Share

Gairah Membara Paman Tunanganku
Gairah Membara Paman Tunanganku
Author: Cassian Story

Penghianatan Mereka

last update Last Updated: 2025-09-13 21:20:17

Sore menjelang malam, suasana London masih terasa hawa dinginnya setelah hujan. Trotoar di depan apartemen modern itu berkilau oleh pantulan lampu jalan.

Serena Collins berjalan riang, penuh semangat meski rintik air hujan yang tersisa hampir saja merusak blow-dry rambutnya. Tangannya menggenggam payung kecil yang kini sudah dilipat, sementara hatinya penuh bunga.

Hari ini ia dan Ethan, pacarnya, berjanji bertemu. Tidak ada momen istimewa sebenarnya, tapi Serena tipe gadis yang selalu bisa menemukan alasan untuk merasa bahagia. Mungkin karena Ethan jarang punya waktu, jadi setiap janji bertemu terasa seperti perayaan kecil.

“Pasti dia sudah menunggu,” gumamnya sambil menaiki anak tangga menuju lantai tiga, tempat apartemen Ethan berada.

Meski hanya beberapa lantai, apartemen ini hanya dihuni kalangan elit.

Sesampainya di depan pintu nomor 3B, Serena menarik napas panjang. Tangannya terulur hendak mengetuk, tapi sesuatu menghentikannya. Entah kenapa firasatnya jadi buruk saat hendak mengetuk pintu.

"Kenapa pintu ini tidak tertutup rapat?"

Ia mengernyit, kemudian mendorong pintu dengan hati-hati.

"Ethan tidak pernah seceroboh ini, apa mungkin dia tidak sadar kalau pintunya masih belum terkunci," gumam Serena.

Ia melangkah dengan hati-hati, memasuki ruang tamu yang remang. Hanya lampu sudut yang menyala, menciptakan bayangan tanaman hias di dinding. Sofa terlihat berantakan, ada kemeja pria tergeletak di sandarannya. Jantung Serena mulai berdegup aneh.

Tak hanya itu, Serena juga melihat ada gaun wanita dan pakaian dalam yang berserakan di depan pintu kamar.

“Ethan?” panggilnya pelan.

Tak ada sahutan.

Ia melangkah lebih dalam. Suasana apartemen membuat dada Serena berdegup kencang, dan benar saja. Ketika ia hampir mendekati pintu kamar, telinganya menangkap suara.

“Aahhh… lebih dalam, Ethan… jangan berhenti…” suara perempuan, renyah, penuh desahan.

Tubuh Serena langsung kaku.

Kemudian suara laki-laki menyusul, jelas, suaranya ia kenal di luar kepala. “Kamu gila, Marissa… tubuhmu membuatku candu.”

Serena berdiri terpaku, kepalanya jadi berdenyut. Suara ranjang berderit, disusul helaan napas yang bergantian.

“Ahh, Ethan… lebih cepat… aku hampir—”

“Diam, biar aku yang mengendalikanmu malam ini.”

Serena menutup mulutnya dengan kuat, agar napasnya tak terdengar. Ia melangkah sedikit, sampai bisa mengintip dari celah pintu kamar yang terbuka beberapa centimeter.

Dan di sanalah, semua keyakinannya hancur.

Marissa, kakak tirinya, terbaring dengan rambut berantakan di bantal, dan tubuhnya yamg telanjang, wajahnya mabuk penuh kenikmatan. Ethan, lelaki yang menjadi tunangannya, mencumbui kakak tirinya dengan rakus.

Serena mematung. Air matanya memang jatuh, tapi wajahnya tetap keras. Ia bukan gadis yang akan menangis meraung di depan pintu. Ia hanya berdiri, menelan pahit kenyataan yang menikam jantungnya.

Tangannya gemetar, tapi Serena tetap menegakkan punggung tak membiarkan dirinya jatuh saat itu. Ia menolak hancur di depan mereka. Dengan sisa kekuatan, ia mundur, meninggalkan celah pintu itu. Suara mereka masih mengiris telinga, tapi Serena memilih pergi.

Serena sakit hati, tapi justru pikirannya yang makin kacau. Ia lebih bingung harus bagaimana dengan hubungannya bersama Ethan. Pertunangan mereka bukan sekadar urusan cinta, melainkan kesepakatan dua keluarga besar.

Jika ia membatalkannya, ayahnya bisa saja menarik semua biaya pengobatan ibunya yang sedang dirawat intensif di rumah sakit, tapi kalau ia tetap melanjutkan, ia merasa seperti menusuk dirinya sendiri dengan pisau yang sama.

Serena menggenggam dadanya, antara ingin berteriak atau sekadar pingsan. Rasanya semua jalan yang ada di depannya membawa pada kehancuran.

Ia berlari keluar dari apartemen, kepalanya terasa penuh. Ia mendorong pintu dengan tergesa. Napasnya terengah, wajahnya sudah basah oleh air mata.

Serena buru-buru berjalan di lorong. Dan saat itulah ia hampir menabrak seorang pria tinggi dengan setelan jas rapi.

Pria itu menatapnya dalam. Matanya gelap, penuh perhitungan pada gadis itu. Serena menunduk, melewatinya tanpa kata.

Steave Alexander Whitmore, paman Ethan.

Ia memperhatikan gadis itu berjalan tanpa arah dan ada air mata di pipinya. Lalu, curiga muncul.

Steave melangkah ke apartemen Ethan, membuka pintu begitu saja. Dan benar dugaan hatinya, terdengar suara desahan, erangan, serta ranjang yang berderit. Sekali lihat saja, ia sudah tahu apa yang terjadi.

Senyum miring muncul di bibirnya. Ia merogoh ponsel dari saku, lalu menempelkan ke telinga.

“Paul,” ucapnya datar. “Rencana kita maju lebih cepat. Persiapkan semuanya.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gairah Membara Paman Tunanganku   Masuk Dalam Jebakan

    Ruang kerja yang di desain maskulin dan dengan warna yang tajam. Steave duduk di kursinya dengan santai, lengan kanannya menopang dagu, sementara jarinya mengetuk-ngetuk permukaan meja. Paul, asistennya yang paling ia percaya, berdiri tegak di hadapan tuannya. Wajahnya terlihat serius, namun sedikit gugup. Ia membuka map cokelat yang dibawanya, lalu menghembuskan napas sebelum bicara.“Tuan, semua sesuai dengan prediksi anda,”Steave menyeringai licik, ia memasang umpannya dengan tepat.“Kondisinya?”“Belum ada pergerakan dari Serena, Tuan. Ia juga tidak mendatangi Tuan Ethan untuk meminta bantuan.”Steave menegakkan tubuhnya, jemarinya berhenti mengetuk meja. Ia bersandar santai di kursi kulit hitam yang mewah itu, lalu menatap Paul dengan tatapan penuh maksud. “Persiapkan sisanya,” ucapnya pada sang asisten. “Tamu kita tak lama lagi akan datang.”Paul mengangguk, meski dalam hati ia merutuki kegilaan boss nya ini.Ia menyesap sedikit anggurnya, lalu meletakkan gelas itu di meja de

  • Gairah Membara Paman Tunanganku   Putus Asa dan Hampa

    Bab 4Malam itu di rumah keluarga Collins. Serena berdiri di depan pintu ruang kerja ayahnya, ia akan membicarakan mengenai biaya rumah sakit untuk ibunya sekarang juga. Sebelum masuk, Serena menarik napas panjang sebelum mengetuk pintu.“Masuk,” suara Richard Collins terdengar tegas dari dalam.Serena membuka pintu dengan hati-hati. Ia bisa mencium bau asap rokok dan minuman beralkohol. Sang ayah duduk di kursinya, sibuk menandatangani dokumen dengan wajah serius. Serena melangkah mendekat, menahan diri agar tidak salah bicara.“Ayah,” sapanya selembut mungkin.Richard mengangkat kepala sebentar. “Ada apa, Serena? Sudah malam, seharusnya kamu beristirahat.”Serena menggenggam ujung gaunnya, ragu sejenak sebelum bicara. “Aku baru saja dari rumah sakit siang tadi. Aku menemui Ibu.”Richard berhenti menulis, menegakkan bahunya lalu bersandar di kursinya. “Bagaimana kondisinya?”“Tidak ada perkembangan, Ayah. Dokter bilang Ibu harus dipindahkan ke rumah sakit yang lebih besar, dengan per

  • Gairah Membara Paman Tunanganku   Kabar Buruk Bagi Serena

    Pagi itu kantor sudah ramai oleh para karyawan. Suara telepon berdering bergantian, bunyi ketikan keyboard bersahut-sahutan. Serena duduk di meja kerjanya, menatap layar komputer dengan mata lelah.Tumpukan dokumen di mejanya seolah tidak ada habisnya. Ia memijat pelipis sambil mencoba fokus. Meski pikirannya berkali-kali melayang pada kondisi ibunya di rumah sakit, ia tetap memaksa dirinya menyelesaikan pekerjaan.“Serena, ini laporan keuangan bulan lalu. Cek ulang sebelum diserahkan ke direktur,” kata salah satu rekan kerjanya sambil meletakkan map tebal di atas meja.Serena tersenyum tipis. “Baik, aku periksa dulu.”Belum sempat ia membuka laporan itu, ponselnya bergetar di samping laptop. Nomor rumah sakit terpampang jelas di layar. Jantung Serena langsung berdegup kencang. Dengan tergesa ia mengangkat telepon.“Halo, Nona Serena?” suara seorang perawat terdengar dari seberang.“Ya, saya sendiri. Ada apa?”“Dokter meminta Anda datang ke rumah sakit hari ini. Ada hal penting yang h

  • Gairah Membara Paman Tunanganku   Tamu Tak Terduga

    Serena menatap rumah besar keluarga Collins yang malam itu tampak lebih ramai dari biasanya. Lampu-lampu halaman menyala terang, biasanya sang ayah hanya akan menghidupkan lampu itu untuk menyambut tamu penting.Yang dilihat Serena, mobil-mobil mewah berjajar rapi di depan pintu utama.“Apa ada seseorang yang datang? Pasti rekan bisnis Ayah,” gumamnya.Begitu pintu besar dibuka, sosok Claudia, ibu tirinya, menyambut dengan senyum penuh kepalsuan. Senyum yang begitu janggal hingga membuat Serena hampir mengerutkan dahi."Serena, sayang. Akhirnya kamu pulang juga. Ayahmu sudah menunggumu," ucap Claudia terdengar lembut, seolah penuh kasih sayang.Serena berhenti sejenak. Rasanya ingin tertawa, karena Claudia jarang sekali atau bahkan tidak pernah menyapanya seperti itu. Biasanya wanita itu hanya bicara seperlunya, dengan nada setengah angkuh yang sering membuat Serena malas menjawab."Iya, Bu," jawab Serena singkat, mencoba menutupi rasa curiga yang menggelayut. Ia melangkah masuk.Di r

  • Gairah Membara Paman Tunanganku   Penghianatan Mereka

    Sore menjelang malam, suasana London masih terasa hawa dinginnya setelah hujan. Trotoar di depan apartemen modern itu berkilau oleh pantulan lampu jalan. Serena Collins berjalan riang, penuh semangat meski rintik air hujan yang tersisa hampir saja merusak blow-dry rambutnya. Tangannya menggenggam payung kecil yang kini sudah dilipat, sementara hatinya penuh bunga.Hari ini ia dan Ethan, pacarnya, berjanji bertemu. Tidak ada momen istimewa sebenarnya, tapi Serena tipe gadis yang selalu bisa menemukan alasan untuk merasa bahagia. Mungkin karena Ethan jarang punya waktu, jadi setiap janji bertemu terasa seperti perayaan kecil.“Pasti dia sudah menunggu,” gumamnya sambil menaiki anak tangga menuju lantai tiga, tempat apartemen Ethan berada.Meski hanya beberapa lantai, apartemen ini hanya dihuni kalangan elit.Sesampainya di depan pintu nomor 3B, Serena menarik napas panjang. Tangannya terulur hendak mengetuk, tapi sesuatu menghentikannya. Entah kenapa firasatnya jadi buruk saat hendak m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status