Share

Alasan

"Gladis bangun sayang, ini udah jam 6 loh, kamu kan harus siap-siap ke sekolah." Reta sudah berdiri sejak sepuluh menit yang lalu di depan kamar putri bungsunya itu. 

Liberta atau yang biasa dipanggil reta saat ini sedang berdiri sambil menggedor-gedor pintu kamar putri bungsunya. merasa tak ada jawaban yang diberikan putrinya membuat reta kebingungan.

"Kok gak dijawab ya, gak biasanya Gladis susah bangun begini," gumamnya cemas.

Karena cemas Reta akhirnya memutuskan masuk ke kamar putrinya yang untung saja tak dikunci.

"Gladis ... bangun nak, kamu gak sekolah? ini sudah jam 6 loh?" tanya Reta sambil mengusap-ngusap kepala anaknya.

"Hmm ... Gladis hari ini gak sekolah ya, Ma, soalnya Gladis ngerasa gak enak badan," ujarnya dengan lemas yang dibuat-buat.

Reta menempelkan punggung tangannya ke dahi Gladis, namun yang dia rasakan adalah normal.

"Tapi, badan kamu gak panas loh sayang?" tanya Reta bingung. 

"Tapi Gladis ngerasa lemes banget Ma, kepala Gladis juga pusing." ucap Gladis masih berusaja terlihat lemaa. 

"Tapi kamu kelihatan sehat sayang,  gak nampak pucat atau sakit." Reta masih heran mengapa putri bungsunya ini merasa sakit padahal suhu badannya normal. 

"Maa ... sakitnya itu di dalam bukan diluar, cuma Gladis yang paham rasanya," lirih Gladis

"Yaudah deh kalau gitu, kamu istirahat saja nanti Mama telepon wali kelas kamu buat ngasih tau kalau kamu sakit, mama kebawah dulu mau buatin bubur, kamu mau kan?" tanya Reta yang dibalas anggukan lemah oleh Gladis. 

Setelah mamanya keluar, Gladis terduduk cepat lalu menarik nafas sembari tersenyum lega.

"Fiuuuhh ... selamat," ucapnya dengan lega.

Tiba-tiba Gladis merasa hp nya bergetar, nampak sebuah notif dari seseorang yang membuat Gladis kesal bukan main. Lady, gadis itu mengirim pesan pada Gladis. 

"Gue ada di lantai bawah, kita berangkat bareng, buruan turun lo harus sekolah gak ada alasan sakit. GUE TAU LO BOHONG. Lo harus nepatin janji lo, jangan jadi loser! Gue tunggu di bawah, buruan turun sekarang!"  begitulah isi pesan yang dikirimkan Lady. 

"LADY .... " geram Gladis. 

Demi dewa dan dewi yang ada di langit, Gladis betul-betul kesal hingga moodnya berubah menjadi buruk padahal ini masih pagi. Baru saja Gladis bernafas lega karena mamanya mengizinkan dia untuk tidak sekolah hari ini, tapi Lady harus menghancurkan kebahagiaan itu.

Dengan kecepatan super kilat, 20 menit Gladis sudah rapi dengan seragam dan sepatu sekolahnya. Ia bercermin sekali lagi untuk memastikan penampilannya. Seburuk apapun moodnya, dia akan tetap memperhatikan penampilannya, karena baginya penampilan sangat penting.

"Perfect," gumannya pada diri sendiri. Setelah dia memakai parfum dan jam tangannya, ia bergegas mengambil tas diatas meja belajar lalu segera turun kebawah untuk sarapan.

Sesampainya ia di bawah ia melihat mamanya sedang sarapan bersama papanya dan Lady.

"Pagi Ma," sapanya dengan mencium pipi kanan dan kiri mamanya, lalu dia beranjak mendekati papanya, "Pagi Pa," lalu dia mencium pipi kanan dan pipi kiri papanya yang dibalas dengan papanya yang mengacak gemas rambutnya.

"Ihh, papa kan jadi berantakan rambut Gladis," ucap Gladis dengan pura-pura kesal.

"Iya sayang sini papa rapiin lagi rambutnya," ucap papanya lembut seraya memperbaiki rambut putri bungsunya itu.

"Makasih Papa," ucap Gladis dengan tersenyum manis. 

"Sama-sama sayang." Gladis segera menduduki kursi di sebelah Lady untuk sarapan. 

"Semangat ulangan nanti ya sayang. Sakit-sakit begini sampai rela masuk sekolah demi nilai," ucap mamanya yang membuat kening Gladis mengkerut.

"Ulangan? Gladis rasa hari ini gak ada ulangan maa," Jawab Gladis. 

Mama dan papa Gladis dibuat bingung oleh jawaban Gladis. 

"Loh tadi kata Lady ada ulangan," ucap Reta kebingungan. 

Ucapan mamanya membuat Gladis segera menatap Lady dengan raut wajah kebingungan, Lady yang gelagapan pun berusaha tenang seraya berfikir keras agar mama dan papa Gladis tidak curiga.

"Emang ada ulangan ya, Lad?" tanya Gladis dengan wajah polosnya.

"Masa lo lupa sih, Dis, kan hari ini kita ada ulangan fisika," ujar lady sambil tertawa dipaksakan sambil memberi kode ke Gladis agar mengiyakan.

Gladis yang faham pun akhirnya mengangguk lesu.

"Oh, iya Ma hari ini Gladis ada ulangan fisika," jawabnya dengan lesu.

"Nah, mungkin efek karena lagi sakit makanya sampai lupa," sahut Albert-papa Gladis. 

Gladis hanya tersenyum sedikit untuk membalas ucapan papanya itu. 

"Loh, sayang, biasanya kamu kalau bahas soal fisika semangat banget, tapi ini enggak, apa karena lagi sakit ini, ya? kalau kamu gak kuat gak usah dipaksain nak, kamu kan bisa ulangan susulan," jawaban mamanya sontak membuat Gladis semakin lesu. 

"Andai mama tau kalau Gladis begini bukan karena sakit tapi karena takut," batin Gladis.

"Dis, kok malah bengong nak, kalau emang gak kuat gak usah dipaksain sayang," ujar mamanya penuh perhatian.

"Gladis kuat kok Ma," ujar Gladis dengan senyum yang dipaksakan.

"Yaudah, kalau kamu masih tetap mau sekolah, kamu harus sarapan yang banyak biar kuat," ucap Reta. 

Gladis membalas dengan anggukan dan senyum manis. Sementara Lady hanya diam dengan sarapanya, dia merasa menjadi orang yang bersalah disini. 

"Gladis sama Lady berangkat ke sekolah dulu ya, Ma, Pa. Udah siang juga, takut telat nanti," ucap Gladis lagi Setelah menghabiskan sarapannya.

"Iya sayang,'' balas Reta. 

"Iya hati-hati sayang," balas Albert.

Gladis dan Lady segera menaiki mobil Lady untuk berangkat ke sekolah. 

"Jago juga akting lo pura-pura sakit," ujar Lady dengan nada mengejek yang dibalas tatapan tajam dari Gladis. 

"Kenapa tantangannya harus seribet ini Lady gagak!" geram Gladis sembari mengepalkan tangannya erat. 

"Demi lo juga, jadi santai aja." Lady berucap santai sambil menjalankan mobilnya keluar pagar rumah Gladis. 

"Kalau dia nolak gue, gimana?" tanya Gladis lirih. 

"Coba dulu, jangan langsung negatif thingking gitu," jawab Lady. 

"Gue nanya kalau dia nolak gue gimana? Itu kan bisa aja terjadi, secara dia sama gue itu engga saling kenal, mana mau dia pacaran sama orang yang engga dikenal," ucap Gladis sedikit emosi. 

"Ya, kalau dia nolak lo karena kalian engga saling kenal, berarti lo harus berusaha lebih supaya bisa kenal dia," jawab Lady santai yang semakin membuat Gladis emosi. 

"Lo ngomong gampang banget, ya. Coba lo jadi gue, ngerasain malunya, mau gak lo? Engga mau, 'kan?" tanya Gladis emosi.

"Mau kalau demi cinta gue," jawab Lady santai. 

"Terserah lo Lady gagak," ucap Gladis marah.

"Ya, marah. Gitu doang masa marah, Dis? Gue becanda doang kali, gue santai supaya lo juga bawa santai. Engga usah dipikirin banget, setidaknya lo udah berjuang, engga akan ada penyesalan nantinya kalau lo lihat dia dengan cewek baru. Kalau nanti dia nolak lo, berarti lo harus berhenti berharap dan menyukai dia dalam diam di kejauhan, lupain dia supaya hati dan pikiran lo tenang, masih banyak yang lain yang nerima lo, Dis. Suka boleh, bodoh jangan. Lo pintar, lo cantik, lo baik, lo sempurna, stop berharap di kejauhan." Lady berusaha berbicara dengan bijak agar Gladis mengerti. 

"Gue udah tenang selama ini, lo aja yang tiba-tiba ngasih tantangan kayak begini yanh ngebuat hidup gue serasa berantakan, ribet banget asli," ujar Gladis kesel. 

"Jangan marah-marah gitu, masih pagi loh," jawab Lady ngelantur. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status