LOGINPagi telah tiba….
Kinan mulai mengerjapkan kedua mata dengan posisi masih berbaring di bawah selimbut tebal. Dia meraba-raba posisi sebelahnya. Tersadar Kinan tidak memakai pakaian sehelai benang pun, ia mulai terbangun sambil menutupi seluruh tubuhnya dengan selimbut tebal. “Ak-u…” “Pergilah dari sini dan jangan pernah menampakan wajahmu dihadapanku lagi.” Ucap seorang pria datang dari arah kamar mandi dengan posisi sudah memakai pakaian rapih dia berjalan ke arahnya. Kinan hanya menatap kepada pria yang terlihat sangat gagah berwiba dihadapannya, dia melempar kartu hitam tepat ke arahnya membuat Kinan melongo. “Ini yang kau inginkan, kita sudah menghabiskan malam panas bersama, kau menginginkan tubuhku seharga 2 Miliyar Rupiah. Keinginanmu untuk mendapatkan uang ini sudah terpenuhi, sekarang pergilah dari tempatku dan jangan sesekali mendatangiku lagi.” Sean mulai memperingati. Hari ini istrinya akan segera pulang dia harus segera berada di kantor sebelum semua orang mulai mencurigainya. Pernikahan mereka terasa hambar di mana Sean belum kunjung di karunai seorang anak, dia di vonis tidak akan memiliki keturunan sehingga dia sudah sangat putus asa. Akan tetapi istrinya seorang model terkenal tidak mau melepaskan Sean dalam pelukannya dia berjanji akan terus berada di samping Sean dan menerima segala kekurangan. “Ta-pi…” “Apalagi yang kamu inginkan, pergilah bersihkan dirimu.” Titah Sean berulang kali memperingati. Kinan dengan berat hati langsung menggulung selimbut untuk menutupi seluruh tubuhnya, ia mulai berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri. Sean hanya bisa menarik napas panjang setelah itu dia menghubungi seseorang untuk mengurus semua permasalahannya dengan Kinan. Dia berlalu pergi meninggalkan Apartement rahasia miliknya di mana tidak ada yang mengetahui selain anak buah kepercayaannya. Akan tetapi Sean urungkan dia memilih untuk tetap menunggu Kinan, dia tidak tega meninggalkannya seorang diri. Maka dari itu dia memutuskan untuk menunggunya sampai selesai. Kinan mulai keluar dari dalam kamar mandi mengenakan handuk yang ia lilitkan pada bagian tubuhnya. “Tu-an, kau masih ada di sini?” Tanya Kinan dengan gugup terkejut melihat Sean masih ada di sana. Sean menoleh dia terkejut melihat Kinan yang begitu seksi, dia menelan saliva susah payah kemudian menatap dalam. “Kau sudah selesai?” Tanya Sean menatap kemudian mengalihkan pandangannya ke arah lain. “Tuan, saya mau bicara sesuatu.” Ucapnya. “Bicaralah.” Titah Sean sambil menyuruput kopi kesukaannya. “Tuan, semalam kau tidak menggunakan pengaman.” Ucap pelan Kinan sambil mencekal kedua tangan pada kain handuk yang dia kenakan. Wajahnya menunduk sambil memejamkan kedua mata. Sean tercekat dia menoleh ke arah Nadya yang sedang berdiri, dia menaruh gelas kopi ke atas meja kemudian berdiri dan merapihkan jas yang ia kenakan. “Apa urusanmu! Kau tidak melarangku menggunakan pengaman.” Sean berjalan ke arahnya dengan nada dingin nan menusuk. “Ta-pi…” “Untuk apa kamu menginginkan tubuhku tapi kamu banyak berpikir! Kau yang menginginkan aku dan kau juga yang khawatir. Kenapa kamu menginginkanku untuk meniduri tubuhmu?” Tanya Sean. Pria itu mendekatinya kemudian mengekang Kinan dengan kedua tangan kekarnya, Kinan memejamkan kedua mata sambil menundukan wajahnya. “Ak-u..” Kinan diam membisu bagaimana bisa dia menceritakan pengkhianatan dari sang kekasih dan orang tuanya. Dia bisa gila jika mengingat kejadian itu, hatinya sangat sakit dan kecewa. “Kenapa kamu diam saja?!” Tanya Sean menarik dagu manis Kinan dengan tatapan dalam. “Tidak, kau tidak perlu tahu alasanku menginginkan uang sebanyak itu, kau hanya cukup memberiku uang dan tidak perlu tahu urusanku.” Kinan mendorong tubuh Sean sampai pria itu terkekeh mendengar alasan klasiknya. “Baiklah, sekarang kau pergi dan jangan pernah menampakan lagi wajahmu dihadapanku. Urusan kita sudah selesai.” Sean mulai berlalu pergi meninggalkan Kinan seorang diri. “Setelah kau pergi seorang pria akan datang menjemputmu dan mengantarkan mu pulang.” Ucap kembali Sean. Belum sempat Kinan membalas Sean, pria itu sudah pergi meninggalkan dirinya, ia menoleh ke arah tempat tidur dan melihat kartu hitam pemberian Sean untuknya. “Pria itu benar-benar sangat kaya raya.” Gumam Kinan sembari berjalan lalu mengambil kartu kredit dan secarik kertas sebagai cek. Mungkin setelah ini Kinan akan mempergunakan uang ini sebaik mungkin, dia tidak akan pernah menginjakkan kaki ke rumah orang tuanya lagi. “Dia benar-benar memberikanku uang sebanyak ini.” Gumamnya sambil membalik-balikan kartu debit yang ada di tangannya. ——- Beberapa saat kemudian, Kinan memutuskan untuk mencari tempat tinggal, uang yang ia dapat sangat banyak sehingga dia akan mencari tempat sebelum dirinya pergi dari Indonesia. Mungkin Kinan harus mengurus surat dan Pasport, tapi sebelum itu Kinan terpaksa harus pulang ke rumahnya untuk mengambil berkas-berkas penting. Sekarang Kinan sudah berada di dalam mobil yang pria itu janjikan. Drrrttt…. Bunyi ponsel berbunyi dan ternyata Inggrit yang menghubunginya, akan tetapi Kinan berusaha mematikan sambungan telephone hingga membuat Inggrit kesal. “Anak durhaka, semalam dia tidak pulang ke rumah ini! Ke mana dia pergi, dari mana dia bisa mencari tempat tinggal sementara dia tidak punya uang. Lihat saja kalau sampai anak itu pulang, aku tidak akan segan-segan menghabisinya. Dia bahkan sudah berani menolak sambungan telephone ku, dasar anak tidak tahu diri.” Inggrit menjerit dia tidak suka karena Kinan tidak memberikan uang kepadanya. “Biarlah hubungan mereka rusak, aku sengaja mengajak Gio dan mengirim pesan kepada Kinan supaya dia melihat aku dan kekasihnya berhubungan.” Ucap Inggrit sambil tertawa penuh kepuasan. Tidak berselang lama Kinan berada di ambang pintu, dia melayangkan tangan untuk mengetuk pintu, tarikan napas berat membuatnya sangat sesak. Tok… tok… tok Pintu terbuka kedua mata terbelakak kaget dia sangat terkejut Kinan tiba-tiba mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari orang tuanya sampai wajah dan tubuh Kinan basah kuyup karena Inggrit menyiram tanpa perasaan. “Anak durhaka!”“Duduklah, tunggu sebentar aku punya sesuatu untukmu.” Ucap Sean ia langsung pergi entah ke mana yang jelas Kinan bisa bernapas lega. Ia langsung berjalan ke arah sofa dan segera merapihkan diri. Sementara Siska datang ia terkejut ternyata Kinan ada di ruangan Sean, Siska memincingkan wajah melihat Kinan tengah duduk tenang di atas sofa. Selama ia bekerja di perusahaan Sean, ia tidak pernah duduk sesantai ini di ruangan kerjanya. Sementara Kinan yang baru satu minggu bekerja sudah seenaknya saja, Siska emosi hatinya terbakar api cemburu. “Bagus sekali kamu duduk manis di sini!” Siska menghampiri menatap tajam ke arah Kinan yang sedang menunggu Sean.“Eemm… anu saya…” “Jangan pernah membela dirimu sendiri, Kinan semakin hari kamu semakin tidak tahu diri. Asal kamu tahu Pak Sean sudah memiliki istri dan akan melahirkan anak pertama mereka. Stop jangan pernah mendekatinya lagi kamu hanyalah sampah baginya.” Siska tertawa kecil.Sean datang ia sangat emosi saat Siska bicara yang tidak
Dua minggu telah berlalu, Kinan tengah membereskan laporan yang akan di berikan kepada Sean. Ia menghabiskan waktu sampai tidak istirahat supaya Kinan bisa langsung pulang dan menjengkuk orang tuanya. Ting… Kinan mendapat pesan dari Ingrit di mana ia harus segera mendapatkan uang untuk membayar biaya rumah sakit. Hatinya sangat sedih sekali bahkan Kinan belum sempat membahas persoalan ini kepada Sean karena ia tahu dirinya tidak mau merepotkan Sean dan memanfaatkannya. “Bagaimana ini, pihak rumah sakit sudah memberi keringanan memberikan operasi terbaik walau pun aku belum membayarnya. Sekarang biayanya bertambah di mana aku harus segera melunasi biaya rumah sakit Mamah seharga 300 juta.” Batin Kinan.Ia segera membawa berkas-berkas yang harus di tanda tangani dan di cek oleh Sean. Karena sebentar lagi ia akan pulang dan membicarakan permasalahan ini kepada Ingrit bahwa dirinya belum bisa mendapatkan uang sebesar itu. Kemungkinan besar Kinan akan ijin telat datang ke rumah sakit. T
Sean datang membawa minuman untuk Kinan, ia melihatnya sangat lemas sekali membuat Sean sangat khawatir tentang keadaannya yang tiba-tiba saja pingsan. “Kenapa aku ada di sini?” Tanya Kinan menatapnya. “Kamu di temukan tergeletak di dekat meja, kenapa kamu tidak menghubungiku kalau kamu sakit?” Tanya balik Sean. Kinan meneguk air putih pemberian Sean kemudian ia menghela napas panjang, keadaannya tidak pernah seperti ini. Tapi Kinan sangat lelah sekali setelah semalaman dia begadang menjaga orang tuanya. Kinan mendadak diam membisu ia ingin sekali meminta pertolongan Sean untuk meminjam uang, hanya saja dia tidak berani mengatakannya. “Hmm… aku baru saja sehari bekerja tidak enak juga meminta ijin,” jawabnya. Sean terkekeh ia menarik dagu Kinan secara perlahan setelah itu ia mendekatkan diri membuat Kinan sangat gugup menatapnya. Jantungnya kembali berdetak lebih cepat, walau pun usia mereka sangat jauh tapi Sean tidak terlihat tua. Dia sangat tampan sekali apalagi kedua b
“Kinan.” Suara lirih dengan napas terengah terdengar jelas di daun telinga Kinan. Kini orang tuanya tidak berdaya, di mana beberapa bulan lalu mereka bertengkar hebat dan Kinan meninggalkannya seorang diri. Karena merasa sangat kecewa Kinan sampai-sampai tidak pernah ingin melihat keadaan Ingrit lagi, tapi malam ini Kinan benar-benar melihatnya tidak berdaya. Kemungkinan besar Kinan akan berjaga dan bermalam di rumah sakit, ia tidak menyangka Ingrit menderita penyakit keras sehingga dia membutuhkan uang sebanyak 200 juta untuk melakukan operasi. Kinan merasa sangat bingung sekali ia tidak tahu harus mencari ke mana uang sebanyak itu, tapi Kinan akan terus berusaha mencarinya demi orang tuanya yang kini hanya seorang diri.“Mamah tenang saja, Kinan akan bermalam di sini. Sekarang istirahatlah!” Titahnya sambil tersenyum menggengam tangan Ingrit. Sebagai orang tua Ingrit mulai berpikir kesalahannya di masa lalu membuat runtuh keluarga mereka, hanya karena Ingrit mencintai Gio pacar an
Kinan akhirnya pulang ke tempat Kost tanpa memberitahu Sean, ia hanya memberi alamat palsu supaya dia tidak mengikutinya. Sesampainya di kamar Kinan langsung meletakan tas kerja kemudian menoleh ke arah jam dinding yang tengah menunjukan pukul 15.04. Ia menarik napas secara perlahan kemudian menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur, Kinan memejamkan kedua mata sambil menggelengkan kepala. Kemudian ia membuka mata secara perlahan dan melihat langit-langit kamar lalu tersenyum kecil. Walau pun dia sudah berusaha menghindar dan memberontak untuk menghindari Sean dari hidupnya, tapi takdir berkata lain dia malah masuk ke dalam hidupnya lebih dalam. Sekarang setiap hari Kinan akan bertatap muka dengannya, padahal ia sudah bersusah payah untuk melupakannya. “Kenapa harus dia! Dan kenapa pula aku tidak bisa melupakan perasaanku kepadanya.” Gumam Kinan ia menghela napas berat dan segera beranjak dari tempat tidur. Kinan duduk sambil dengan tatapan lelah, malam ini ia harus masuk kuliah
Di dalam perjalanan Kinan hanya diam membisu dia harus mencari ide untuk mengelabui Sean supaya dia tidak mengetahui tempat tinggalnya. Untung saja Kinan mencantumkan alamat rumah lama saat ia melamar ke perusahaan miliknya. “Di mana rumahmu? Seminggu ini kita putus komunikasi,” ujar Sean sambil terus menatap ke arah jalanan.“Turunkan saya di sini,” pinta Kinan dengan tatapan penuh ke arah Sean.Ckiitt… Sean langsung menghentikan laju kendaraannya membuat Kinan tersentak kaget karena mobil itu tiba-tiba saja ngerem mendadak.“Apa yang kamu lakukan!” Kinan berdecak kesal karena tubuhnya sedikit terbanting membuatnya marah sambil menoleh ke arah sebelah kanan.“Sebagai bawahan kamu harus menuruti apa yang saya perintahkan.” Ucap Sean dengan ancaman kecilnya.Namun, Kinan masih diam membisu ia enggan mengeluarkan sepatah kata, kedua matanya memutar bola mata malas. Hatinya sangat geram sekali padahal Sean masih memiliki istri di rumah tapi dia terus mengejarnya.“Hubungan kita hanya se







