Share

Bab 3

"Rencananya, kamu mau kuliah di mana Nduk? biar besok pagi, setelah selesai kulakan, Ibu antar ke sana" ujar bu Lely, kepada Kanaya.

"Naya juga belum tahu Bu, semuanya begitu mendadak. Naya juga tidak tahu, Ibu membawakan uang berapa untuk Naya" jawab Kanaya, dengan wajah yang murung.

Bu Lely tampak iba, dengan anak langganan pecelnya itu. Bu Lely memang sering kali membeli pecel, yang sering di jajakan secara keliling oleh bu Tuti. 

Karena hampir setiap hari, bu Tuti pasti akan lewat di depan tokonya.

Dari situlah akhirnya bu Tuti tahu, kalau setiap dua minggu sekali, bu Lely akan pergi ke kota, untuk mengantarkan sayuran, dan berbelanja kebutuhan tokonya.

Setelah berpikir matang-matang, bu Tuti akhirnya memberanikan diri, untuk meminta tolong kepada bu Lely, untuk menitipkan putrinya saat pergi ke kota, yang memang sangat jauh, dari desanya yang cukup pelosok.

"Ya sudah, biar besok ibu juga tanya-tanya dulu ya Nduk, kata Ibumu, kamu itu adalah gadis yang cerdas dan pintar, makanya ibumu sampai senekat ini, melepaskan mu sendirian di kota nanti" ucap bu Lely, kepada Kanaya. 

'Benarkah ibu berkata begitu kepada bu Lely?' batin Kanaya, yang kini mulai bersemangat, untuk mewujudkan mimpi ibunya, yang ingin agar dia bisa menjadi seorang sarjana yang sukses, untuk membuktikan kepada Bapaknya, walaupun dirinya perempuan, tapi dia pasti akan mampu.

Karena harus mampir-mampir dulu, perjalanan itu terasa begitu lama. Tepat pukul 3 pagi, mereka baru sampai di sebuah pasar besar, di kota Semarang.

Walaupun masih sepagi itu, tapi para pedagang sudah mulai menggelar dagangannya. 

Dengan cekatan bu Lely, mulai turut menurunkan barang-barang dagangannya. 

Kanaya juga tak berdiam diri, dia juga ikut membantu bu Lely, menata sayuran sayuran, yang di masukkan ke dalam karung itu, ke pinggiran pasar.

Disana, rupanya sudah ada orang yang menunggu sayuran dari bu Lely. Setelah melakukan pembayaran, bu Lely kemudian mengajak Kanaya, untuk membantu berbelanja kebutuhan tokonya. 

Sayup-sayup dari kejauhan, adzan subuh sudah mulai terdengar berkumandang.

"Setelah ini kita cari masjid terdekat, buat subuhan dulu ya Jo" ujar bu Lely, kepada sopir yang bernama Karjo, yang juga masih kerabat bu Lely sendiri.

"Nggih Bulik" jawab Karjo, patuh.

"Kita subuhan dulu ya Nduk" ucapnya, kepada Kanaya, kemudian mengeluarkan mukena dari plastik hitam, yang ia letakkan di bawak jok tempat duduk.

Setelah melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim, bu Lely kemudian mengajaknya mencari sarapan terlebih dahulu, di dekat masjid, yang memang ramai, dengan orang-orang yang berjualan sarapan.

Mereka kemudian duduk lesehan di sebuah warung, yang menyediakan aneka jenis sarapan dan penganan.

Ada gorengan tempe mendoan, arem-arem isi ayam dan sayuran, soto, nasi pecel, lalapan, dan masih banyak lagi.

"Kamu mau makan apa Nduk? pilih saja, nanti ibu yang bayar" ucap bu Lely ramah, kepada Kanaya.

Kanaya kemudian tampak mencari menu yang paling murah. Dia tidak mau aji mumpung, karena gratisan, lalu memilih makanan yang mahal.

Kanaya kemudian memilih nasi rames, dengan harga 12ribu, tapi sayur dan lauknya cukup komplit.

 

Merekapun kemudian makan, sambil sesekali bercakap-cakap ringan.

"Nduk, kata pedagang tadi, kampus terdekat disini, itu Universitas Diponegoro, kira-kira kamu mau endak kalau disana?" tanya bu Lely, kepada Kanaya. 

"Iya bu, tidak apa-apa, memang lebih baik cari yang paling dekat saja" jawab Kanaya... 

"Tapi kata Bapak-bapak tadi, ujian masuk ke sana, cukup sulit lo, kebetulan anak bapak itu, juga kuliah di sana. Tuh orangnya " ujar bu Lely, menunjuk pada seorang gadis yang sedang membantu ayahnya berjualan.

"Coba kamu tanya-tanya dulu saja sama anak itu" usul bu Lely, yang segera di angguki oleh Kanaya.

Setelah menyelesaikan sarapan nya, Kanaya segera mendekati gadis berkerudung instan itu, dan berkenalan dengan nya.

Gadis yang bernama Rani itu, tampak ramah. Dia menjelaskan semuanya kepada Kanaya, termasuk adanya program beasiswa bagi siswa berprestasi. 

"Apa saja persyaratan nya?" tanya Kanaya, seketika tertarik, dengan penjelasan Rani, yang baru saja di kenalnya itu.

"Ya surat-surat keluarga, kemudian nilai rapor kamu, dan nilai akhir ujian sekolahnya jangan sampai lupa" jelas Rani panjang lebar.

Kanaya tampak mengangguk angguk mengerti.

"Oh iya, disini tempat kost terdekat dengan kampus, di mana ya?" tanya Kanaya kepada gadis itu.

"Jadi kami serius, mau kuliah? " tanya Rani.

"Iya, demi Ibu, aku harus semangat" jawab Kanaya, tersenyum. 

"Ada banyak sih yang di dekat kampus, kalau kamu serius, aku bisa antar" ucap Rani lagi.

"Alhamdulillah, terimakasih ya Mbak Rani" ucap Kanaya senang.

Bersambung 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ainul Mardiana
bagus novelnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status