[ Teruntuk putraku tersayang, Elang
Hai El sayang, mama tebak kamu pasti sudah menemukan satu dari sekian banyak surat yang sengaja mama tinggalkan untuk kamu. El nemuin surat yang mama simpan dimana? Di meja belajar El, tumpukan baju, lemari pakaian atau yang selalu ada di kantong baju mama?Jadi, gimana kabar El hari ini?El udah makan?Apa El sedang banyak kegiatan?Mama harap El bisa menjalani hari dengan lebih baik setiap saat, meskipun itu tanpa ada mama lagi di sisimu sekarang.Maafin mama ya El, maaf karena mama belum bisa menjadi orang tua terbaik untuk kamu!Maafin mama yang pada akhirnya membuat El kecewa!Maafin mama yang nggak pernah bisa berterus terang tentang kondisi yang sebenarnya!……..……..…….. ]Elang melipat kertas kusam yang sesekali masih dibacanya. Meski tidak membacanya sampai selesai, tapi Elang masih hafal tiap kata yang disampaikan sang mama dalam suratnya. Elang sudah ratusan kali membaca surat tersebut sejak ditemukannya pertama kali.Namun, hatinya masih saja sulit menerima, masih selalu merindukan sosok cantik yang melahirkannya itu hingga sekarang. Sosok yang tidak pernah terganti dan selalu menimbulkan nyeri saat dikenang. Sosok yang sudah hampir lima tahun menghilang dari pandangan Elang. Oleh sebab itu, laki-laki itu memutuskan untuk menyibukkan dirinya dengan banyak aktivitas, baik di kampus, alam, atau bahkan mendekati perempuan yang menarik hatinya!***Matahari terik di atas kepala, hujan deras yang mengguyur kampus pagi tadi sudah tidak menyisakan air genangan di depan gedung tempat Elang berada.Elang bergegas turun dari laboratorium kimia tempatnya melakukan penelitian. Mata kuliah paling sulit itu harus ditempuh sebagai syarat kelulusan di sekolah tinggi swasta tempatnya mencari ilmu."Kemana, El? Udah selesai penelitian hari ini?" tanya teman perempuan satu angkatan Elang yang juga sedang melakukan penelitian tugas akhir di lab yang sama dengannya."Ada perlu sebentar," jawab Elang singkat."Aku beli minum buat kamu!""Bawa ke atas aja May, aku ada rapat sama panitia makrab. Nanti aku balik lagi kok, sampai sore kayaknya nanti di lab!" Elang menepuk bahu Mayra yang berpapasan di tangga, lalu meninggalkannya tanpa menoleh lagi."Hm, iya!" Mayra hanya tersenyum masam, Elang selalu memperlakukannya dengan baik. Tapi tidak pernah menganggapnya lebih dari sekedar teman. Mayra bukannya tidak cantik, hanya saja dia seperti kurang beruntung karena bukan tipe gadis yang disukai Elang.Dengan senyum semakin kecut, Mayra meniti tangga menuju lab kimia yang satu jam lalu ditinggalkannya untuk istirahat makan. Memulai lagi aktivitasnya dengan beberapa gelas pyrex berisi sampel bahan dan seperangkat alat destilasi. Menyingkirkan Elang dari pikirannya.Elang masuk ruangan dimana teman-temannya sudah menunggu. Undangan rapat dari ketua Himpunan Mahasiswa (HM) tidak bisa diabaikan. Sebagai wakil ketua, Elang wajib hadir dalam rapat untuk membahas acara malam keakraban mahasiswa baru di jurusannya. Teknik kimia.Meski bukan panitia utama, kedudukan Elang sebagai pengurus HM tetap dinantikan kehadirannya setiap kali ada rapat. Dan terlambat datang bagi Elang adalah hal biasa dan bisa dimaklumi oleh rekan panitia. Elang termasuk orang yang sibuk dan padat acara.Hal itu karena Elang bukan hanya aktif dalam kegiatan himpunan mahasiswa jurusan, tapi juga aktif di unit kegiatan mahasiswa pecinta alam dan musik. Debutnya sebagai atlet panjat dinding membuat nama Elang semakin dikenal luas di kampus, bukan hanya di kalangan mahasiswa tapi juga kalangan dosen dan petinggi kampus.Menang dalam beberapa kali kejuaraan yang membawa nama institusi, membuat Elang ditunjuk sebagai duta kampus untuk menarik minat calon mahasiswa baru. Kegiatannya di luar kampus bersama institusi memang sudah tidak sepadat sebelumnya, tapi tetap ada karena ada target kampus untuk tahun berikutnya.Elang memimpin rapat hari ini karena ketua HM yang bernama Ryan sedang tidak bisa hadir. Mandatnya pada Elang agar langsung menyelesaikan persiapan acara malam keakraban mahasiswa baru jurusan hari ini juga. Rapat terakhir sebelum pemberangkatan.Sementara Ryan pergi meninjau lokasi bersama koordinator acara dan panitia lapangan. Laporan tiap bagian sudah masuk semua, dan Elang puas dengan persiapan terakhir dari panitia dari apa yang dibacanya.“Malam api unggun sebelum rafting fix bikin kambing guling ini ya?” tanya Elang memastikan."Yes," jawab bagian konsumsi mengacungkan ibu jari."Anak EO minta uang muka 50% dari total pembayaran." Elang melihat ke arah bendahara, menunggu persetujuan.“El … kamu yakin mau pakai temen-temen kamu yang anak Mapala itu?” tanya Sisil skeptis selaku sekretaris HMTK (Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia).“Yakin, standar mereka sama kalau dibandingkan dengan EO arung jeram umum. Bedanya … mapala ada di bawah naungan kampus. Kalau soal skill jangan diragukan, untuk urusan kegiatan outdoor sudah pada ahli semua. Alasan terakhir juga biayanya lebih murah, sesuai sama budget kita!” terang Elang tegas."Bukan karena mereka teman-teman kamu kan?" Sisil menatap Elang lembut, tidak berusaha menyinggung. Dia hanya ingin memastikan situasi ada dalam kendali."Silahkan kalau mau cari yang lain! Harusnya kamu bilang itu dari awal rapat, bukan di rapat terakhir begini," sahut Elang penuh tekanan."Sorry …!" Sisil menekuk wajah menyesal.Elang mengabaikan ucapan gadis yang meliriknya dengan rumit, dia memilih untuk membahas satu persatu laporan pekerjaan panitia yang lain yang sudah ada di tangannya.Rapat terus berlanjut hingga satu jam berikutnya. Setelah mengambil keputusan bersama, seluruh panitia bersiap menyelesaikan pekerjaan terakhir sebelum mereka berangkat ke tempat malam keakraban akan diadakan besok.Fix, malam keakraban untuk mahasiswa baru dengan konsep outdoor, rafting dan api unggun di pinggir sungai, akhirnya siap dilaksanakan. Elang menghembuskan nafas lega, langkahnya mantap saat menghampiri Arga, rekan panitia yang mewakili mapala sebagai EO kegiatan."Ga, pastikan besok tenda Vivian ada di sebelah tenda kita ya!" Elang menepuk bahu Arga seraya memamerkan tawa mesum.Arga yang udah paham hanya menyeringai iri. "Dasar sinting!"***Hari berikutnya, tenda dome berjajar di atas tanah terbuka seperti lapangan kecil, hanya berjarak dua puluh meter dari sungai yang akan menjadi pusat kegiatan arung jeram. Ryan dan Elang sibuk berbincang dengan koordinator lapangan, Arga."Gimana bapak ketua dan wakil? Apa persiapan kami bisa dinilai baik?" tanya Arga cengengesan."Oke, sip semua. Good job, Arga!" jawab Ryan antusias, puas dengan hasil kerja rekannya.Elang menimpali dengan semangat, "Semoga besok sukses raftingnya! Jangan lupa rescue team di briefing ulang sebelum kegiatan ya, Ga!""Beres! Sebelum api unggun akan ada evaluasi keseluruhan persiapan kok!" ujar Arga menegaskan."Aku minta daftar maba dan pembagian tenda, Ga! Mau atur siapa aja yang ikut perahuku besok." Elang menyeringai penuh maksud."Astaga, kamu nggak percaya sama aku? Aku udah atur tenda Vivian pas di sebelah kita, besok doi juga ikut perahumu, apa lagi?"Elang tergelak, "Cuma memastikan aja!"***Malamnya, langit sangat cerah, bulan malu-malu meng
Elang memerhatikan kembali perempuan tersebut dan menyadari bahwa dia bukanlah Vivian. Tanpa sadar, dia akhirnya memaki dalam gumaman kecil, "Brengsek! Siapa yang berani menempatkan perempuan ini dalam tendaku?"Kondisi gelap membuat Elang benar-benar tidak bisa mengenali siapa yang sedang lelap di sampingnya. Untuk menyalakan penerangan, Elang juga merasa enggan. Selain pusing dan mengantuk, Elang justru berpikir sesuatu yang mungkin menguntungkannya."Aku bahkan tidak mengingat siapa yang biasa memakai parfum sialan ini, padahal rasanya aku sering mencium baunya. Benar-benar membuat otakku makin sinting!" Pemuda setengah mabuk itu mengeluh dalam dilema. Bau wangi dari perempuan yang tidur di sampingnya terasa tidak asing, tapi Elang tidak yakin dengan isi kepalanya sekarang. Akhirnya Elang memilih untuk tidak peduli. Dia melakukannya karena dia mulai kesulitan mengendalikan diri dari hasrat yang mulai membakar, dan tentu saja hal itu jauh lebih penting daripada sekedar mengetahui i
Dalam situasi panas dan intim seperti itu, yang dipikirkan Elang hanya bagaimana caranya dia cepat mencapai puncak kenikmatan dan meredakan ketegangannya."Sayang …!" Desis pelan tidak berdaya kembali menghampiri pendengaran Elang. Elang bangga karena berpikir Vivian bergumam dengan panggilan mesra. Sebenarnya, tidak bisa dibilang mesra, suara perempuan itu lebih ke nada protes dengan nafas tertahan menghadapi hasrat liarnya.Nafas Elang memburu, peluhnya jatuh menetes pada wajah di bawahnya, lalu erangannya keluar bersama dengan gigitan pelan pada bibir bawah Nindya yang tak berkutik melawan pelukan posesifnya. "I got it, thanks ya, Vi!" Tanpa merasa bersalah, Elang turun dari tubuh yang sudah membantu mengurangi kram otaknya. Elang lalu mengelap bekas basah bagian bawahnya dengan kaos yang baru saja ditanggalkan. Dengan pikiran rumit, Elang berusaha mengembalikan setengah otaknya yang tadi menghilang dalam kegilaan. Elang membuka tas dan mengambil pakaian ganti, mengenakannya den
Elang ikut gusar melihat wajah sendu Nindya. Meski terlihat tenang tapi mata Nindya menyimpan luka saat menatapnya."Bu Nindya kok bisa-bisanya tidur di tenda saya?" tanya Elang terkena serangan panik setelah matanya bersirobok dengan dosennya. Dia takut Nindya menangis dan histeris karena merasa dilecehkan oleh mahasiswa yang sedang dibimbingnya.Dosen muda cantik di depan Elang menaikkan alisnya tinggi, menjawab dengan galak pertanyaan konyol dari Elang yang tidak masuk akal didengar telinganya. "Ketua panitia yang menempatkan saya di sini!"Well, Elang sekarang merasa jadi orang paling tolol sejagad mapala, kenapa dia tidak bertanya pada ketua jurusan yang tadi mengobrol dengannya? Karena harusnya beliau datang bersama istrinya yang menjabat sekretaris jurusan teknik kimia. Wanita pasangan kajur yang juga mendapatkan undangan untuk menghadiri malam keakraban penyambutan mahasiswa baru."Jadi Bu Nindya datang mewakili istri ketua jurusan? Bu Dewi nggak bisa datang ya?" Elang menela
Nindya duduk termenung dengan kepala tak kalah pusing, tangannya terulur menerima sereal dari Elang. "Kamu mau kemana?""Saya tidak kemana-mana, berjaga di luar tenda," jawab Elang lembut."Sepertinya aku butuh udara segar! Aku mau duduk di luar juga!""Tapi tidak enak dilihat orang kalau ibu juga ikut duduk di luar," tolak Elang halus. Dia tidak mau kepergok Vivian yang ada di tenda sebelah saat berduaan dengan dosen pembimbingnya. Ups … entahlah!"Di dalam tenda sendirian lebih berbahaya, apalagi kamu tidak jauh dari tempat saya tidur! Otakmu sedang setengah sinting, dan aku takut yang tadi itu kamu ulangi lagi!" gerutu Nindya dengan wajah cemberut.Elang menahan gerakan Nindya, "Tetap di sini dan segera istirahat, besok arung sungai akan melelahkan. Butuh kondisi sehat untuk rafting selama tiga jam! Apalagi ibu baru saja ehm ehm sama saya dan kehilangan keperawanan!""Apa? Jangan ngacau kamu, tidak ada orang kehilangan keperawanan jatuh sakit dan kejang-kejang, Elang! Yang ada jatu
Sebelum semua rafter naik ke atas perahu karet, Elang kembali mengecek satu persatu anggota tim yang akan dibawanya menyusuri sungai. Mulai dari perlengkapan wajib seperti helm dan pelampung sampai ke perlengkapan pribadi.Elang melihat sekilas pada Vivian yang ikut dalam perahunya sesuai rencana. Penampilannya yang seksi sangat mengundang tatapan semua laki-laki yang ada di lokasi. Pahanya yang putih mulus menyilaukan mata, dan dadanya yang membusung padat membuat para pemuda pusing kepala, tidak terkecuali Elang.Namun, Elang segera mengalihkan pandangan. Matanya menatap kasihan pada dosen pembimbing yang juga diikutkan oleh panitia dalam perahunya. Wanita itu masih terlihat tertekan dan kesal padanya."Pakai lengan panjang, Bu! Tiga jam di atas sungai bisa bikin kulit ibu hitam nanti," tegur Elang sebelum menuju titik kumpul. Elang bahkan mengulurkan topinya untuk dipakai Nindya. "Jangan lupa pakai sunblock wajah juga!"Nindya jelas lebih beruntung dari semua peserta wanita, karena
Sungai mulai berkelok-kelok, dan Elang pun memainkan dayungnya dengan lihai. Memberi aba-aba seperlunya namun jelas terdengar semua rafter dalam perahu agar tidak ada yang bingung saat mendayung.Suara teriakan Elang mulai membelah aliran sungai yang sangat deras. Dia berteriak keras menyaingi suara debur air sungai, "Depan siap … pancung kanan kuat!"Perahu karet berbelok ke arah kiri sebelum menabrak bebatuan. "Maju … lurus!"Elang berdiri sebentar untuk mengamati aliran sungai, "Sebentar lagi kita akan masuk ke aliran utama sungai yang lebih deras!""Whoa takut!" teriak Vivian diikuti rafter perempuan yang ada di sampingnya."Rodeo ya?!" Elang mengambil jangkauan kanan besar dengan dayungnya dan memberi perintah dengan suara keras, "Pancung kanan terus … kanan kuat, kanan lagi! Ayo tambah power lagi!" Perahu karet Elang menyusuri aliran deras sungai dengan posisi berputar. Elang sudah memilih jalur paling aman untuk bermain perahu ala rodeo, membuat mereka yang berada di perahu be
Tiga jam mengarungi sungai bersama Elang rampung dengan melelahkan. Antrian di kamar mandi umum di base camp utama arung jeram mengular panjang. Nindya berdecak senang melihat jajaran tenda di tepi sungai berwarna warni, indah sekali jika dilihat dari lokasi Nindya berdiri."Ibu duluan deh!" bisik Vivian yang sudah mendapatkan giliran masuk kamar mandi. Dia tidak tega melihat dosen pembimbing Elang pucat kedinginan.Nindya tersenyum sebagai jawaban. Masuk ke dalam dan menyelesaikan mandinya secepat kilat, rasa dingin akhirnya memudar oleh baju kering dan syal yang dikenakannya. "Makasih ya, Vi!" kata Nindya ramah sebelum melangkahkan kaki ke arah tenda. Nindya ingin segera kembali ke rumah. Menenggelamkan dirinya dalam selimut dan tidur nyenyak. Dia sungguh masih malu dan gugup jika harus bertemu Elang. Nindya tidak tahu harus berbuat apa di lokasi kegiatan keakraban untuk mahasiswa baru tersebut, dia hanya bisa menunggu ketua jurusan dan bagian kemahasiswaan mengajaknya pulang.