“Selamat sore Uncle, selamat datang di rumah.” Aleai berdiri tidak jauh dari pintu mengucapkan salam menyambut sang Uncle yang menyebalkan.Langkah Aarav yang hendak masuk tertahan dengan netra menatap was-was pada Aleia.“Jangan bilang si bocil dititip di sini, malam ini ‘kan jadwal gue nge-charge sama Bella.” Aarav bergumam.“Ayo masuk, Uncle … anggap saja rumah sendiri.” Aleia mendekat lalu menarik tangan Aarav.“Laaaah, ini memang rumah gue … gimana sih?!” Dia menyahut ketus namun tak ayal tangannya mau juga ditarik Aleia dan masuk lebih jauh ke dalam rumah.“Uncle duduk di sini ya, Aleia bawain minum dulu.” “Aunty Bella mana?” Aarav berteriak karena Aleia sudah berlari ke dapur.Aarav juga mau-mau saja saat disuruh duduk di sofa living room, padahal dia bisa mengelilingi rumah mencari istri dan anaknya.“Aunty lagi mandiin Aga, Uncle … Aleia ditugaskan untuk menyambut dan member
“Mas … itu jawab ih teleponnya! Berisik!” Sifabella berteriak dari dapur.“Biarin aja!” Aarav balas berteriak agar suaranya sampai ke telinga Sifabella yang sedang membuat makan siang.Sedari pagi ponsel Aarav memang terus berbunyi dan yang membuat Sifabella heran adalah suaminya malas menjawab panggilan tersebut.“Maaaas ….” Sifabella mengesah sambil berjalan mendekat membawa spatula dan apron menutup bagian dada, sedangkan matanya menatap tajam Aarav.“Apa sayang? Udah masak aja cepetan, aku laper.”Sifabella meraih ponsel suaminya yang diletakan telungkup di atas meja sementara pria itu sedang bermain PlayStation sembari menggendong Aghastya yang tengah terlelap.“Ini kenapa enggak dijawab sih, Mas? Tuan Simon itu kliennya Mas, kan?” Sifabella menghadapkan layar ponselnya ke depan wajah Aarav.“Iya sayang, biarin aja lah … waktu kasus skandal aku sama si Abigail muncul, dia yang ingin memutus kontrak den
Aarav heran melihat banyak mobil di halaman rumahnya.Pasalnya mobil-mobil itu adalah mobil yang dia kenal.Ada mobil Robert, Henry, Shawn dan mobil Alexa yang mana di mana ada Alexa pasti ada Britney.Rasanya tidak mungkin semua sahabatnya ada di dalam rumahnya saat ini.Detik berikutnya setelah pemikiran tersebut melintas dalam benak Aarav, pria itu berlari masuk ke dalam rumah.Aarav khawatir istrinya disakiti atau diintimidasi oleh para sahabat lucknut-nya mengingat Aarav sudah tidak pernah membalas pesan atau menjawab panggilan telepon dari mereka lagi.“Bellaaaa … sayaaaang.” Aarav berteriak dari ruang tamu lalu terdengar suara tawa canda pria dan wanita dari ruang televisi.Aarav bergerak ke sana kemudian menemukan ruang televisi penuh dengan para sahabatnya.Canda dan tawa renyah itu berhenti seketika begitu sosoknya masuk lebih dalam ke ruang televisi.“Apa yang kalian lakukan di sini?” Aarav bertanya dengan nada dingin serta sorot mata tidak bersahabat.“Kami ingin menjenguk
Aarav jadi senang menonton News akhir-akhir ini, tentu saja karena menayangkan skandal antara si Politikus dengan Abigail.Berita tentang terbongkarnya skandal antara Abigail dengan salah satu Politikus ternama Negri ini semakin panas diperbincangkan.Politikus itu ternyata memiliki banyak musuh yang menjadi keuntungan sendiri bagi Aarav karena sekali saja bukti skandal itu di-publish maka banyak sekali yang memanfaatkan demi menggulingkan sang Politikus.Sambil memangku Aghastya yang sedang terlelap, mata Aarav terpaku pada layar kaca mengikuti perkembangan kehancuran Abigail dan sang Politikus.“Kayanya rakyat Australia diberkahi Tuhan, karena sebelum sempat jadi Perdana Mentri—si Politikus udah dilengserkan sama Tuhan … Tuhan tahu lo enggak akan amanah, sok kegantengan banget sih lo … hobby olah raga, udah tua badan masih oke … udah tua mah buncit tuh perut … jangan sok-sokan tebar pesona … emang udah keliatan sih lo keganjenan,” kata Aarav bicara sendiri.“Ketemu sama si Abigail y
Arshavina tidak berhenti menangis sepanjang perjalanan udara.Dia yang paling dekat dengan opa dan sering berkomunikasi dengan beliau meski hanya bertukar pesan singkat karena sekarang Arshavina sibuk merawat ketiga anaknya yang masih kecil-kecil.Beruntung Kama membawa Nanny ikut serta guna menjaga tiga anaknya jadi dia bisa fokus menenangkan sang istri.“Aku harusnya lebih sering datang ke Sydney, aku semestinya lebih sering telepon … aku hiks … aku ….” Arshavina tidak mampu melanjutkan kalimatnya lantaran tidak sanggup menahan sesak di dada.Arshavina terus menyalahkan diri sendiri atas sesuatu yang di luar kuasanya.Matanya masih belum berhenti mengalirkan buliran kristal yang semakin deras.Kama menarik pinggang Arshavina, menenggelamkan tubuh mungil istrinya itu di dalam pelukan dan detik berikutnya terdengar suara raungan Arshavina yang teredam di dada Kama.Beberapa kursi di belakang mereka, ada Mommy yang juga sedang menangis di pelukan daddy.“Kamu tahu, Bee … andaikan papa
Semua yang terjadi ternyata sudah ditakdirkan, tidak ada yang kebetulan.Kama tidak kebetulan memiliki waktu cuti saat mommy mengajaknya ke Sydney untuk menengok anggota keluarga Marthadidjaya yang baru lahir ke dunia sehingga dia dan istri Arshavina-Marthadidjaya juga anak-anaknya bisa bertemu opa Beni.Aarash dan Rachel juga bukan kebetulan memiliki waktu luang saat mommy mengajak mereka ke Sydney.Begitu juga oma Aneu yang biasanya super sibuk namun selama satu minggu ke depan sedang tidak memiliki jadwal apapun.Tiba-tiba mereka semua dipermudah untuk pergi ke Sydney, bertemu opa untuk yang terakhir kali.Sepertinya opa Beni begitu bahagia dikelilingi anak, menantu, cucu, cucu menantu dan para cicitnya sampai mantan istri dan besan sehingga beliau meninggalkan mereka semua dalam keadaan tersenyum.Opa Beni juga mungkin sudah lega karena Aarav telah menikah dan dikaruniai anak serta kasus skandal yang menyeretnya telah selesai, berakhir dengan nama baiknya kembali.Kebahagiaan tadi