"BRak!" Pintu terbuka dan menghantam dinding dengan kencang.
"Sandra!" Sulastri bersiap untuk mengamuk.Sandra segera berdiri dengan salah satu kakinya yang ia angkat ke atas."Kalian berdua ngapain di dalam kamar? Kamu kan sudah ada kamar sendiri!" Sulastri menunjuk ke arah wajah Arya."Kaki Sandra tadi keseleo." Sandra menyela."Keseleo?" Sulastri tidak percaya dengan ucapan anaknya."Tadi, aku jatuh di kamar mandi. Terpeleset. Mas Arya datang, menolong."Sulastri mengamati kaki Sandra yang diangkat ke atas. Ia lantas meminta anaknya untuk duduk."Kamu duduk! Ibu yang pijatkan kakimu! Dan kamu, masuk ke dalam kamar! Sudah malam! Sudah waktunya untuk istirahat!"Arya dengan patuh mengikuti ucapan Sulastri. Ia masuk ke dalam kamarnya dan pergi tidur. Sementara Sandra, duduk berduaan dengan Ibunya."Lain kali kalau ada masalah, minta tolong sama Ibu! Nggak bagus kalau orang lain lihat kamu daArya turun dan berjalan mendekati Bu Sony. Ia mengulurkan tangannya mengajak wanita paruh baya itu untuk berjabat tangan."Saya Arya. Kakak ipar, Sandra.""Oh Kakak iparnya Sandra! Ibu pikir siapa. Mari silahkan masuk!" Raut wajah Bu Sony berubah drastis setelah Arya menjelaskan siapa dirinya. "Kami ke sini untuk mengantarkan pesanan Pak Sony.""Iya ya! Ayo masuk, minum teh dulu. Kita ngobrol sebentar." Bu Sony berbasa basi."Maaf Bu. Kami terburu buru. Karena kami juga harus segera kembali ke Kota. Libur sekolah anak anak sudah usai." Sandra dengan tegas menolak.Bu Sony mengangguk. Ia meminta pekerjanya untuk menurunkan semua pesanan gula dan beras dari mobil. Setelah itu, ia memberikan sejumlah uang kepada Sandra."Ini uangnya. Makasih ya sudah mau repot repot mengantarkan pesanan ke sini.""Sama sama. Kalau begitu, kami permisi pulang!" Sandra berpamitan.Arya dan Sandra segera meninggalkan rumah P
"Sandra pergi ke lumbung." Sulastri dengan terpaksa berbohong."Dengan Arya?" Rayhan bertanya tegas."Arya sudah pulang!" Sulastri berbohong lagi."Oh ya baguslah! Kalau begitu, saya akan bawa anak anak, untuk pulang!" seru Rayhan."Nah Ray, nggak menginap di sini dulu?" Sulastri menawarkan."Nggak Bu. Nggak bisa. Saya ke sini saja, benar benar menyempatkan waktu. Apa Sandra tidak cerita soal suami adik iparnya yang mengalami kecelakaan?" "Sandra hanya bilang kalau kamu sibuk. Ada kepentingan keluarga.""Hmm! Sekarang, dimana anak anak! Apa Ibu bisa siapkan mereka untuk ikut pulang bersama denganku?""Tentu Nak!" Sulastri dengan cepat pergi ke kamar kedua cucunya.Saat ini, di dalam kamar kedua bocah kecil itu, ada Anita menemani mereka."Anita!" Sulastri melambaikan tangan ke arahnya."Ada apa Budhe?""Gawat! Ada Rayhan datang! Cepat kamu siapkan koper anak anak. Dia mau mem
Awalnya, hari - hari pernikahan kami, berjalan seperti biasa. Kami selalu saling mencium dan memeluk setiap pagi sebelum berangkat bekerja.Aku selalu membawakan makanan kesukaannya saat pulang dari bekerja. Aku pun tak lupa memberikan buket bunga di setiap moment penting kami.Aku tak pernah menyuruhnya memasak, karena kami sama sama suka makan di luar. Aku tak ingin membebani istriku dengan pekerjaan rumah tangga. Karena aku tahu, tugasnya di kantor juga begitu banyak. Suatu hari, aku harus pergi bertugas di luar kota selama 2 minggu. Tak ada yang aneh waktu itu, semua nampak biasa saja.Aku totalitas bekerja saat di luar kota, hingga hari kepulanganku tiba."Tut! Tut! Tut!"Malam itu aku menelepon istriku, selama beberapa kali. Tak ada jawaban. Padahal saat itu, aku akan bertanya oleh - oleh apa yang ia inginkan.Keesokan paginya, aku langsung pulang berniat memberikan kejutan untuk istriku. Tak ku sangka, malah aku
Pecahan kaca berserakan di atas lantai. Suara teriakan Levin dan Ana membuat semua orang lari berhamburan masuk ke dalam rumah."Ada apa?" "Kenapa gelasnya bisa pecah?""Bibi Anita!" seru Levin sambil menunjuk ke arah Anita.Rupanya penyakit maag Anita, sedang kambuh.Dengan sigap, Arya menolongnya. Ia memberikan obat yang selalu ada di dalam tasnya. Hal ini membuat Anita, terpanah. Ia mengamati wajah Arya. "Kamu juga membawa obat maag?" Sandra merasa heran."Karena aku juga sama seperti Anita. Aku penderita maag."Semua hal yang di lakukan Arya membuat Sulastri terkesan. Sulastri mengubah penilaiannya tentang Arya."Kamu adalah laki-laki yang sangat baik, Nak. Terima kasih untuk semua hal yang kamu lakukan hari ini," ucap Sulastri.Semua ucapan Sulastri, seakan memberikan lampu hijau untuk Arya. Senyumnya mengembang di wajahnya yang tampan."Tidak Bu. Ini bukan apa - apa. Ibuku ser
"Wulan, pa mau mu? Kenapa kamu ada di rumahku?" pekik Sandra."Apa? Rumahmu? Nggak salah? Ini rumah kakakku. Aku bebas ke sini kapanpun aku mau!" seru Wulan seraya berkacak pinggang."Rumah kakakmu? Ini rumah suamiku. Rumah kami berdua! Jadi kamu harus punya sopan santun, saat bertamu ke rumah kami." Sandra menegaskan.Wulan yang tidak mau kalah debat, menarik rambut Sandra ke belakang. Hal ini membuat Sandra kesakitan, ia pun menarik baju Wulan. Akhirnya Wulan melepaskan rambut kakak iparnya."Kurang ajar kamu! Dasar gadis j@lang! Kamu jalan dengan teman kakakku dan sekarang kamu berlagak sok suci!" Sandra hanya terdiam sambil menatap tajam ke arah Wulan."Berapa banyak Arya membayar tub*hmu untuk semalam? Atau kamu yang membayar Arya agar ia mau memuaskanmu!" Wulan mencibir dengan kalimat yang cukup ketus.Kata - kata Wulan cukup membuat Sandra tersinggung. Ia lantas menampar pipi adik iparnya tersebut, cukup keras.
Sandra menunduk, ia tak berani bicara apapun saat ini."Katakan yang sebenarnya! Apa Arya bersama dengan kalian? Apa dia ikut menginap di rumah Ibumu?" Rayhan mendesak.Sandra menoleh ke arah Rayhan."Mas, apa kau lupa? Kau yang meninggalkan kami di villa waktu itu?""Oh tidak! Tentu aku tidak lupa. Aku sangat ingat dengan jelas. Dan aku juga ingat, kalau aku hanya meminta Arya mengantarkanmu pulang. Bukan berjalan - jalan ke rumah Ibumu." Rayhan memberikan penekanan pada setiap kalimatnya melalui kontak mata dengan Sandra.Sandra menghela nafas. Ia sungguh merasa malas untuk berdebat dengan Rayhan."Apa maumu sebenarnya Mas? Kenapa kau terus menerus memojokkan aku?" "Patuh! Aku ingin kau patuh dan paham, bahwa kau hanya bisa dimiliki olehku!" ucap Rayhan dengan tegas.Sandra tak menyahut. Ia diam dan berdiri mematung."Katakan dengan jujur, apa saja yang telah kau lakukan dengan Arya? Kau berkencan de
"Apakah Arya mengirimkanmu sepucuk surat? Perlihatkan tanganmu!"Pertanyaan ini membuat Sandra hampir pingsan. Ia menggelengkan kepala."Jika tidak ada apa - apa, kenapa menyembunyikan tanganmu yang satu lagi? Berikan kertasnya." Rayhan bicara lagi sambil melangkah perlahan ke arah Sandra.Sandra benar benar ketakutan, ia menyelipkan kertas itu di sela sela tempat tidur. Sandra menyodorkan kedua tangannya. Rayhan tampak memicingkan kedua mata."Kalau kau berani macam macam, maka aku tak akan memaafkanmu!" Rayhan mengancam.Sandra menganggukkan kepalanya."Sudahlah aku mau ke kantor. Ini sudah sangat membuang-buang waktu. Oh iya, ku ingatkan sekali lagi, jangan bertengkar dengan Wulan!" Rayhan keluar dari kamar.Sandra menghela nafas lega. Ia lantas mengambil kertas yang berisikan surat cinta dari Arya."Aku harus menyimpan surat ini dimana ya?" Sandra berdiri di depan lemari baju miliknya. Ia menyelipkan surat c
Saat malam hari setelah selesai makan malam, Sandra langsung masuk ke dalam kamar. Ia duduk sembari memandangi langit malam yang bertabur bintang."Kenapa sejak tadi, aku perhatikan, kau hanya diam?" Rayhan menegur sikap Sandra. Namun Sandra tak menghiraukan pertanyaan dari suaminya."Apa kau sudah bicara dengan Ana? Mengenai keluhan gurunya di sekolah?"Kali ini Sandra menyahuti dengan gelengan kepala. Rayhan yang tak suka melihat sikap Sandra, segera meraih bahu Sandra dengan kasar."Sandra! Lihat aku! Aku sedang bicara denganmu! Kenapa sejak tadi, wajahmu tidak menatap ke arahku?" Rayhan melotot."Aku capek Mas. Badanku sakit." Sandra mengeluh."Oh sakit rupanya. Apa mau aku buat lebih sakit?""Mas! Kalau kamu, sudah mulai bosan sama aku, dan kamu sudah temukan wanita lain, kamu ngomong. Kita bisa berpisah dengan cara baik baik!" Sandra menegaskan."Apa barusan kamu bilang?" Berani rupanya kamu ya bilang sepe