Virna berulang kali mencobanya dan entah kenapa dia sedikit takut untuk melihat hasilnya nanti. Semoga saja apa yang dia takutkan itu tidak benar.
Pokonya dia akan membuktikan semuanya sendiri nanti. Dia bahkan tidak menyadari apa yang sudah terjadi dengan dirinya sekarang. Dia akan membuktikan semuanya sendiri nantinya.
"Gak mungkin, aku pasti salah lihat."
Virna menggelngkan kepalanya ketika dia yang membaca pesan ini dan entah kenapa dia sekarang malah merasa kesal. Dia tidak tau kenapa semuanya malah jadi ribet.
"Kenapa harus garis dua."
Virna harus menerima kenyataan sekarang, kenapa dia sampai ceroboh seperti ini. Sekarang dia harus melakukan apa? Randy pasti akan menikah dengan Windy dan pria itu juga tidak mungkin akan bertangung jawab pada dirinya. Sekarang dia yang malah merasa kesal sendiri jika sudah seperti ini.
"Aku jadi kesal sendiri."
Dia hanya bergumam dengan pelan dan tidak tau te
Semoga suka dengan ceritanya
Virna berjalan menuju tempat di mana Tyas berada saat ini. Dia akan meminta izin untuk berhenti bekerja di tempat ini. Apalagi kedoknya sudah ketahuan oleh Gustav. Selama ini Virna yang sudah salah menuduh keluarga ini yang sudah membunuh ayahnya. Tapi ternyata bukan mereka. "Permisi Nyonya." Virna berbicara dengan sopan pada Tyas yang memang tidak jauh dari tempatnya berada. Semoga saja dia punya titik terang yang baik dan sekarang dia bisa menyelesaikan semuanya. "Iya, ada apa Virna?" tanya Tyas ketika melihat ada Virna datang padanya. Dia sendiri merasa heran dengan kehadiran Virna yang datang menghampiri dirinya. "Saya ingin meminta izin untuk berhenti berkerja di rumah ini." Tyas menatap Virna dengan pandangan yang sulit sekali untuk diartikan. Dia tersenyum dengan tipis lalu melihat ada sesuatu yang aneh. "Apa kamu keluar dari ini karena sudah tidak ada Randy lagi di sini?" Virna terd
Randy benar-benar kesal dengan Windi yang memang tidak memilih dirinya. Sekarang dia sudah sadar kalau memang Windy bukanlah wanita yang baik yang seperti dia kira. Randy bertekad akan meminta maaf kepada orangtuanya atas apa yang sudah dia lakukan. Dia berjalan menuju kearah rumah yang sejak kecil dia singgahi. "Untuk apa kamu datang ke sini lagi hah?" "Aku minta maaf Pah, mah, ternyata benar apa yang kalian katakan kalau memang Windi itu hanya ingin hartaku saja." Randy mengatakan itu setelah dia dicampakkan. Tyas yang mendengar itu malah tersenyum dengan menang, akhirnya anaknya akan sadar atas apa yang sudah terjadi sekarang. Dia sedikit merasa lebih lega. "Apa sekarang kamu sudah sadar kalau memang Windy itu bukan wanita yang baik untuk kamu," ketus Tyas. "Iya mah. Aku sudah sadar sekarang. Wanita itu hanya menginginkan hartaku saja." Randy menundukkan kepalanya menyesali. Apa yang sudah terja
Virna menemui Omawa dan dia ingin menceritakan semuanya pada pria itu. Dia sadar atas apa yang sudah terjadi sekarang ini. "Paman." Virna menghampiri Omawa yang tengah duduk santai di rumahnya. Dia melihat kearah pria itu dengan pandangan serius. "Duduk Virna." "Iya Paman." Omawa melihat Virna yang kini tengah duduk tenang, lalu pandangan matanya melihat kearah Virna yang sedikit terlihat pucat. "Katakan apa yang sudah terjadi sebenarnya?" tanya Omawa melihat kearah Virna dengan pandangan seriusnya. "Jadi begini Paman, aku datang ke sini karena aku sudah menyerah untuk bekerja sebagai maid. Lagian Paman Gustav juga sudah mengetahui kalau itu adalah aku. Jadi aku memutuskan untuk mencarinya dengan hal lain." Virna mengatakan itu pada Omawa. "Apa rencana mu selanjutnya?" tanya Omawa melihat kearah Virna. "Aku belum tau pasti tentang hal itu. Tapi aku merasa yakin kalau Pam
Randy sarapan bersama dengan keluarganya. Entah kenapa dia malah terus saja memperhatikan para maid yang ada di sini. Tyas melihat kearah anaknya dan tersenyum. Sebenarnya Tyas tau apa yang saat ini sedang dicari oleh Randy. Tapi dia tidak akan mengatakan semuanya sebelum Randy yang akan bertanya sendiri. "Papah perhatian kamu malah melihat kearah para maid,. Apa apa sebenarnya Randy?" tanya Gustav pada anaknya. Randy jadi merasa malu ketika menanyakan sendiri yang menanyakan itu. Dia terlalu gengsi untuk menanyakan tentang Virna. "Tidak juga." Randy yang salah tingkah langsung menyuapkan nasi pada piringnya. Dia merasa ada sesuatu yang membuat dia malah merasa jadi aneh. "Kamu yakin?" tanya Tyas yang menggoda anaknya. "Jika kamu ingin bertanya tentang Virna, wanita itu sudah tidak lagi bekerja di sini." Gustav mengatakan itu pada Randy. Uhuk.. Randy hampir saja tersedak
Virna sudah mulai bekerja di perusahaannya. Omawa yang sudah memperkenalkan dirinya sebagai pemimpin perusahaan. Banyak yang pro kontrak ketika dia yang menjadi pemimpin perusahaan."Apa kamu yakin wanita itu bisa memimpin perusahaan sebesar ini?" tanya seorang wanita."Aku sih tidak yakin. Kinerjanya pastj buruk. Masih bagus Pak Omawa.""Iya benar sekali."Virna masih mendengar percapakan orang yang merendahkan dirinya. Dia sebenarnya merasa kesal tapi dia tau apa yang akan dia lakukan selanjutnya."Sudah jangan dengarkan apa yang mereka katakan."Omawa mengatakan itu lalu dia merangkul Virna untuk masuk ke dalam ruangan tempat dirinya bekerja saat ini. Dia tau apa yang akan dia lakukan selanjutnya."Iya Paman.""Sekarang lebih baik kamu masuk ke dalam ruangan perusahaan kamu."Omawa mengatakan itu lalu dia menuntun Virna untuk masuk ke dalam ruangan tempat dirinya akan bekerja di tempat ini.&nbs
Randy sedang berada di kantornya, dia teringat dengan misinya kalau dia harus melakukan kerjasama dengan salah satu perusahaan yang dikatakan oleh Papahnya."Dodi!"Panggil Randy pada seorang sekerarang menjadi sekertaris dirinya. Dia memanggil pria itu untuk melakukan kerjasama."Iya Pak Randy," ucap orang tersebut dengan sopan."Aku ingin kamu mengatur kerjasama dengan Perusahaan Wijaya sekarang. Atur semua pertemuanku dengan pemilik perusahaan itu."Randy mengatakan itu dengan tagas. Dia akan melakukan hal yang terbaik untuk dirinya. Apalagi demi papahnya agar tidak marah lagi padanya. Soal mendekati anak pemilik Perusahaan Wijaya nanti, dia yang akan mengurusnya sendiri."Baik Pak Randy."Randy tersenyum tipis, sampai pada akhirnya ponselnya berdering tanda ada orang yang memang memanggil dirinya. Semua yang dia lakukan maka, akan jadi lebih baik."Hallo!""Siang Pak Randy, saya hanya ingin memberik
Virna tersenyum ketika melihat dukumen kerjasama dengan Perusahaan Gustav. Sekaligus dia ingin mengetahui tentang kerjasama dulu yang secara tiba-tiba dibatalkan. Dia yakin kalau ada sesuatu yang aneh.Virna belum berdiskusi dengan pemannya tentang kerjasama ini. Lagian Virna yakin kalau Paman Omawa juga pasti akan setuju dengan keputusan yang dia ambil ini."Permisi Bu Virna, mereka sudah ada di depan."Virna tersenyum, pasti yang akan datang menemui dirinya adalah Paman Gustav, dia ingin melakukan hal yang baik untuk dirinya sendiri."Suruh mereka masuk ke sini saja!""Baik Bu Virna."Virna melihat sekertarisnya itu keluar untuk memanggil tamu. Virna sudah tidak sabar ingin menyambut mereka sekarang."Selamat da..." ucapan Virna tiba-tiba terhenti ketika melihat siapa orang yang masuk ke dalam ruangan ini, dia kira Paman Gustav yang akan datang ke sini, tapi dia salah ketika mengetahui kalau orang yang ada di
"Aku hanya bertanya saja Randy."Virna mengatakan itu dan Randy tersenyum manis."Ini kamu memanggilku tanpa ada embel-embel Tuan Muda lagi?" goda Randy.Virna yang digoda seperti itu langsung bersidekap dengan sangkuh. "Karena aku sudah bukan maid mu lagi."Randy malah merasa gemas dengan Virna yang menurut dia baik. Semua yang dia lakukan memang benar adanya."Kamu benar Virna. Apa kamu keluar karena aku keluar dari rumah?" tanya Randy.Virna terdiam, seketika dia jadi teringat dengan alasan yang sebenarnya dia keluar dari perusahaan ini. Dia langsung repleks memegangi perutnya. Mengingat Randy yang pasti sudah menikah dengan Windy malah membuat dadanya merasa sesak."Aku punya alasan lain kenapa aku keluar dari rumahmu!" ketus Virna."Yah tentu saja. Alasannya karena kamu akan menjadi seorang CEO di perusahaan ini bukan? Lalu untuk apa kamu menyamar jadi maid di rumahku hah!" ucap Randy ya