutama yang begitu mengerikan seperti Terry. Kau hampir saja menggali kuburanmu sendiri karena kebodohanmu, Renata!"

Jessy menundukkan kepala mendapati Omelan dari sahabatnya itu. Gadis itu akui jika ia sangatlah ceroboh melawan Terry tadi. Seperti kata Jane, ia memang gadis bodoh yang belum bisa mengontrol tindakannya.

"Lalu setelah ini apa yang akan kita lakukan, Jane? Jujur saja aku takut berada disini,"

"Aku juga tak tahu Jessy. Kejadian ini begitu tak terduga. Aku tak menyangka jika takdirku akan berakhir menjadi seburuk ini,"

Keduanya terdiam setelah mengatakan hal itu. Baik Jessy maupun Jane, keduanya larut dalam pikiran masing masing, begitu bingung apa yang akan terjadi setelah ini. Saat Jessy telah menyelesaikan makan siangnya, tiba tiba saja gadis itu di tarik oleh salah satu pengawal wanita yang entah sejak kapan muncul.

"H-hei, apa apaan ini?!" Tanya Renata mencoba memberontak. Pengawal wanita yang berambut bob itu mencengkeram pergelangan tangan Renata hingga sang gadis memekik kesakitan. Jane yang melihatnya tentu saja kaget karena melihat Jessy yang ditarik begitu kasar seperti hewan liar.

"Anda diminta untuk menemui tuan muda Terry di bangunan timur, nona," balas wanita itu singkat.

"Kenapa aku harus menemui pria itu?" 

"Jangan banyak bertanya dan cepatlah berdiri sebelum saya menyeret anda lebih kasar dari ini!"

Bentakan wanita itu membuat Jessy memanyunkan bibir merahnya. Dengan lesu, ia berdiri dan segera diseret oleh wanita tadi dengan langkah lebar. Saat melewati jembatan, Jessy hampir saja terjatuh ke kolam penuh buaya jika saja ia tak berpegangan pada sisi pembatas jembatan itu.

"A-akh bisakah anda berjalan sedikit lebih pelan?"

Wanita itu tak menghiraukan ucapan Jessy dan memilih untuk terus berjalan, mengabaikan sang gadis yang hampir jatuh berkali kali. Tak lama, keduanya sampai disebuah bangunan mewah yang berada disebelah timur. Jessy tak menyangka jika di dalam sebuah pabrik tua terdapat bangunan indah seperti ini. Apa pabrik itu hanyalah kedok belaka agar bisa menipu para polisi? 

"Oh, boneka kecilku sudah datang rupanya," 

Terry berkata dengan nada senang seraya menatap Jessy dari atas sampai bawah dengan teliti. Setelah itu, ia menarik tangan sang gadis dari cekalan gadis pengawal wanita yang menyeretnya tadi dengan kasar hingga membuat Jessy terjatuh tepat di depan kaki Terry. Pria itu menyeringai lebar saat melihat Jessy yang terjatuh di hadapannya, membuat sang gadis terlihat seolah tengah berlutut padanya.

"Terima kasih telah membawa boneka kecil ini, Belle. Kau bisa pergi dan melanjutkan tugasmu,"

Wanita berambut bob yang dipanggil Belle pun mengangguk singkat dan menunduk hormat dengan membungkukkan badan seperti kebiasaan orang Jepang. Setelah selesai memberikan hormat, Belle pergi dari hadapan Jessy dan Terry.

"Nah, boneka kecil. Sudah saatnya kau mengetahui posisimu disini," ujar Terry dengan nada datar. 

Pria itu berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan Jessy yang masih terduduk di tanah. Tangan pria itu mengelap saus bekas burger yang berada di sudut bibir Jessy dengan lembut, membuat rona merah muncul di pipi sang gadis.

"Bangunlah dan ikuti aku," perintah Terry seraya berdiri dari posisinya, menunggu Jessy untuk mengikutinya.

"Kenapa saya harus mengikuti anda?" Tanya Jessy seraya bangkit dari dan kini berdiri tepat di hadapan Terry.

Pria itu menyeringai mendengar pertanyaan polos yang terlontar dari bibir mungil Jessy. Terry berjalan mendekat kearah gadis itu dengan langkah perlahan hingga jarak keduanya tersisa satu jengkal saja. Dalam jarak sedekat ini, Jessy bisa mencium parfum mahal bercampur bau rokok dari tubuh Terry.

"Kau berani mempertanyakan keputusanku, boneka kecil?" 

Terry berkata dengan nada dingin dan tatapan mata tajam yang begitu mengintimidasi. Jessy yang sadar dengan perubahan nada suara Terry langsung memukul pelan bibirnya karena sadar ia sudah salah bicara .

"Maksudku—"

"Kau tak tahu siapa aku?" Terry menyela perkataan Jessy sebelum sang gadis meneruskan ucapannya. Pria itu sedikit menunduk untuk mensejajarkan wajahnya dengan wajah Jessy agar bisa menatap langsung mata doe hijau itu. 

Jessy kembali menahan napas saat jarak wajah Terry terlampau dekat dengannya. Lagi lagi, ia harus kembali menatap mata coklat Terry yang begitu mengintimidasi dirinya.

"Bersikaplah baik di hadapanku, boneka kecil. Sadarilah posisimu. Kau tak lebih dari sekedar mainan ditempat ini,"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Gadis Nakal Tawanan Mafia    Bab 107 : Ending

    Jessy menolehkan kepalanya pada sumber suara, yakni Terry yang saat ini menatap tajam ke arahnya. Jessy merasa ciut dan ketakutan melihatnya, hingga ia memeluk Alfred kembali dengan sangat erat sembari menyembunyikan wajahnya. Gadis itu merasa terintimidasi dengan tatapan Terry yang terlihat sangat mematikan."Jessy, aku sedang bicara padamu. Tolong lihat aku,"Terry berkata dengan nada tegas dan juga dominan, membuat jiwa submissive Jessy keluar begitu saja. Jessy membalikkan tubuhnya hingga kini berhadapan dengan pria berambut pirang itu.Gadis itu menundukkan kepalanya hingga poni miliknya yang sudah memanjang menutupi wajahnya. Gadis itu memegang erat ujung baju yang ia kenakan, pertanda jika tengah takut dan juga gugup. Terry menghela napas kasar lalu mengangkat dagu Jessy dengan jari telunjuknya agar gadis itu bisa bertatapan dengannya.Tatapan keduanya bertemu. Mata doe hijau milik Jessy yang saat ini memerah karena sedang menangis kini bertatapan dengan manik coklat milik Terr

  • Gadis Nakal Tawanan Mafia    Bab 106 : Berita Gila

    "Apa ini semacam taruhan?" Terry menggelengkan kepalanya, lalu segera mendekati Jessy yang saat ini tengah memiringkan kepalanya, tak mengerti dengan pembicaraan diantara dua pria berbeda generasi itu.Begitu sampai di hadapan Jessy, Terry meletakkan salah satu tangannya di perut milik gadis itu, lalu mengusapnya dengan cara melingkar. Pria itu memejamkan mata seolah menikmati kegiatan yang ia lakukan.Jessy tentu saja kaget mendapat perlakuan lembut seperti itu. Terry memang baik padanya, tapi dia pasti selalu memiliki niat terselubung. Makanya ia curiga jika Terry tengah merencanakan sesuatu padanya.Akan tetapi, sekalipun Jesy tengah mencurigai Terry, Jessy tak menepis tangan milik Terry dari perutnya dan membiarkan Terry berbuat sesukanya, selama masih berada di batas wajar. Entah kenapa, ada rasa senang yang hinggap di hatinya. Seperti ada kupu kupu yang berterbangan dalam perutnya, menimbulkan sensasi menyenangkan yang tak diketahui sebabnya. Apakah ia senang dengan usapan itu

  • Gadis Nakal Tawanan Mafia    Bab 105 : Penjelasan

    "Apa maksudmu jika Jessy tengah hamil?" Alfred kini menatap Terry dengan tatapan tajam.Pria bermata hijau itu tak terima jika Terry mengatakan hal yang tidak tidak pada Jessy yang baru saja siuman. Terry tersenyum, lalu menolehkan kepalanya pada Jessy yang saat ini menatapnya penuh kebingungan.Mata gadis itu tampak mengerjap lucu dengan bibir mengerucut lucu karena tak mengerti alasan Terry malah membahas "hal itu". Kepalanya terlihat dimiringkan yang membuat Jessy tampak begitu menggemaskan. Terry tertawa kecil melihat tingkah Jessy yang begitu menghibur dirinya. Setelah itu, Terry memusatkan kembali perhatiannya pada Alfred yang menunggu jawabannya. Percakapan diantara keduanya tampak begitu intens seolah ini adalah meja perang (meja debat)."Kurasa anda tak terlalu bodoh untuk mengerti arti ucapan saya, tuan," ujar Terry dengan senyuman tipis yang terpatri di wajah tampannya.Nada suara setenang air itu sedikitnya mengusik hati Alfred. Apa pria di depannya itu tak merasa bersala

  • Gadis Nakal Tawanan Mafia    Bab 104 : Kedatangan Terry

    Terry kini sudah tiba di depan rumah sakit yang kabarnya tempat Jessy dirawat. Pria berambut pirang itu segera turun dari mobil dan melangkah dengan gagah menuju ke depan gerbang rumah sakit, diikuti oleh para anggotanya yang lain yang mengikuti dari belakang.Saat berada di depan gerbang, langkah Terry harus terhenti karena seorang pria berpakaian serba merah dengan aksen lambang harimau putih mencegahnya masuk. Terry menatap tajam orang itu dengan mata cokelatnya, karena perjalanannya harus tertunda. Ini sama artinya dengan membuang waktunya yang berharga untuk mencari Jessy."Mengapa aku dihentikan seperti ini, heh?""Maaf, Tuan. Tapi anda tak diizinkan masuk ke wilayah ini," ujar pria yang tengah mengenakan kacamata itu dengan suara berat.Terry tersenyum miring. Ia yang tak terima dengan perkataan itu langsung merogoh saku celananya dan menodongkan pistol tepat di dahi pria itu. Bisa dilihat jika salah satu anak buah dari kelompok White Tiger yang berhadapan dengannya meneguk lu

  • Gadis Nakal Tawanan Mafia    Bab 103 : Ayah

    Alfred menghela napas melihat reaksi yang Jessy berikan padanya. Gadis itu tak merasa senang ataupun gembira dengan berita ini, tapi malah menunjukkan sikap ketidak percayaan dan juga ragu.Hal ini tentu saja menggores hari Alfred. Wajah pria itu tampak menyendu dengan alis mata yang terlihat turun. Raut wajah Alfred terlihat murung dengan tubuh terkulai lemas seolah tak memiliki tenaga.Jessy menggaruk pipinya yang tak terasa gatal, bingung harus melakukan apa di situasi sekarang ini. Rasa canggung menyergap keduanya, membuat Jessy tampak tak nyaman. Tangan mungilnya dengan ragu menyentuh wajah Alfred yang kini tengah melihat ke tanah. Merasakan sentuhan kecil dan halus itu, Alfred mendongakkan kepala, kembali menatap wajah Jessy dengan tatapan sedih. Bibir pria itu terlihat terkunci dengan mata sayu yang membuat kondisi Alfred terlihat begitu menyedihkan."Apa bisa anda jelaskan lagi padaku apa yang anda katakan sebelumnya?" Tanya Jessy dengan nada sehalus sutera sembari mengusap

  • Gadis Nakal Tawanan Mafia    Bab 102 : Informasi Tak Terduga

    "Ayah yang menculik anak Alfred?" Tanya Terry lagi memastikan, takut jika ia salah mendengar."Benar, tuan. Selain itu, ayah anda hampir melecehkan Rosemary saat wanita itu tengah mengandung. Maka dari itu, tuan Alfred murka besar dan berakibat memusuhi kelompok Black Panther sampai sekarang," jawab Adiaz lagi yang membuat Terry tampak tercengang.Pria itu hampir saja menjatuhkan ponselnya ke bawah andai tak diraih oleh Daniel. Dengan sigap, tangan milik pria berdarah Korea itu menangkap ponsel yang saat ini masih tersambung.Ia ingin tahu mengapa sedari dulu kelompok White Tiger selalu membuat masalah dengan kelompok Black Panther. Tak mungkin jika hanya alasan itu saja yang menjadi pemicunya."Lalu, apa ada hal lain yang ingin kau laporkan pada kami?""Ada. Kelompok Black Panther yang waktu itu dipimpin oleh ayah anda adalah pengacau sekaligus pengkhianat di masa lalu saat kelompok White Tiger masih berjaya. Tuan Barbara membuat fitnah bahwa kelompok White Tiger adalah kelompok yan

  • Gadis Nakal Tawanan Mafia    Bab 101 : Rosemary

    Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih tiga jam untuk pergi ke Las Vegas menggunakan pesawat, Terry segera memerintahkan anak buahnya yang berada disana untuk segera menjemputnya dan beberapa orang yang ia bawa dari Washington, termasuk Daniel.Selama menunggu kira kira setengah jam, mobil yang di pesan oleh Terry pun datang. Ia dan Daniel langsung masuk ke dalam mobil itu, sementara para anak buahnya yang lain menaiki mobil yang berbeda. Mobil pun meninggalkan kawasan bandara menuju rumah sakit tempat Jessy di rawat."Kau yakin jika Jessy ada disana? Bisa saja ini adalah trik murahan yang digunakan oleh kelompok White Tiger untuk mengecoh kita semua," Terry yang sedang memeriksa beberapa file yang masuk di ponselnya pun menolehkan kepala pada sang lawan bicara. Dirinya tertegun dalam sesaat.Benar juga, karena panik dan merasa senang karena Jessy telah ditemukan membuatnya membuat keputusan bodoh dengan langsung datang ke Las Vegas tanpa mencari tahu terlebih dahulu apakah

  • Gadis Nakal Tawanan Mafia    Bab 100 : Kondisi Jessy

    "Hah? Apa maksud anda?" Tanya Jessy yang saat ini tengah membulatkan mata mendengar fakta yang baru saja ia dengar.Janet Fransisca? Rasanya ia pernah mendengar nama itu sebelumnya. Keningnya berkerut dalam mencoba mengingat nama itu. Matanya ya menyipit lucu dengan ekspresi yang begitu menggemaskan.Akan tetapi, seberapa keras usaha Jessy untuk mengingatnya, ingatan itu tak muncul di kepalanya. Jessy mengerang kesal sekaligus frustrasi karena tak bisa mengingat informasi yang terbilang cukup penting untuk keadaan sekarang.Gadis itu menatap Alfred dengan tatapan polos miliknya karena ia tak mengingat nama yang terasa familiar itu, seolah meminta bantuan pada Alfred. Alfred terkekeh pelan, lalu menyendokkan satu sendok bubur pada mulut Jessy yang terbuka agar gadis itu bisa makan.Jessy tentu saja kesal karena Alfred memasukan makanan ke dalam mulutnya tanpa permisi. Dengan terpaksa, gadis itu pun menelan bubur yang disodorkan tanpa mengunyahnya karena bubur yang ia makan sangatlah lem

  • Gadis Nakal Tawanan Mafia    Bab 99 : Sisi Sensitif (Terry)

    "Terry," panggil Daniel yang baru saja masuk ke ruangan milik sang pria berambut pirang yang kini tengah berkutat dengan laptopnya. Terry tampak begitu serius, terlihat dari keningnya yang berkerut dalam dan beberapa kali mengeluarkan umpatan kecil yang tak jelas.Mendengar ada yang memanggil namanya, Terry menolehkan kepala pada sumber suara, mengabaikan sejenak laptop yang ada di depannya dan memusatkan seluruh atensinya pada Daniel yang saat ini tengah memasang wajah lelah.Wajah pria berdarah Korea itu tampak sangat berantakan, dengan kantung mata hitam yang melingkar jelas di wajahnya. Selain itu, wajah Daniel tampak begitu kusam, menandakan jika ia kurang istirahat selama beberapa hari terakhir."Ada apa Daniel?" Tanya Terry singkat, padat dan jelas dengan nada suara dinginnya.Daniel menghela napas panjang, lalu menyodorkan sebuah file yang berisi tentang beberapa kerja sama yang harus Terry periksa. Bagaimanapun, Terry adalah orang yang berkuasa disini. "Ada beberapa kerja sa

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status