"Anda manajer di kafe ini?" tanya Melisha pada seorang lelaki berbaju biru yang berdiri tepat di samping Dara.
"Iya, Nona. Apa ada yang bisa saya bantu?"
"Tidak ada, Pak. Maaf kalau saya dan teman saya membuat sedikit keributan," ucap Dara menjawab pertanyaan sang manajer untuk Melisha.
Dara berani bersumpah. Dia malas sekali berurusan dengan Ferdy karena lelaki berusia akhir tiga puluh tahunan itu sangat mesum dan suka menggoda karyawan Dalcom Cafe seperti dirinya.
"Enak saja tidak ada apa-apa!" Melisha mendelik karena Dara lancang menjawab pertanyaan yang Ferdy tujukkan pada dirinya. "Saya mau komplain karena dia tidak becus bekerja dan membuat pelanggan seperti saya merasa dirugikan."
"Maaf sebelumnya, Nona. Apa saya boleh tahu kesalahan yang dilakukan Dara?" Ferdy mencoba bersikap profesional untuk menarik perhatian Dara.
Sejak awal dia memang tertarik pada Dara dan me
"Apa yang kamu lakukan di sini?" Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari bibir Dara karena Keynan datang ke tempatnya bekerja.Bukan karena memiliki rasa percaya diri yang terlalu tinggi, tapi Dara yakin sekali kalau Keynan sengaja datang ke Dalcom Cafe kerena ingin menemuinya."Aku ingin makan.""Hanya itu?" Dara kembali bertanya karena Keynan pasti mempunyai tujuan lain.Keynan mengangguk lantas menyeruput Iced Americano-nya dan memakan Spagetthi Bolognese yang tersaji di hadapannya tanpa memedulikan tatapan heran bercampur curiga yang Dara tunjukkan pada dirinya."Kamu nanti pulang jam berapa?""Hah?" Dara malah tercengang seperti orang bodoh mendengar pertanyaan Keynan barusan.Keynan terkekeh karena ekpresi Dara terlihat sangat lucu. "Kamu nanti pulang jam berapa, Dara?"Dara tergagap. "Jam sembilan
Dara tidak bisa bernapas dengan tenang setelah berciuman dengan Keynan untuk yang kedua kalinya. Bahkan ciuman mereka di perpustakaan terasa sangat panas. Dia bahkan seolah-olah masih bisa merasakan betapa lembutnya bibir Keynan ketika menyentuh bibirnya."Aku pasti sudah gila." Dara tanpa sadar menarik rambutnya kuat-kuat untuk melampiaskan kekesalan karena bayangan Keynan ketika mencium bibirnya enggan enyah dari ingatannya.Cowok itu bahkan mulai berani menemuinya saat bekerja di di Dalcom Cafe dan menawarinya untuk pulang bersama. Dara bukan gadis bodoh. Dia bisa melihat dengan jelas jika Keynan tertarik pada dirinya.Namun, kenapa Keynan malah memilihnya dari sekian banyak gadis cantik di Sand Box University?Apa gadis-gadis cantik itu tidak ada yang berhasil menarik perhatian Keynan?Ting!Lamunan Dara buyar ketika mendengar bunyi pemberita
Keynan menghentikan skuternya tepat di depan sebuah kos-kosan khusus untuk laki-laki yang berada tidak jauh dari Sand Box University. Setelah dari Dalcom Cafe Keynan tidak langsung pulang ke rumah, dia malah pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan sang ibu.Wajahnya seketika berubah sendu karena Hana tidak menunjukkan perkembangan yang berarti. Wanita itu masih setia memejamkan kedua matanya. Hidup Hana bergantung penuh pada alat-alat yang menempel di tubuhnya.Dokter pernah memberi saran pada Tama untuk melepas alat-alat yang menempel di tubuh Hana karena wanita itu tidak mempunyai harapan lagi untuk hidup. Namun, Keynan dengan tegas menolak karena dia yakin sekali suatu hari nanti sang ibu pasti sadar dari koma.Keynan menaiki tangga menunuju ke lantai atas. Untung saja kos-kosan yang dia datangi bebas dikunjungi selama 24 jam. Jika tidak, dia pasti akan diusir oleh pihak keamanan karena datang saat ham
Dara mengerjapkan kedua matanya perlahan karena cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah tirai di dalam kamar jatuh mengenai wajah cantiknya.Darah di dalam tubuh gadis itu seketika berdesir karena melihat dada bidang seorang pria saat pertama kali membuka mata. Rasa panas sontak menjalari wajah cantik Dara, meninggalkan semburat merah yang menghiasi kedua pipinya ketika menyadari jika dirinya berada di dalam dekapan Tama.Aroma tubuh mereka pun bercampur menjadi satu. Bahkan jejak cinta mereka semalam masih membekas di tubuh keduanya.Dara tersenyum lantas mendaratkan sebuah kecupan manis di bibir Tama. "Sayang, bangun, sekarang sudah pagi," ucapnya seraya memainkan jemari lentiknya di dada bidang Tama."Sudah pagi, ya? Apa kamu sedang menggodaku, Sayang?" g
Dara berusaha terus menghindari Keynan karena ada hati yang harus dia jaga. Namun, Keynan malah semakin gencar menunjukkan perhatiannya. Cowok itu bahkan memberinya roti dan susu untuk makan siang.Jujur, Dara merasa tidak nyaman jika terus menghindari Keynan karena mereka berada di dalam satu kelompok yang sama.Dia akan berusaha melupakan ciuman tersebut dan memperbaiki hubungan mereka. Anggap saja mereka tidak pernah melakukan apa-apa."Kita jadi mengerjakan tugas hari ini, kan?" tanya Shasa sambil memasukkan jurnal-nya ke dalam tas.Dara mengangguk. Mereka memang berencana mengerjakan tugas dari Miss Calista sepulang kuliah."Di rumahku?" Shasa kembali bertanya."Kalau di rumahmu kayaknya kejauhan deh, Sha. Bagaimana kalau kita ambil jalan tengah saja?""Maksud kamu?""Bagaimana kalau kita mengerjakan
Keynan mempunyai sebuah impian, dia ingin hubungan kedua orang tuanya kembali harmonis seperti dulu. Dia yakin sekali sang ayah pasti mau memaafkan kesalahan yang ibunya lakukan dan memperbaiki kembali hubungan mereka yang sempat renggang.Namun, Keynan merasa Tama mulai berubah. Ayahnya dulu selalu menyempatkan diri untuk menjenguk Hana di rumah sakit sesibuk apa pun itu. Akan tetapi Tama sekarang jarang menjenguk Hana.Bahkan sebulan bisa dihitung dengan jari berapa kali Tama datang ke rumah sakit. Mungkin sekitar tiga atau empat kali.Keynan curiga Tama menjalin hubungan dengan wanita lain di belakang Hana. Apa lagi sang ayah jarang pulang ke rumah dan lebih senang menghabiskan waktu di luar.Keynan sadar apa yang Hana lakukan lima tahun lalu memang salah. Namun, Tama tidak seharusnya ikut berselingkuh untuk membalas perbuatan Hana.Tidak bisakah Tama memaafkan ke
Tama mengendarai sedan hitamnya sedikit kencang menuju rumah sakit. Raut cemas tergambar jelas di wajah tampannya. Untung saja jalanan yang dilaluinya sekarang lumayan sepi sehingga dia bisa tiba sedikit lebih cepat di rumah sakit.Tanpa menunggu waktu lama, Tama segera turun dari mobilnya lantas pergi ke ruangan Hana dirawat. Beberapa perawat terlihat keluar masuk ke dalam ruangan Hana sambil membawa alat medis yang tidak dia ketahui namanya. Semoga saja kondisi Hana tidak berbahaya dan nyawanya bisa diselamatkan.Sementara itu Keynan duduk di kursi yang berada tepat di depan ruangan Hana sambil menyatukan kedua tangannya dengan bertumpu di atas lutut. Telapak tangannya terasa sangat dingin dan basah. Jantung pun berdetak tidak nyaman. Keynan sekarang merasa takut, bingung, dan cemas karena sang ibu sedang berjuang mempertahankan diri antara hidup dan mati.Keynan benar-benar takut kehilangan Hana karena dia sangat menyayangi Hana meskipun wanita itu pernah mel
Hana mengerjapkan kedua matanya perlahan. Awalnya penglihatannya terlihat samar, tapi lama-kelamaan berubah jelas karena cahaya putih yang menerobos masuk ke dalam matanya.Aroma obat-obatan seketika menyeruak di indra penciuman Hana. Selang infus terpasang di tangan kanannya. Hana masih ingat dengan jelas kejadian nahas yang membuatnya berakhir di rumah sakit.Saat itu dia sedang bertengkar hebat dengan Tama. Dia merasa sangat menyesal sudah mengkhianati Tama dan ingin meminta maaf atas semua kesalahan yang pernah dia lakukan. Namun Tama tidak mau memaafkannya dan ingin berpisah.Akhirnya dia mengejar Tama hingga ke jalan raya. Namun, sebuah sedan berwarna merah tiba-tiba melaju kencang ke arahnya lalu menghantam tubuhnya dengan sangat keras hingga membuatnya koma selama lima tahun lamanya.Hana ingin mengambil segelas air putih yang berada di atas meja kecil samping tempat tidurnya kar