Share

Bab 2

"Apa ini Kang?" tanya bu Tuti, yang baru saja selesai menjemur cucian di belakang. 

"Nih lihat! ini dari Juragan Gito, untuk keperluan acara lamaran Kanaya minggu depan" ujar Pak Slamet tertawa lebar.

Kanaya dan bu Tuti tampak shock mendengar itu.

"Masya Allah Kang!!! aku kan sudah bilang malam itu, kalau aku tidak akan pernah menikahkan anakku kepadanya!! apalagi Kanaya mau di jadikan istri yang ke empat! sampai mati pun, aku tidak akan pernah rela Kang!!" seru bu Tuti marah.

"Arghh, aku ora perduli, pokoknya minggu depan Kanaya akan menikah, titik!!! Nih uang buat belanja keperluan minggu depan !!" pak Slamet melemparkan segepok uang ke wajah istrinya dengan kesal.

"Masak yang enak, jangan sampai kita mengecewakan calon menantu kita yang kaya raya itu!" ujar pak Slamet, kemudian masuk ke kamar, untuk beristirahat. 

Bu Tuti tampak sangat gusar, dia menatap wajah Ayu putrinya, dengan perasaan yang tak karuan.

Sungguh dia tak rela, putrinya yang cerdas dan pintar itu, harus berakhir menjadi istri ke empat, dari Juragan Gito. 

"Buk" panggil Kanaya, menatap ibunya sendu.

"Kamu jangan khawatir Nak, dengan cara apapun, Ibuk akan selamatkan kamu dari pernikahan itu" ucap bu Tuti, membelai kepala Kanaya, yang terbalut jilbab berwarna biru langit itu.

Kanaya tersenyum getir, dengan ucapan ibunya. Andai ibunya itu memintanya untuk menikah saja dengan Juragan tua itu, Kanaya akan ikhlas, jika itu bisa membuat ibunya bahagia.

Namun melihat wajah ibunya yang begitu susah, Kanaya tahu, ibunya itu tak akan pernah bahagia, jika dirinya di per istri oleh Juragan Gito. 

******

Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam.

"Ayo Nak, cepatlah berangkat sekarang, Ibu sudah meminta Pak lek mu untuk mengantar" ucap bu Tuti, dengan langkah tergesa, membawakan tas besar, milik Kanaya ke depan. 

"Cepatlah Nak, Ibu takut Bapakmu akan segera pulang" ucap bu Tuti lagi, menyuruh putrinya cepat. 

Dengan cepat Kanaya segera memakai jilbab instan dan jaket lusuh nya.

"Titip Kanaya ya San!" ucap bu Tuti kepada Hasan, adik lelakinya.

"Iya Mbakyu, jangan khawatir, aku akan pastikan, Kanaya sampai berangkat, bersama bu Lely" jawab Hasan, mengangguk.

"Ini Nduk, ini adalah tabungan ibu, kamu bisa gunakan untuk keperluan kamu di sana nanti" ucap bu Tuti, memberikan uang dalam dompet kain tipis, ke tangan putrinya.

"Ingat! jangan pernah pulang sebelum kamu sukses" ucap bu Tuti, sambil berlinang air mata. 

Kanaya mengangguk, kemudian memeluk ibu dan adiknya itu.

"Jaga ibu baik-baik ya dek" bisik Kanaya, kepada adiknya.

"Iya Mbak, Mbak juga, baik-baik disana" jawab Bayu, sedih.

"Ayo Naya, kita harus cepat, sebelum Bapakmu datang" ucap Pak lek Hasan, tampak khawatir, jika Kakak iparnya segera datang.

Kanaya pun segera naik ke boncengan motor pamannya itu, yang sehari-hari nya tak lebih baik dari ibunya, hanya bekerja sebagai buruh tani, dengan penghasilan yang tak seberapa.

Jam baru menunjukkan pukul setengah sepuluh, Kanaya sudah sampai di persimpangan jalan, yang di tunjukkan oleh ibunya.

"Duduk disana Nduk, supaya tidak kelihatan orang, biar Pak lek saja yang berjaga di sini" ucap Paklik Hasan, menunjuk ke sebuah batu yang tergeletak dibawah pohon besar, yang gelap. 

Setelah menunggu selama hampir setengah jam, bu Lely akhirnya datang, mengendarai mobil pickup nya. 

Kanaya akan menumpang mobil bu Lely sampai kota, kebetulan bu Lely malam ini memang jadwal nya ke kota, untuk mengantar hasil panen sayurannya. 

Sepulangnya dari kota, bu Lely akan kulakan untuk keperluan toko kelontong nya.

"Ayo Nduk, duduk di depan saja bareng Ibu" seru bu Lely, dari jendela mobilnya yang terbuka. 

Setelah mencium tangan Paklik nya, Kanaya segera naik ke mobil.

"Hati-hati di kota ya Nduk" seru sang Paman, melambaikan jangan.

"Nggih Paklik" jawab Kanaya, dengan wajah yang sedih.

"Semoga kamu sukses di kota Kanaya" gumam Paklik Hasan, tampak sedih, melepas kepergian keponakannya itu. 

Andai hidupnya berkecukupan, tentu dengan senang hati, dia akan membantu permasalahan Kakaknya. 

Tapi sayangnya, hidupnya sendiri juga susah, karena juga ada anak dan istri yang harus lebih dia utamakan.

Setelah mobil yang di tumpangi oleh keponakannya itu benar-benar menghilang dalam gelapnya malam, Paklik Hasan pun kemudian pulang. 

******

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status