Share

Gadis Penjual Pecel, Sukses jadi Miliarder
Gadis Penjual Pecel, Sukses jadi Miliarder
Penulis: Wiks_elsakkakini

Bab 1

"Di dalam tas ini ada baju-baju, ijazah dan surat-surat penting lainnya Nduk. Nanti malam Bu Lely menunggumu di persimpangan jalan, tepat pukul 10 malam. Kamu harus kejar cita-cita kamu" ujar Bu Tuti, kepada Kanaya putrinya, yang baru lulus SMA. 

"Tapi Ibu dan adik bagaimana?" tanya Kanaya, dengan mata yang mulai berkaca-kaca, hendak menangis.

"Jangan pikirkan Ibu Nduk, yang terpenting sekarang itu kamu" ucap bu Tuti, membingkai wajah putrinya, menatap manik hitam putrinya, yang mulai merebakkan air matanya.

"Ibu tidak rela, anak gadis ibu di nikahkan dengan Juragan tua, yang lebih pantas menjadi kakekmu itu " ucap bu Tuti lagi, segera melanjutkan mengemas barang-barang milik putri semata wayangnya itu.

Seminggu yang lalu, ayah Kanaya memang sudah mengungkapkan rencananya itu kepada sang istri.

"Kita tidak ada pilihan lagi Bune, Juragan Sugito akan merampas rumah ini jika kita tidak segera membayar hutang hutang kita" ucap Slamet, ayah Kanaya.

"Apa Kang?? hutang kita?? itu semua adalah hutangmu sendiri, bukan hutang kita!!" jawab bu Tuti tampak meradang.

"Andai Sampean tidak suka main judi, dan minum tuak, tidak mungkin hutang itu ada!! jadi jangan pernah libatkan aku, apalagi anak- anak, hanya untuk melunasi hutang- hutangmu itu, terhadap rentenir tua bangka itu!!" seru bu Tuti, dengan dada naik turun.

"Tapi Juragan Gito, mau membebaskan semua hutangku, kalau Kanaya mau menjadi istrinya Bune!!" seru Slamet, mulai emosi, melihat istrinya yang tidak mau di ajak bekerja sama itu.

"Sampai mati, aku tidak akan pernah menyerahkan Kanaya, sebagai penebus hutangmu Kang!!! Aku membesarkannya dengan susah payah, setiap hari panas-panasan keliling desa berjualan pecel, demi menyekolahkannya supaya jadi sarjana, agar tidak menjadi seperti kedua orang tuanya yang bodoh ini!" ucap bu Tuti, mulai menangis.

Kanaya dan adik lelakinya yang masih berusia 9 tahun, tampak bersembunyi di kamar, mendengarkan pertengkaran kedua orang tuanya itu.

"Alah!!! mimpi kamu itu ketinggian Bune, kita itu hanya orang desa, buat apa jadi sarjana?!!" ketus pak Slamet tertawa sinis, mendengar keinginan istrinya itu.

"Sampean bisa bilang seperti itu, karena Sampean tidak ikut membesarkan anak-anak selama ini!! aku pontang-panting sendirian mencari makan, dan biaya sekolah anak-anak.

Sedangkan sampean, setiap hari tahunya cuma judi dan mabuk-mabukan! !! mana tanggung jawab kamu sebagai kepala rumah tangga Kang!!!" teriak bu Tuti geram.

Merasa tersentil harga dirinya, dengan ucapan sang istri, yang seakan menjatuhkan harga dirinya itu, Slamet mulai meradang, dan memukuli istrinya dengan beringas. 

"Kurang ajar!! aku ini suami kamu! berani-beraninya merendahkan ku, dan menentang ku!!! 

Aku tidak mau tahu ya Bune, minggu depan Kanaya akan aku kawinkan dengan Juragan Gito" ucap Slamet, kemudian segera keluar rumah sambil membanting pintu dengan keras.

Begitu Bapaknya keluar rumah, Kanaya dan adiknya, segera berlari keluar kamar, dan menghampiri ibunya.

"Ibukkk" teriak mereka, langsung memeluk tubuh bu Tuti, yang masih terduduk di lantai semén rumahnya.

"Bapak jahat!!" seru Bayu, anak bungsu bu Tuti menangis, sambil memeluk tubuh ibunya.

Setelah kejadian itu, pagi harinya Pak Slamet membawa banyak belanjaan ke rumahnya. 

"Bune, ini ada titipan dari calon menantu kita" ucap nya dengan wajah sumringah, sambil menurunkan sembako dan banyak belanjaan yang lainnya.

Kanaya yang sedang bersiap untuk pergi ke acara perpisahan di sekolahnya, tampak heran melihat begitu banyak belanjaan di lantai ruang tamunya.

"Apa ini Kang?" tanya bu Tuti, yang baru saja selesai menjemur cucian di belakang. 

"Nih lihat! ini dari Juragan Gito, untuk keperluan acara lamaran Kanaya minggu depan" ujar Pak Slamet tertawa lebar.

Kanaya dan bu Tuti tampak shock mendengar itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status