Share

Bab 07

Author: kodav
last update Last Updated: 2025-04-11 13:59:27

Pada suatu pagi, Mayang terbangun lebih awal dari biasanya. Saat dia menuruni tangga, dia melihat Valdi sudah sibuk menyiapkan sesuatu di ruang tamu. Sebuah kotak besar diletakkan di pojok ruangan, dan Valdi tampak memasang label di atasnya.

"Pagi, Mayang," sapa Valdi dengan senyum hangat. "Hari ini mungkin ada beberapa paket yang datang. Om sudah siapkan kotak ini untuk tempat penyimpanan sementara."

Mayang mengangguk sambil tersenyum.

"Baik, Om," jawabnya lembut. Dia lalu pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan dan secangkir kopi untuk Valdi.

Setelah sarapan, Mayang membawa secangkir kopi panas ke ruang kerja Valdi. Ketika dia membuka pintu, dia tertegun. Ruangan itu jauh lebih mengesankan dari yang ia bayangkan.

Ruang kerja Valdi tidak terlalu luas, tapi memiliki desain interior yang futuristik. Dindingnya berwarna abu-abu metalik, dengan lampu-lampu LED yang menyoroti sudut-sudut tertentu. Di satu sisi, ada sebuah balkon kecil yang terbuka, memungkinkan udara segar masuk. Namun, yang paling menarik perhatian Mayang adalah deretan monitor yang tersebar di beberapa bagian ruangan.

Di depan meja kerja yang besar, terdapat tiga monitor besar yang menampilkan grafik-grafik kompleks yang berkelip-kelip dengan warna hijau, merah, dan biru. Di sampingnya, dua monitor sedang menampilkan siaran berita keuangan, dengan angka-angka yang terus bergerak di bagian bawah layar. Dan di atas meja kerja itu sendiri, ada empat monitor tersusun rapi di bagian kiri dan kanan, semua menampilkan data yang berbeda-beda.

Namun yang paling menarik perhatiannya adalah Valdi. Pria itu duduk dengan santai di kursi bos yang besar dan nyaman, matanya fokus pada layar monitor di depannya. Wajahnya yang tampan terlihat serius, tapi tetap tenang, rahangnya tegas, dan cahaya dari layar monitor membuat wajahnya semakin terlihat menawan. Mayang berdiri terpaku di ambang pintu, tak bisa mengalihkan pandangannya dari sosok Valdi.

Valdi menyadari kehadirannya dan mengangkat kepala. Saat menerima kopi dari tangan Mayang, dia menangkap tatapan gadis itu yang sedikit terpesona. Valdi menarik napas dalam, melihat kecantikan Mayang yang polos dan lugu, semakin hari semakin memikat di matanya.

"Mayang, kamu cantik sekali hari ini," ucap Valdi tiba-tiba, suaranya lembut namun dalam.

Mayang tersentak, pipinya segera merona.

"A-ah, terima kasih, Om…" jawabnya dengan suara bergetar. Dia mencoba tetap tenang, tapi detak jantungnya semakin kencang, rasa malu dan senang bercampur jadi satu. Namun, kegugupannya membuatnya tak sadar hingga dia salah menaruh kopi di sudut meja, hampir menjatuhkan salah satu monitor.

Valdi dengan sigap menangkap kopinya, lalu tersenyum lembut.

“Hati-hati, Mayang,” katanya sambil tertawa kecil, matanya penuh kehangatan. Mayang tersipu semakin dalam, berusaha mencari alasan untuk menenangkan diri.

Setelah menenangkan dirinya, Mayang akhirnya memberanikan diri untuk berbicara. "Om, paket-paket mulai berdatangan…," katanya pelan, masih menundukkan kepala.

“Sebelum diambil, disemprot disinfektan dulu ya, Mayang. Nanti sore atau malam, kita buka bareng-bareng,” Ujar Valdi mengingatkan.

Mayang mengangguk patuh, merasa lega ada sesuatu yang lain untuk dipikirkan. Dia bergegas keluar dari ruangan, meninggalkan Valdi yang tetap memandangnya dengan senyum tipis, menikmati bagaimana gadis itu tersipu malu karena pujiannya.

Sambil melihat Mayang pergi, Valdi tersenyum sendiri.

Dia semakin membuatku penasaran… pikirnya, sementara layar monitor di depannya tetap menampilkan grafik-grafik yang tak pernah berhenti bergerak.

Saat menutup pintu ruang kerja Valdi, Mayang melihat sebuah truk pengiriman berhenti di depan rumah melalui jendela. Satu per satu, paket-paket besar dan kecil mulai diantarkan ke depan pintu.

***

Setelah makan malam, Valdi dan Mayang duduk bersama di ruang tamu. Di depan mereka, ada sebuah box besar berisi paket-paket yang sudah tiba sejak pagi tadi. Mayang tampak penasaran, matanya berbinar-binar menunggu apa yang akan Valdi keluarkan.

Valdi tersenyum, mengeluarkan paket pertama dari dalam box. 

"Nah, ini buat kamu, Mayang. Coba buka," katanya sambil menyerahkan sebuah paket kecil ke tangan Mayang.

Mayang dengan cepat membuka paket itu. Di dalamnya, ada dua kaus sederhana yang memang dia pilih sebelumnya. 

"Wah, ini yang Mayang pilih kemarin! Makasih, Om!" katanya dengan wajah ceria.

Valdi terkekeh melihat wajah Mayang yang tampak begitu senang. 

"Iya, sama-sama, Mayang. Yang penting kamu suka," jawabnya santai, senang melihat kebahagiaan di wajah gadis itu.

Tanpa menunggu lama, Valdi mengambil paket lain dan menyerahkannya ke Mayang. Kali ini, dia menemukan dua tank top tipis berbahan katun yang lembut. 

"Om, ini… nggak terlalu tipis, kan?" Mayang memandang tank top itu dengan sedikit ragu.

"Enggaklah, Mayang. Ini Jakarta, hawanya panas, apalagi sekarang musim kemarau. Pakai yang tipis-tipis gini pasti lebih nyaman," ucap Valdi sambil tersenyum, matanya terus memperhatikan ekspresi wajah Mayang.

Mayang mengangguk, sedikit lega. 

"Iya ya, bener juga, Om," katanya, sambil menaruh tank top itu di sampingnya. Senyum di wajahnya semakin lebar.

Valdi melanjutkan dengan membuka paket berikutnya. Di dalamnya, ada lima kaus V-neck yang ketat dan lima kaus U-neck dengan potongan rendah. Mata Mayang membesar, kagum dengan model-model yang lebih modis itu. 

"Wah, modelnya bagus banget, Om," katanya sambil mengangkat salah satu kaus. "Mayang suka… tapi belum pernah punya yang begini."

Valdi tersenyum nakal, menikmati reaksi Mayang. "Coba aja nanti, Mayang. Om yakin kamu bakal kelihatan makin cantik," godanya, matanya menyusuri tubuh Mayang dengan pandangan penuh rasa penasaran.

Mayang tampak tersipu, sedikit malu tapi jelas senang. 

"Hehe, iya deh, Om… nanti Mayang coba," jawabnya pelan, senyum masih menghiasi bibirnya.

Namun, Mayang tampak masih mencari sesuatu di dalam box. Valdi melihat gerak-geriknya yang sedikit bingung. 

"Kamu cari apa, Mayang?" tanyanya sambil mengerutkan dahi.

Mayang tersenyum canggung. "Hehe, nggak apa-apa, Om… cuma perasaan kemarin kita kan pilih celana panjang juga," jawabnya, sedikit malu-malu.

Valdi berpura-pura berpikir sejenak, "Oh, iya mungkin belum sampai karena barangnya dari luar. Nanti Om cek lagi, ya." Padahal, dalam hati Valdi sudah membatalkan pesanan itu. Dia tidak ingin melihat Mayang menggunakan celana panjang yang menutupi lekuk tubuhnya.

Kemudian, Valdi mengambil paket lain dari box, yang berisi lima hot pants dan lima rok mini gaya tenis. 

"Udah, pakai ini dulu aja, Mayang," katanya sambil menyerahkan paket itu dengan senyum tipis di wajahnya.

Mayang membuka paket itu dan melihat hot pants serta rok mini yang feminin. 

"Lucu juga ya, Om. Mayang suka," katanya sambil tertawa kecil, matanya berbinar.

Valdi tersenyum lebar, merasa puas dengan reaksinya. "Om yakin kamu bakal kelihatan manis pakai itu," tambahnya, menatap Mayang dengan tatapan penuh kekaguman.

Mayang mengangguk, lalu memeriksa paket lain yang diserahkan Valdi. Ketika dia membuka paket tersebut, ia menemukan tiga potong V-Neck Lace Trim Crop Camisole Top ala Korea. Matanya berbinar, kagum dengan detail renda dan modelnya yang unik. 

"Wah, bagus banget ini, Om! Mayang suka!" serunya senang, tanpa bisa menyembunyikan kegembiraannya.

Valdi tersenyum puas, menikmati antusiasme Mayang. 

"Coba aja dulu, Mayang, biar Om lihat cocok nggak," ujarnya dengan nada lembut, menyembunyikan niat di balik pilihan itu.

Mayang mengangguk dengan semangat, lalu berdiri dan berlari kecil ke kamar mandi untuk mencoba salah satu cami crop top itu. Saat dia kembali, pakaiannya pas di tubuhnya, memperlihatkan lekuk tubuhnya dengan sempurna. Belahan dadanya terlihat menyembul di balik renda halus, membuat Valdi menelan ludah, berusaha menahan diri meski hatinya berdebar lebih cepat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 378

    “Tuan…” desah Farah, yang pertama kali tiba. Ia berlutut di samping sofa, tidak menunggu perintah. Tangannya yang lihai langsung meraih kejantanan Valdi yang basah oleh cairan Mayang, dan tanpa ragu, ia melahapnya. Ia menghisap dengan rakus, membersihkan setiap jejak Mayang dengan lidahnya, seolah ingin menegaskan bahwa kini gilirannya.Mayang, yang terkulai lemas di pangkuan Valdi, hanya tertawa kecil melihat tingkah Farah. Ia tidak cemburu. Di dunia ini, semua adalah milik Valdi, dan semua melayani Valdi.Valdi menggeram, tangannya mencengkeram rambut Farah. Namun, matanya tertuju pada Lana dan Ella yang kini berdiri di hadapannya. “Kalian berdua,” perintahnya, suaranya serak. “Naik ke sofa. Aku ingin kalian saling memuaskan. Aku ingin melihatnya.”Lana dan Ella sal

  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 377

    Farah dan Ella, seolah menerima perintah tak terucap, mereka berdua menoleh ke arah Intan dengan penuh kebencian, namun dengan raut yang menggairahkan. Valdi, dengan tatapan sayu, kini tengah melahap payudara Farah yang montok, sementara tangan kirinya yang bebas menusuk dan mengaduk liang basah Farah yang berkedut. Di sisi lain, tangan kanannya tak kalah sibuk, mencengkeram dan memeras batang kecil Ella yang menegang, membuat gadis trans itu melenguh panjang, matanya memutar ke belakang.“Di sini,” lanjut Mayang, suaranya melenguh panjang saat pinggulnya bergetar hebat, merasakan puncaknya sendiri mulai mendekat, “Om Valdi… ahhh… mendapatkan semua yang ia inginkan. Setiap hasratnya terpenuhi. Setiap keinginannya adalah hukum. Ia hanya perlu menikmati. Selamanya.”Inta

  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 376

    Di tengah ruangan, di atas singgasananya—sebuah sofa kulit hitam raksasa—duduklah Valdi. Ia bukan lagi pria sakit yang terbaring di ranjang. Ia seperti seorang dewa kenikmatan yang sedang dipuja. Jubah sutra hitamnya tersampir begitu longgar hingga nyaris melorot dari bahunya yang lebar, memperlihatkan dada bidangnya yang kokoh dan perutnya yang berotot sempurna. Kakinya terentang santai, dan di antara kedua pahanya, kejantanannya yang besar dan panjang, yang kini sepenuhnya mengeras, menjadi pusat dari semua pemujaan.Di sekelilingnya, di atas karpet tebal, para wanitanya bergerak dalam tarian sensual yang lambat dan memabukkan, tubuh telanjang mereka berkilauan oleh keringat di bawah cahaya temaram.Di kaki Valdi, Farah berlutut. Ia telanjang bulat, rambut hitamnya yang panjang tergerai menut

  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 375

    Dua hari kemudian, setelah memastikan Celine cukup tenang untuk ditinggal, Intan mengemudikan mobilnya sendirian, menjauh dari gemerlap Jakarta, menuju sebuah desa kecil yang tersembunyi di kaki Gunung Gede. Perjalanan itu seperti perjalanan menembus waktu. Jalanan aspal yang mulus perlahan berganti menjadi jalan berbatu yang sempit, diapit oleh hamparan sawah hijau dan pepohonan rindang. Udara menjadi lebih sejuk, lebih bersih, dipenuhi aroma tanah basah dan bunga liar.Ia akhirnya tiba di sebuah rumah joglo tua yang sederhana namun memancarkan aura ketenangan yang luar biasa. Halamannya dipenuhi tanaman herbal dan bunga-bunga berwarna-warni. Dari dalam rumah, tercium aroma dupa cendana yang menenangkan.Seorang wanita tua dengan rambut putih yang disanggul rapi dan wajah yang dipenuhi kerutan kebijaksanaan menyambutnya di ambang pintu. Matanya, meskipun sudah

  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 374

    Udara di koridor rumah sakit terasa dingin dan steril, kontras dengan kekacauan emosi yang membakar di dalam diri Celine. Ia menceritakan semuanya pada Intan saat mereka duduk di kafe rumah sakit yang sepi, secangkir teh hangat di antara mereka seolah menjadi satu-satunya sumber kehangatan di dunia yang tiba-tiba terasa begitu dingin.Intan mengaduk tehnya perlahan, matanya yang jernih dan analitis menatap Celine dengan tajam. “Mimpi itu bukan hanya milikmu, Celine. Aku yakin itu. Rasanya seperti kita sedang melihat gema dari pertempuran yang terjadi di dalam pikiran Valdi. Dan Mayang… dia bukan sekadar gadis biasa di sana.”“Tapi dia hanya seorang gadis desa yang lugu,” bantah Celine, mencoba meyakinkan dirinya sendiri. “Anak dari pembantu yang sudah lama mengabdi pada keluarga kami. Dia tulus ingin merawat Valdi.”

  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 373

    Beberapa hari kemudian, Celine tak kuat lagi. Gundah di hatinya semakin menjadi, menggerogoti setiap detik ketenangannya. Setiap kali ia merasakan tendangan halus dari janin di perutnya, bayangan Valdi yang terbaring di ICU justru semakin kuat, menciptakan sebuah kontras yang menyiksanya. Didorong oleh rasa penasaran dan kekhawatiran yang tak tertahankan, ia membuat keputusan nekat. Ia harus melihat Valdi, dengan mata kepalanya sendiri.Di rumah sakit, udara terasa pekat dengan aroma disinfektan yang tajam. Celine, terbungkus Alat Pelindung Diri (APD) lengkap dari ujung kepala hingga kaki, berdiri di depan sebuah dinding kaca tebal yang memisahkannya dari ruang ICU. Di baliknya, di tengah kerumitan kabel dan selang, Valdi terbaring.Pria yang dulu begitu tegap, begitu penuh kuasa, yang senyumnya bisa meluluhkan sekaligus mengintimidasi, kini hanyalah bayangan p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status