Share

Bab 149

Penulis: Atieckha
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-21 13:00:04

“Ayo dong cepet makan. Mama harus kerja nih,” ucap Nayla karena dua laki-laki yang ia cintai malah asik ngobrolin tentang Gundam.

Raja dan Darren sama sekali tidak terlihat terburu-buru. Padahal jam sudah menunjukkan angka yang cukup bikin Nayla panik. Waktunya mepet. Dia harus segera kembali ke kantor sebelum jam makan siang berakhir. Andai saja tadi Maria tidak muncul dan bikin keributan, mungkin dia masih bisa menyuapi Raja sambil duduk santai di sofa ruang kerja Darren. Sekarang? Semua dilakukan serba terburu-buru.

Keduanya pun mendekat.

“Wah makanannya enak,” ucap Raja, memuji. Dia memandangi hidangan di hadapannya dengan antusias. Seperti biasa, menu favoritnya tidak neko-neko. Ayam. Mau dibakar, digoreng, direbus, bahkan cuma diremes-remes, asal itu ayam, dia pasti makan.

“Ayo sini mama suapin. Mama cepet-cepetan loh. Kamu juga, Mas, makan dong. Udah siang ini,” kata Nayla masih ngomel dengan gaya ibu-ibu pada umumnya.

Mereka duduk bertiga di sebuah meja kecil yang memang selal
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Adil Ecek
sllu bkin jdi pnasarn.....
goodnovel comment avatar
SAKURA
lanjutin dong.....Maria bakal keguguran deh kayaknya ...semoga ya Thor..ayolah jangan biarkan kejahatan mengalahkan kebaikan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Gairah Panas Atasan Mantan   Bab 150

    Jedaaaaaaaaar!Suara keras itu membuat beberapa orang yang sedang berada di lobi Atmaja Group langsung menoleh ke jalan besar di depan kantor. Bahkan resepsionis refleks berdiri, mencoba melihat ke arah luar. Beberapa karyawan yang baru saja masuk kantor pun berhenti berjalan, mencoba mencari tahu sumber suara yang menggelegar barusan.Maria duduk santai di sofa panjang, menyilangkan kaki sambil memeluk tas mewahnya. Tapi ekspresinya jauh dari kaget. Dia justru tersenyum tipis. Tatapannya mengarah ke depan pintu kaca yang sedikit bergetar karena dentuman tadi. Dia tidak ikut panik seperti orang-orang lain. Malah terlihat lega.“Kalau cara gini mudah banget buat dilakukan, kenapa gak dari dulu aja aku lakuin?” gumamnya pelan. Wajahnya puas, yakin sepenuhnya bahwa orang bayarannya telah menyelesaikan tugas dengan mulus, menabrak taksi online yang ditumpangi Nayla.Maria yakin betul Nayla jadi korban. Dia tahu persis waktu mobil mana yang ditumpangi Nayla, dan sudah menyuruh orangnya ber

  • Gairah Panas Atasan Mantan   Bab 149

    “Ayo dong cepet makan. Mama harus kerja nih,” ucap Nayla karena dua laki-laki yang ia cintai malah asik ngobrolin tentang Gundam.Raja dan Darren sama sekali tidak terlihat terburu-buru. Padahal jam sudah menunjukkan angka yang cukup bikin Nayla panik. Waktunya mepet. Dia harus segera kembali ke kantor sebelum jam makan siang berakhir. Andai saja tadi Maria tidak muncul dan bikin keributan, mungkin dia masih bisa menyuapi Raja sambil duduk santai di sofa ruang kerja Darren. Sekarang? Semua dilakukan serba terburu-buru.Keduanya pun mendekat.“Wah makanannya enak,” ucap Raja, memuji. Dia memandangi hidangan di hadapannya dengan antusias. Seperti biasa, menu favoritnya tidak neko-neko. Ayam. Mau dibakar, digoreng, direbus, bahkan cuma diremes-remes, asal itu ayam, dia pasti makan.“Ayo sini mama suapin. Mama cepet-cepetan loh. Kamu juga, Mas, makan dong. Udah siang ini,” kata Nayla masih ngomel dengan gaya ibu-ibu pada umumnya.Mereka duduk bertiga di sebuah meja kecil yang memang selal

  • Gairah Panas Atasan Mantan   Bab 148

    Maria menangis, tapi bukan karena takut pada Nayla. Bukan juga karena sakit akibat didorong hingga jatuh. Air mata yang mengalir itu lebih karena rasa kesal yang menumpuk. Bahkan bukan sekadar kesal biasa, lebih tepatnya kemarahan yang mulai berubah jadi dendam.Dia merasa dipermalukan, diperlakukan seolah-olah hanya benalu yang numpang lewat di kehidupan orang lain. Masih dengan tubuh yang agak goyah, Maria berusaha berdiri sendiri. Kaki kanannya sedikit nyeri, tapi dia pura-pura tidak merasakannya. Dirinya terlalu gengsi untuk terlihat lemah di tempat ini.Baru saja dia berdiri dan hendak masuk kembali ke dalam gedung, mengabaikan perutnya yang sejak pagi belum diisi apa-apa, tiba-tiba suara yang lebih menyebalkan dari apa pun terdengar dari sisi kanan. Suara itu lebih mengganggu daripada suara Nayla beberapa menit lalu. Dan itu adalah suara Bayu.“Bagaimana rasanya berhadapan dengan Nyonya muda Atmaja? Masih berpikir untuk merebut suaminya? Tapi kalau kau benar-benar yakin bisa mel

  • Gairah Panas Atasan Mantan   Bab 147

    Maria nyaris menghantam kepala Nayla dengan sepatu hak tinggi. Jarak mereka terlalu dekat, dan ayunan tangan Maria cepat. Ujung sepatu itu cuma terpaut beberapa centimeter dari kepala belakang Nayla. Refleks, Nayla mengangkat tangannya untuk melindungi kepala, lalu mendorong Maria sekuat tenaga.Maria terjungkal ke belakang. Tumit sepatunya terpeleset di lantai basement yang licin. Tubuhnya membentur lantai cukup keras, terdengar suara benda logam dari tasnya ikut terhempas. Suasana parkiran langsung senyap, hanya tersisa deru mesin mobil yang samar dari kejauhan.Nayla masih berdiri di tempat, napasnya terengah karena jantungnya deg-degan setengah mati. Tangan kirinya sedikit gemetar. Dia belum sepenuhnya sadar bahwa tadi hampir kena hantam benda keras di kepala. Matanya tak lepas dari Maria yang kini terduduk, rambutnya berantakan, satu hak sepatu copot, dan wajahnya penuh amarah.Maria tidak langsung bangkit. Dia tampak syok. Tangannya menahan bagian bokongnya yang kesakitan. Tapi

  • Gairah Panas Atasan Mantan   Bab 146

    “Gitu amat caramu menatap anak kecil,” Bima menyenggol pelan lengan Maria yang duduk persis di sebelahnya.Maria tidak langsung menoleh. Matanya masih tertuju ke depan, tepat ke arah Darren dan bocah laki-laki yang sedang duduk santai di kursi kebesaran ayahnya itu. Matanya menyipit. Ekspresinya seperti sedang menahan sesuatu—kesal, tapi tidak bisa disalurkan. Ia mengatupkan bibir rapat-rapat, jelas tidak ingin menanggapi Bima.“Diam kamu, berisik,” balas Maria, setengah berbisik. Ia melipat tangan di dada, berusaha terlihat tenang, meskipun dari gerakan kakinya yang tak henti bergoyang, jelas dia tidak bisa fokus.Bima melirik Maria, lalu geleng pelan. “Kau boleh membenci ibunya, tapi jangan anaknya. Kasihan dia, nggak tahu apa-apa.”Kalimat itu pelan, cukup untuk membuat Maria mencibir. Ia tidak menjawab. Pandangannya tetap lurus ke arah Darren, yang saat itu sedang bicara pelan pada putranya, membisikkan sesuatu yang membuat bocah itu tertawa kecil. Suaranya terdengar pelan, tapi c

  • Gairah Panas Atasan Mantan   Bab 145

    Bima mendekat, lalu tangannya langsung bergerak menyentuh dada wanita muda itu. Fokusnya cuma satu: menyematkan peniti kecil di baju Lisa. Tapi jari-jarinya sempat ragu, bukan karena sulit atau kurang cahaya, tapi karena pikirannya mulai kacau. Dalam hati dia terus mengumpat. Bukan ke Lisa, tapi ke dirinya sendiri. Sialan, kenapa juga tubuhnya bereaksi seperti ini hanya gara-gara anak magang?Dia menarik napas pelan, berusaha tetap tenang meski suasana makin janggal. Lisa berdiri diam, sama sekali tak curiga dengan gelagat atasan barunya itu. Ia malah tersenyum kikuk, mungkin karena merasa tak enak sudah menyusahkan Bima hanya gara-gara kancing baju yang lepas.Saat peniti nyaris tersangkut dengan benar, tiba-tiba saja pintu ruang kerja terbuka begitu saja, tanpa ketukan, tanpa aba-aba. Pintu yang biasanya terkunci otomatis saat meeting sedang berlangsung itu mendadak terbuka lebar.Refleks, tangan Bima tersentak kaget. Peniti kecil itu malah berbalik arah dan menusuk telapak tangann

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status