Arya dan Rayhan terbangun dari tidurnya dengan jantung mereka yang berdegup kencang. Keduanya saling memandang, mereka mengernyitkan dahi secara kompak."Aku bermimpi bertemu dengan Sandra," ucap Rayhan."Sama. Aku juga bermimpi bertemu dengan Sandra," ucap Arya."Apa kau memimpikan hal yang sama denganku?" tanya Rayhan."Sepertinya begitu. Tapi kenapa dia masih tertidur?"Tiba tiba dada Sandra bergerak mengembang dan mengempis."Tit...." Suara monitor berbunyi.Suster dengan tergopoh memanggil dokter yang menangani Sandra."Tolong tunggu di luar," ucap dokter kepada Arya dan Rayhan."Ada apa dengan dia Dok?" tanya Rayhan yang dengan segera didorong keluar oleh suster.Di dalam ruang ICU hanya ada dokter dan juga perawat. Semua orang menunggu dengan panik di luar ruangan."Detak jantungnya berhenti," ucap salah seorang perawat."Kita gunakan alat pacu jantung!" titah Chandra. Dokter mencoba menyelamatkan pasiennya sebaik mungkin."Jantungnya kembali normal, saturasi oksigen dan tekana
Ayunda berjalan mengendap mengikuti suaminya. Dani ternyata berbelok ke arah ruang dokter. "Maaf Pak, anda tidak boleh masuk ke ruangan ini." Seorang tenaga medis menegur Dani."Aku ingin bicara dengan Dokter Chandra." "Dokter Chandra sedang sibuk. Beliau tidak bisa ditemui. Jika ingin bertemu, anda harus membuat janji lebih dulu.""Membuat janji? Ayolah! Ini darurat!" Dani memaksa."Ada apa? Kau rupanya." Chandra muncul dari balik dinding."Aku ingin bicara denganmu." "Soal menantumu yang sedang s3k4rat?" "Kau tahu jika Sandra adalah menantuku?" "Siapa yang tak mengenal keluarga Wijaya? Orang terpandang yang tak punya rasa belas kasih!" Dani tertunduk mendengar ucapan Chandra. "Kau ke sini untuk memintaku, agar aku menyelamatkan nyawa menantumu.""Kau harus menyelamatkan dia. Dia pasienmu. Aku akan membayar berapapun uang yang kau minta.""Apa kau kira aku sep
Dani dengan buru buru mematikan ponselnya dan memasukkannya ke dalam saku celananya."Dengan orang kantor. Mama sudah bangun? Ayo kita pergi ke rumah sakit sekarang!""Ngobrol apa dengan orang kantor? Apa penting banget? Ini kan sudah hampir tengah malam!""Kalau orang kantor yang telepon, ya jelas penting lah Ma. Pertanyaan Mama ini aneh sekali.""Wajar lah Pa kalau Mama nanya. Boleh nggak, kalau Mama pinjam handphone Papa?" "Pinjam handphone? Untuk apa?" "Ya pinjam aja." Ayunda bicara dengan nada memaksa."Ya mau pinjam untuk apa? Mama kan punya ponsel sendiri." Dani mengerutkan kening.Ayunda tampak tidak sabaran. Moodnya mendadak berubah. Ia mencoba meraih ponsel yang ada di saku suaminya. Dani lantas memegang erat ponselnya. Ia tak mau jika Ayunda sampai mengambilnya."Ma! Mama ini apa apaan sih! Mama curiga sama Papa? Kita ini sudah menikah puluhan tahun lho.""Mama hanya mau lihat saja apa isi ponsel Papa. Kalau memang ponsel itu tidak ada apa apanya kenapa Papa sembunyikan p
Arya menoleh ke belakang, dan dengan cepat berlari ke arah pemuda yang sejak tadi mengamatinya.Pemuda itu tampak ketakutan, ketika Arya bergerak ke arahnya. Ia melompat ke atas sepeda motornya. Dan bergegas pergi dari sana."Ah si4lan! Aku yakin, pasti dialah orang yang sudah menyebabkan Sandra mengalami kecelakaan!" Arya mengumpat."Kita tak boleh tinggal diam! Laki laki itu bisa saja kembali ke sini dan mencelakai anak anak!" Rayhan gelisah."Aku akan minta supir pribadiku dan beberapa orang kepercayaanku untuk menjaga di sini." Arya setuju dengan ucapan Rayhan.Arya pun menghubungi Pak Man. Ia meminta tiga orang kepercayaannya untuk berada di rumah menjaga Ana dan Levin.Mendengar suara beberapa orang yang ada di luar rumah, membuat Liya penasaran dan mengintip dari balik jendela rumah."Pak Arya dan Pak Rayhan rupanya. Aku kira siapa!" Liya bermonolog.Gadis berusia belia ini membuka pintu dan mempersilahka
Mobil berhenti tepat di tempat kost Novi. David melirik ke arah Novi yang melamun sejak tadi."Kau cemburu karena calon suamimu sedang bersama dengan istrinya?" David meledek."Apa maksudmu?" Novi menyahut dengan wajah kesal."Kau seharusnya paham, jika lelaki konglomerat itu memang memiliki istri dan anak. Jadi tak perlu cemburu dengan istrinya!" seru David."Berisik!" Novi makin marah. Ia keluar dari mobil tanpa pamit.David mencebik. Ia menyalakan mesin mobilnya dan pergi dari sana. Sementara Novi di dalam kamar kost nya makin panik dan ketakutan."Bagaimana jika detektif sewaan Rayhan berhasil menemukan orang suruhanku! Tidak tidak! Aku tidak ingin berakhir di penjara! Aku harus menekan Om Dani agar aku bisa aman!" Novi bermonolog.******Arya dan Rayhan sudah sampai di rumah sakit. Petugas medis dengan cepat membawa Sandra ke ICU."Dia tenggelam tadi. Kepalanya juga terluka," ucap Arya kepada salah seorang petugas medis."Kami tidak tahu apakah dia tenggelam cukup lama atau tidak
Flashback di tempat lain."Bagaimana?" tanya Novi pada seorang lelaki yang berdiri di hadapannya."Beres. Mana bayaran untuk saya?""Ini uang untuk kamu. Tapi, dia pasti ma*ti kan?" tanya Novi sembari menyodorkan amplop coklat berisi sejumlah uang."Pasti tak selamat. Kecuali ada keajaiban. Tapi kemungkinan itu sangat tipis sekali." Si lelaki terlihat sumringah, menghitung uang yang ada di dalam amplop."Apa? Jadi masih ada kemungkinan dia bisa selamat?" "Masih ada. Tapi tipis sekali. Saya sudah melakukan survei, ke tempat tujuannya. Lokasinya sepi dan tak ada siapapun yang bisa memberikan dia pertolongan.""Ya sudah kalau begitu. Kamu segera pergi dari sini. Aku akan cari informasi mengenai keadaan terbarunya sekarang."Setelah lelaki tersebut pergi, Novi mengambil ponsel dan menghubungi Ayunda."Hallo Ma.""Kemarin Mama hubungi kamu, tapi ponselmu mati." "Iya Ma. Ada sedikit pekerj