Share

Sebotol Obat

Author: Mommykai22
last update Last Updated: 2025-02-07 08:55:53

Louis meneguk minumannya di sebuah klub malam itu. Pikirannya kusut, rasanya ia hampir gila setelah menjadi pria brengsek yang beristri dua. Bahkan, dalam mimpi pun, Louis tidak pernah membayangkan akan punya dua istri.

Louis mencintai Indira hingga ia tidak peduli sekalipun wanita yang sudah dinikahinya selama tiga tahun itu divonis mandul. Tapi sialnya, ambisi Indira untuk punya anak demi mendapat warisan membuat semuanya kacau seperti ini.

"Seharusnya sejak awal aku tegas dan menolak pernikahan ini!" geram Louis sambil kembali meneguk minumannya sampai tandas.

Baru saja Louis akan memanggil pelayan untuk mengisi lagi gelasnya saat ia melihat seorang wanita yang familiar di meja sudut.

Cahaya remang-remang membuat tatapannya tidak jelas, tapi entah mengapa Louis masih bisa mengenali wanita itu.

Hanna.

Tidak sendiri, tapi bersama seorang pria yang memberikan sebuah kartu padanya. Louis pun makin membelalak saat melihat pria itu memeluk dan mencium pelipis Hanna.

"Indira benar-benar sudah salah memilih wanita murahan itu!" geram Louis lagi yang langsung melangkah mendekati Hanna.

"Baru saja menikah tapi kau sudah selingkuh dariku, Hanna?" seloroh Louis penuh kebencian setelah kekasih Hanna pergi dari sana.

Hanna melonjak kaget. Saat ia menoleh, ia pun mematung tidak percaya melihat Louis di tempat seperti ini. Penampilan pria itu kacau tidak rapi seperti biasanya, tapi tatapan pria itu masih sama tajamnya sampai membuat jantung Hanna memacu tidak karuan.

"P-Pak Louis?" sapa Hanna terbata.

"Kau terkejut karena aku memergokimu, hmm? Jadi ini pekerjaan sampinganmu selain menjadi asisten istriku? Merayu pria sampai mereka memberimu kartunya seperti barusan?"

Hanna menahan napasnya sejenak. "Anda salah sangka, Pak. Tadi itu ...."

"Aku tidak peduli siapa pria tadi, Hanna! Entah dosa apa yang sudah kulakukan sampai aku harus berurusan dengan wanita sepertimu! Tapi aku masih memberimu kesempatan!"

Louis mempersempit jarak antara mereka dan langsung mencengkeram rahang Hanna sampai wajah wanita itu mendongak menatapnya.

"Katakan pada Indira kau mau bercerai! Hentikan semua kegilaan ini lalu segera mengundurkan diri dari perusahaan!"

Louis makin mendekatkan wajahnya. "Atau kau akan merasakan neraka buatanku karena sudah berani masuk ke dalam rumah tanggaku, Wanita Murahan!"

Louis menatap Hanna sedikit lebih lama, sebelum ia melepaskan wajah Hanna dengan kasar dan pergi dari sana.

Hanna yang masih syok pun hanya bisa menganga menatap punggung Louis dengan perasaan yang tidak karuan. Hanna menelan salivanya, tatapannya berkaca-kaca.

Rasa sakit akibat penghinaan yang Louis lakukan di kamar pengantin mereka tadi saja masih membekas, tapi sekarang, Hanna sudah harus menghadapi penghinaan Louis yang lain.

Air mata Hanna menetes tanpa sadar, tapi ia segera menghapusnya dan pergi dari sana.

Namun, Hanna tidak punya tenaga lagi untuk kembali ke rumah sakit malam itu dan Hanna hanya terduduk lunglai di lantai kamarnya begitu lama.

"Apa yang harus kulakukan? Apa aku harus menuruti Pak Louis saja demi ketenangan hidupku? Tapi bagaimana bisa tenang kalau sewaktu-waktu Gio harus berjuang antara hidup dan mati?"

"Lagipula kau sudah menandatangani kontrak gila itu, Hanna! Tidak ada jalan kembali! Ya, tidak ada jalan kembali! Demi Gio!"

Hanna menguatkan dirinya. Ia tidak mau ragu lagi dengan langkah yang sudah ia ambil, walaupun sepanjang tidurnya, air matanya tidak berhenti mengalir.

*

Hanna bangun terlambat keesokan harinya sampai ia begitu panik dan buru-buru berangkat ke kantor. Hanna pun langsung disambut oleh kemarahan Indira di ruang kerja bosnya itu.

"Aku tidak membayarmu untuk gagal, Hanna!"

"M-maafkan aku, Bu. Aku ...."

"Aku tidak mau mendengar alasan! Kau sudah menandatangani kontrak itu! Aku akan memberikan uangnya setelah kau tidur dengan suamiku, jadi kalau kau berani melanggar kesepakatan ini, bukan hanya nyawa adikmu taruhannya, tapi aku juga akan membawa ini ke jalur hukum!"

Lagi-lagi Hanna tertekan, tapi ia hanya bisa mengangguk pasrah.

"Aku tidak akan lupa, Bu. Aku hanya ... aku hanya sedang memikirkan cara lain tanpa harus tidur bersama. Apa boleh kita menggunakan cara lain seperti bayi tabung, Bu? Mungkin ... Pak Louis jijik padaku." Hanna memberanikan dirinya sampai Indira tertawa kesal mendengarnya.

"Kau sudah mulai berani mengaturku, hah? Aku tidak mau bayi tabung, aku mau yang alami dan harus cepat sebelum kau melewatkan masa suburmu!"

Tentu saja Indira sudah mengajak Hanna memeriksakan kesuburannya sebelum tanggal pernikahan ditetapkan dan Indira menginginkan semuanya berjalan dengan cepat.

"Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi, Hanna! Aku butuh keturunan segera sebelum ayahku mewariskan semuanya pada kakakku!" geram Indira lagi.

Ayah Indira yang otoriter hanya akan mewariskan perusahaan pada anak yang bisa memberinya keturunan. Dan Indira tidak akan membiarkan kerja kerasnya selama ini dimiliki oleh orang lain. 

Indira pun menatap Hanna penuh rencana dan sebuah senyuman licik terbit di wajahnya. "Tapi jangan khawatir karena setelah merayu suamiku dengan piyama satin gagal, aku sudah menyiapkan rencana lain yang tidak mungkin gagal."

Indira langsung mengeluarkan sebuah botol kecil obat dari dalam tasnya.

"Ambil ini, Hanna!"

Hanna mengernyit menatap botol kecil obat di tangan bosnya itu. Dengan ragu, Hanna menerimanya dan makin mengernyit melihat botol yang tidak ada label namanya sama sekali itu.

"Apa ini, Bu?"

"Itu obat yang dibutuhkan Louis untuk bisa membuatmu hamil."

Hanna masih mengernyit, tidak yakin dengan maksud Indira. Namun, tidak lama kemudian, ia membelalak saat menyadari bahwa obat yang ia pegang ini pasti adalah obat perangsang. Jantung Hanna pun langsung memacu kencang.

"Pada acara perusahaan besok, masukkan obat ini ke dalam minuman Louis dan lakukan apa yang harus kau lakukan, Hanna!"

Indira menjeda ucapannya, sebelum ia kembali berbicara. "Tidurlah dengan suamiku dan pastikan kau segera hamil anaknya!"

**

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gairah sang Pengganti: Berbagi Suami dengan Bosku   Buket Bunga di Pelukannya

    "Wedding kiss yang heboh sekali. Haha. Sekali lagi selamat untuk kalian, Refi dan Susan." "Haha, Susan ini membuatku malu. Dia menciumku heboh sekali!" protes Refi. "Tapi kau juga suka kan?" Susan tersenyum gemas. Semua yang mendengarnya terkikik. Semua orang memberikan selamat sekali lagi pada Refi dan Susan setelah pemberkatan nikah berakhir. Mereka lanjut menjamu para undangan makan bersama. Refi pun membawa Susan bersamanya untuk dikenalkan pada semua anggota keluarganya. Begitu juga Susan melakukan hal yang sama. Louis juga menemani Refi menyapa beberapa klien yang diundang. Mereka begitu sibuk dengan tawa dan obrolan yang hangat. Sementara Tama sendiri sudah gelisah menatap sekelilingnya. Elva juga diundang, tapi sampai pemberkatan nikah selesai, wanita itu belum muncul juga. Tanpa ia ketahui, Elva masih menjadi Cassa dan ia harus live tadi saat pemberkatan nikah dilakukan. Selesai live, Cassa pun langsung berdandan dengan gaunnya. Ia tidak sempat mengeriting rambutnya d

  • Gairah sang Pengganti: Berbagi Suami dengan Bosku   Akhirnya Menikah

    "Jangan dengarkan ucapan Gio, dia suka ngawur." Tama mendadak salah tingkah di depan Elva, padahal Elva tidak bertanya apa-apa. Gio pun tidak pernah menyebut nama Elva. Elva sendiri hanya mengangguk malu. "Tidak apa, Pak. Tapi aku baru tahu ternyata Anda lucu sekali, padahal di kantor, Anda terlihat menyeramkan." "Ah, bukankah kita tidak boleh menilai seseorang dari penampilannya kan? Ya begitulah aku!" Elva mengangguk dan kembali tersenyum. Baru saja Tama ingin bicara lagi, tapi Gio sudah berlari menghampiri Elva. "Kak Elva, ayo main sama Gio!" "Eh, mau main apa, Gio?" "Ayo temani Gio saja!" Gio langsung menarik Elva bersamanya sampai Tama rasanya kecewa sendiri melihat Gio mengambil Elva darinya. "Dasar anak kecil sialan! Tidak lihat apa aku sedang mengobrol dengan Elva?" gumam Tama kesal. Namun, mendadak Tama mematung lagi melihat bagaimana reaksi Elva saat menemani Gio bermain. Elva berlari kecil saat Gio memintanya berlari. Elva tertawa saat Gio tertawa. Elva juga ber

  • Gairah sang Pengganti: Berbagi Suami dengan Bosku   Mulut Besar sang Adik

    "Ajak Elva ke pesta di rumah baruku hari Minggu besok, Tama." "Apa? Untuk apa aku mengajak Elva?" "Biar lebih ramai.""Keluargamu saja sudah terlalu ramai, Samuel. Tidak usah mengajaknya!" Beberapa hari sudah berlalu sejak Samuel kembali bekerja dan Samuel makin melihat kedekatan Tama dengan Elva. Sebagai seorang sahabat, Samuel pun berusaha makin mendekatkan mereka karena memang sudah waktunya Tama mendapatkan pasangan. Hanna sendiri juga terus meminta Samuel mengenalkan wanita untuk Tama. "Hei, aku yang punya pesta dan aku mau mengundang Elva, jadi kau harus datang membawanya besok." "Ya ampun, kau ada-ada saja, Samuel!" Tama mengomel, tapi jantungnya juga berdebar kencang karena untuk pertama kalinya, keluarga Samuel yang sudah ia anggap seperti keluarganya sendiri akan melihat Elva. Tapi baiklah, Tama akan mengenalkan Elva sebagai asistennya. Toh, sama seperti Refi yang juga selalu ikut Louis dalam setiap acara keluarga. Tama pun mencari waktu siang itu dan mengajak Elva b

  • Gairah sang Pengganti: Berbagi Suami dengan Bosku   Perasaan yang Berbalas

    "Akhirnya kau pulang juga, Samuel!" "Apa kabar, Tama? Haha!" "Semuanya baik. Apa kabar, Nadine?" "Baik juga. Tapi silakan mengobrol, aku akan meninggalkan kalian di sini." Tama akhirnya baru sempat datang ke rumah Samuel malam itu untuk menyambut sahabatnya itu. Nadine pun meninggalkan keduanya di pinggir kolam renang untuk mengobrol bersama. "Jadi bagaimana pekerjaan dan proyel-proyek kita?" "Semuanya sangat lancar. Aku sudah menyiapkan semua laporannya agar kau bisa memeriksanya besok." "Kau memang yang terbaik, Tama." "Tapi kalau ada waktu, aku mau mempertemukanmu dengan teman-temanku yang mendadak mendapat hidayah dan ingin bekerja halal." "Teman-temanmu yang dulu itu? Wow, itu hebat sekali, Tama. Tentu saja aku mau bertemu mereka. Aku yakin mereka sama hebatnya denganmu, hanya mereka belum menemukan jalannya yang tepat." "Ya, aku juga lega sekali mendengarnya. Dan semoga mereka bisa berhasil juga." "Itu pasti! Nanti kita akan atur jadwalnya. Lalu bagaimana dengan Elva,

  • Gairah sang Pengganti: Berbagi Suami dengan Bosku   Kepulangan yang Dinantikan

    Tama memimpikan Elva malam itu. Asisten cantiknya itu berdiri di depannya tanpa kacamata, tanpa rambut keriting, dan tanpa bintik-bintik di wajahnya. Elva tersenyum padanya sampai membuat jantung Tama berdebar begitu kencang. Wanita itu terus mendekat dan mendekat, lalu memeluk leher Tama. Jantung Tama pun makin berdebar kencang saat wanita itu memajukan bibirnya. Elva akan menciumnya. Tama harus menerima atau menolak. Di satu sisi, Tama bosnya Elva. Tapi di sisi lain, Tama juga menginginkannya. Tama tidak bisa berpikir, tapi ia memejamkan matanya. Persetan dengan bos dan asisten, Tama ingin mencium Elva juga. Tama pun memejamkan matanya dan akhirnya memajukan bibirnya lalu mereka berciuman begitu heboh. "Kak Tama! Kak Tama! Mengapa menciumi guling? Kak Tama!" Suara teriakan Gio langsung membuat Tama tersentak kaget dan membelalak. "Apa? Apa? Ada kebakaran? Mengapa harus berteriak?" omel Tama kaget. "Apa yang kau lakukan di sini, Anak Kecil?" tanyanya lagi saat melihat Gio ber

  • Gairah sang Pengganti: Berbagi Suami dengan Bosku   Menyukainya

    Sejak makan siang berdua, Tama benar-benar melihat Elva dengan cara berbeda. Ia sudah tidak pernah mengatai asistennya itu jelek. Malahan, tatapan Tama tidak pernah berhenti mencari Elva sepanjang hari. Terkadang saat rapat, tatapan mereka akan diam-diam bertemu. Saat sedang makan siang dengan klien pun, Tama selalu berusaha mencuri pandang pada Elva. Bahkan, tidak terhitung berapa kali Tama membuat alasan agar ia bisa berdua saja dengan asistennya itu. Begitu juga Elva yang makin jatuh cinta pada Tama dan mulai lebih berani menunjukkan rasa tertariknya. Seperti sore itu, saat Elva mengetuk pintu ruangan Tama untuk mengantarkan kopi. "Selamat sore, Pak. Aku mengantarkan kopi untuk Anda." Tama sampai kaget sendiri. "Mengapa kau yang mengantarkan kopinya ke sini?" Elva mengulum senyumnya tersipu. "Kebetulan aku melihat office girl sedang sibuk. Karena itu, aku yang membuatkan kopinya.""Bahkan kau juga yang membuat kopinya?" Tama menganga tidak percaya, tapi ia benar-benar ingin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status