Share

Pertengkaran

Author: Merry Heafy
last update Huling Na-update: 2023-09-15 22:05:18

#3

"Mama udah pulang?" sambut Lily begitu Alma masuk ke kamar. Gadis kecil itu sedang asyik menggambar rupanya.

Alma tersenyum, berusaha menghilangkan jejak kesedihan akibat perlakuan Bu Kamila dan suaminya tadi. Sungguh, Alma sangat tidak ingin terlihat menyedihkan di hadapan putrinya. Sehingga mau tak mau, Alma memaksakan senyum di wajahnya.

"Iya, Sayang. Kamu udah mandi, Nak?" tanya Alma sembari berjalan menghampiri bocah kecil itu. 

"Udah tadi, Ma. Aku bosan, jadinya aku di kamar dan menggambar saja. Oma dari tadi seperti nggak mau diganggu," jawab Lily dengan ekspresi polosnya. 

"Oh ya? Memangnya Oma gimana hari ini, Nak?" tanya Alma mengernyit heran. Sebab pagi tadi sebelum berangkat kerja, mama mertuanya masih bersikap biasa saja bahkan tidak terlihat jika sedang kesal padanya. 

"Iya gitu, Ma. Oma tadi waktu jemput aku dari sekolah mulai uring-uringan gitu. Nggak tahu kenapa, jadinya Lily gak mau main sama Oma," tutur Lily. Tampak kejujuran terlihat dari wajah polosnya. Sudah pasti apa yang dikatakan Lily bukanlah kebohongan, karena anak itu tidak dibiasakan berbohong. 

"Sebenarnya apa yang terjadi sama Mama, ya," gumam Alma pelan nyaris tak terdengar. Firasatnya berkata jika ada seseorang yang mungkin mengompori mertuanya. Tetapi, entah siapa. Berburuk sangka pun rasanya tidak baik.

"Mama ngomong apa?" tanya Lily ketika mendengar gumaman tak jelas dari mulut Alma.

"Ah, jangan diambil hati ya, Nak. Mungkin aja Oma lagi jelek moodnya. Lily juga gitu kan kalau lagi badmood?" goda Alma berusaha mencairkan suasana, tanpa memberitahukan gumamannya tadi.

"Iya ya, Ma. Hmm, Lily laper Ma. Tadi Lily cuma makan biskuit aja buat ganjal perut." Lily berkata sambil mengelus perut kecilnya.

"Oh ya ampun. Maaf ya, Sayang. Harusnya sepulang kerja tadi mama langsung pulang aja kalau kamu kelaparan begini," ucap Alma merasa bersalah.

"Gak apa kok, Ma. Aku juga lapernya baru dikiiiitt," seloroh Lily dengan wajah lucunya, hingga membuat Alma mengulas senyum tipis.

"Ya udah, mama siapin makanan buat kamu dulu ya, Sayang. Sebentar," ucap Alma. 

Sebenarnya, Alma masih sangat malas jika harus turun dan harus berpapasan lagi dengan Bu Kamila maupun Reno di lantai bawah. Tapi, bagaimanapun juga Alma tidak bisa mengabaikan Lily yang sedang kelaparan. 

Alma pun menuju ke kamar mandi yang letaknya masih di kamar. Mencuci muka sekadarnya, lalu mengganti baju rumahan yang nyaman dipakai.

Saat Alma baru saja menuruni dua anak tangga, Reno terlihat datang dan mau tak mau Alma berpapasan dengannya.

"Kamu mau ke mana?" tanya Reno dengan tatapan menyelidik ke arah sang istri. 

"Aku mau ke dapur, nyiapin makanan buat Lily," sahut Alma tanpa menoleh ke arah Reno. Ia masih kesal dengan sang suami yang terkesan tidak mau mendengarkannya. 

"Malam nanti kita bicarakan masalah tadi, Alma," ucap Reno datar. Lalu, pria itu melangkah melewatinya dan Alma tebak tujuannya adalah kamar. Alma mendengus pelan. Dia harus menyiapkan mentalnya jika nanti malam harus berdebat dengan Reno.

Alma pun memilih untuk tak menanggapi ucapannya. Percuma saja, karena menurutnya Bu Kamila pasti sudah berbicara dengan Reno tentang kejadian tadi menurut versinya. 

*

Alma meneruskan langkah kaki, dan akhirnya sampai di tempat yang dituju. Dengan gerakan cepat, dia mulai mengeluarkan bahan-bahan masakan yang disimpan di kulkas, dan mulai meraciknya sebagai menu makan malam untuk seluruh keluarga. 

Karena tidak tinggal terpisah, Alma juga memasakkan lauk untuk Bu Kamila. Saat sedang sibuk berkutat di dapur, Alma mendengar mama mertuanya terus mengoceh dan membahas masalah tadi. 

Awalnya, Alma memilih diam, dan tetap melanjutkan aktivitas memasak. Alih-alih tersulut dengan ocehan Bu Kamila yang kian membuat telinganya panas. 

"Orang miskin emang nggak tahu tata krama. Ada orang tua bicara malah didiemin!" celetuk Bu Kamila tiba-tiba. 

Entah sejak kapan wanita paruh baya itu sudah berdiri tepat di samping Alma, hingga rasanya celetukan itu terdengar menyakitkan hatinya sepuluh kali lipat. 

Berkali-kali Alma menarik dan membuang napas, demi menetralkan setiap emosi yang mulai merasuki jiwa. 

"Saya gak akan ikhlas, dan gak ridho ya Alma. Uang anak saya habis buat ngumrohin ibumu itu!" ucapnya lagi semakin menjadi.

"Cukup, Ma! Berapa kali aku harus bilang kalau Ibu berangkat umroh bukan memakai uang pemberian Mas Reno!" sergah Alma tak tahan lagi jika hanya diam dan membiarkan Bu Kamila dengan pikiran liarnya.

"Kalau bukan dari Reno, terus dari mana lagi. Apa ibumu menjual diri, hah! Saya tahu kamu juga kerja, tapi saya yakin gajimu nggak sebanyak itu, Alma! Oh, atau ibumu itu melakukan pesugihan. Iya?!" Ucapan Bu Kamila semakin keterlaluan saja. 

Hingga refleks tangan Alma melayang ke arah pipinya.

PLAK!

"CUKUP, MA. KUBILANG HENTIKAN!" teriak Alma setelah menghadiahi tamparan di pipi mama mertuanya.

"Kurang ajar kamu!" pekik Bu Kamila penuh amarah. Wanita itu menyambar kerudung sport menantunya dan bahkan menjambak rambut Alma dengan sangat keras.

"Beraninya kamu menamparku, hah! Reno! Reno! Turun kamu. Lihatlah kelakuan istrimu!" teriak Bu Kamila nyaring sengaja memanggil Reno agar turun dari lantai atas dan melihat kegaduhan yang terjadi antara mereka di dapur.

"Lepas, Ma! Sakitt!" ucap Alma merintih kesakitan, merasakan jambakan mama yang cukup kuat di kepalanya.

"Biar tahu rasa kamu, Alma! Kamu sendiri yang memulai dan menamparku, dasar menantu gak ada akhlak!" teriak Bu Kamila emosi.

"Astagfirullah. Ma, kenapa mama menjambak Alma?" Reno yang baru saja masuk ke dapur terperanjat melihat Alma yang sedang dijambak oleh mamanya.

Reno berjalan mendekat, berusaha melerai kami.

"Ma, lepasin Alma. Dia pasti kesakitan," pinta Reno sambil memegangi tangan Bu Kamila yang berada di kepala sang istri. 

"Halah! Dia sendiri yang pertama kali menampar Mama, Ren! Ini adalah balasan dari tamparannya!" Bu Kamila bersikukuh untuk tidak melepaskan jambakannya.

"Benar itu, Alma? Kamu nampar mama?" Lagi dan lagi seperti tadi, Reno menatap Alma yang tengah meringis kesakitan dengan sorot menghakimi.

"Kalau iya kenapa, Mas?" tanya Alma yang sudah tidak memedulikan rasa sakit di kulit kepala lagi. 

"Kamu kenapa sih? Tadi bentak mama, sekarang nampar mama. Apa sih yang kamu pikirkan!" Reno menghujani sang istri dengan pertanyaan menyudutkan, seolah-olah Alma adalah tersangka utamanya.

"Istrimu itu sudah gila, Ren!" seru Bu Kamila seraya mengempaskan kepala menantunya hingga terhuyung dan nyaris jatuh. 

Dapat Alma lihat, mertuanya itu tersenyum penuh kemenangan dan menyeringai licik saat Reno lebih berpihak padanya. Benar kata pepatah, kalau darah lebih kental daripada air. Bagaimanapun, dirinya dan Reno hanya terikat oleh ikatan pernikahan dan akhirnya menjadi keluarga.

"Benar! Aku memang sudah gila! Gila karena tingkah laku kalian!" pekik Alma sambil menatap tajam ke arah Reno dan mamanya secara bergantian. 

***

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Gara-Gara Mengumrohkan Ibu   Tamat

    #48"Saya serius sama kamu, Alma," sambungnya.Rafael mengeluarkan sesuatu dari sakunya, kemudian menyodorkannya pada Alma. "Saya selalu membawa cincin ini ke mana pun saya pergi. Saya harap, suatu hari nanti saya bisa menemukan waktu yang tepat untuk memberikan cincin ini ke kamu. Saya rasa, hari ini adalah hari yang tepat untuk memberikan cincin ini ke kamu, Alma."Alma tak dapat berkata-kata lagi. Lidahnya terasa sangat kelu. Dengan menyerahkan cincin tersebut, secara tidak langsung Rafael sudah menunjukkan keseriusannya pada Alma dan berniat untuk meminang Alma."Apa kamu mau jadi istri saya?" tanya Rafael bersungguh-sungguh.Alma masih tak percaya ia akan menerima lamaran secepat ini. Wanita itu menoleh ke arah Lily sebelum menjawab pertanyaan dari Rafael. "Saya tanya sekali lagi Alma, apa kamu mau menikah dengan saya?" tanya Rafael lagi. "Kamu nggak perlu jawab sekarang. Ta

  • Gara-Gara Mengumrohkan Ibu   Melamar

    #47Tok, tok!Reno mengetuk pintu perlahan. Saat ini pria itu sudah berdiri di depan rumah Bu Kamila.Butuh waktu lama bagi Reno untuk membuat keputusan ini. Setelah mempertimbangkan baik-baik, akhirnya pria itu pun pulang untuk menemui sang ibu. Reno ingin tahu bagaimana keadaan ibunya saat ini. Ia hanya mendengarkan setiap nasihat Alma padanya. Jika saja Alma tak pernah menasihatinya maupun memberi kabar tentang sang ibu, mungkin Reno tidak akan pernah berdiri di sini, saat ini."Mama masih tinggal di sini kan?" gumam Reno seraya celingukan ke kiri dan ke kanan. Pria itu tampak menelisik kondisi rumah yang terlihat sangat sepi, namun beberapa bagian dinding terlihat sangat kotor.Reno berdiri cukup lama di teras rumah. Tak ada satu orang pun yang muncul untuk membukakan pintu."Mama nggak ada di rumah, ya?" Reno membuka gagang pintu rumah tersebut, kemudian membukanya. Ternyata pintu

  • Gara-Gara Mengumrohkan Ibu   Rafael Pantang Menyerah

    #46"Alma, mau pulang bareng saya? Kebetulan saya ada urusan di dekat rumahmu. Saya bisa antar kamu pulang sekalian," ajak Rafael pada Alma saat jam pulang kerja tiba.Ini bukan pertama kalinya Rafael menawarkan diri untuk mengantarkan Alma pulang. Tidak hanya mengantar pulang, Rafael juga makin sering mengajak Alma makan siang bersama.Setelah Rafael tahu kalau Alma sudah resmi bercerai dari Reno, Rafael pun makin gencar mendekati Alma. Rafael tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Sebelum Alma jatuh ke pelukan pria lain, Rafael harus segera bertindak untuk mendapatkan hati Alma. Apalagi sang Mama juga sudah mendukung penuh mengenai kemauan Rafael untuk membuat Alma menjadi istrinya, sehingga Rafael tidak ragu lagi dalam menunjukkan perasaannya pada Alma."Terima kasih atas tawarannya, Pak. Tapi saya belum mau pulang. Saya juga masih ada urusan di luar," tolak Alma secara halus. Wanita itu masih enggan terhadap Rafael, seolah memb

  • Gara-Gara Mengumrohkan Ibu   Nasihat Alma

    #45Alma pulang ke rumah dengan perasaan kalut. Wanita itu tidak tega melihat Bu Kamila yang tertawa dan menangis sendirian di tengah jalan tanpa mengenakan alas kaki."Kenapa nasib Mamanya Mas Reno jadi begini?" gumam Alma.Meskipun Alma hanya mempunyai kenangan buruk dengan Bu Kamila, tapi Alma sama sekali tidak menyimpan dendam. Alma ikut sedih melihat kondisi Bu Kamila yang cukup memprihatinkan."Nduk, Ibu mau masak makan malam. Kamu pengen dimasakin apa?" tawar Bu Hasna pada Alma.Alma hanya diam. Wanita itu sibuk melamun, memikirkan Bu Kamila."Nduk, kamu dengar ibu nggak sih?" Bu Hasna menepuk pelan bahu Alma.Alma terkesiap. Wanita itu tersadar dari lamunannya. "E–eh, kenapa, Bu? Ibu butuh apa?" tanya Alma gelagapan.Bu Hasna mengulas senyum tipis. "Kamu lagi ngelamunin apa?" tegur sang ibu."Aku nggak melamun kok, Bu.""Kamu nggak perlu bohong, Alma. Bilang sama Ibu, kamu lagi mikirin apa?" desak Bu Hasna.Alma menarik napas dalam-dalam. Sepertinya, wanita itu harus memberita

  • Gara-Gara Mengumrohkan Ibu   Gangguan Jiwa

    #44"Emas-emasku pada ke mana?"Bu Kamila menatap wadah perhiasan miliknya yang sudah kosong. Wanita paruh baya itu terlihat linglung. Sepertinya Bu Kamila tidak sadar kalau ia sudah menjual semua emas-emasnya hingga ludes."Hilang ke mana emasku? Kenapa wadahnya kosong?" gerutu Bu Kamila mengomel sendiri di dalam kamarnya."Pasti jatuh di bawah lemari! Atau aku lupa naruh? Nggak mungkin ada pencuri masuk ke sini, kan?"Bu Kamila mengobrak-abrik seisi kamarnya. Wanita itu mulai uring-uringan, mencari perhiasannya yang sudah raib.Kamar Bu Kamila yang sudah berantakan pun makin terlihat acak-acakan. Tidak hanya kamar saja, beberapa ruangan lain yang ada di rumah tersebut juga tidak terawat.Sepertinya Bu Kamila mengalami stress berat setelah ditinggal oleh putranya. Demi menyambung hidup, Bu Kamila terpaksa menjual harta benda miliknya, termasuk emas-emas yang ia punya. Sekaran

  • Gara-Gara Mengumrohkan Ibu   Resmi Bercerai

    #43Alma melirik ke arah jam dinding. Wanita itu sudah berpakaian rapi dan siap untuk pergi ke suatu tempat.Hari-hari berlalu begitu cepat tanpa ia sadari. Setelah melewati drama yang panjang, akhirnya tiba saatnya Alma untuk berjumpa dengan sang suami di meja hijau.Hari ini adalah hari sidang pertama perceraian Alma dan Reno. Sebentar lagi, Alma benar-benar akan lepas dari cengkraman Reno."Udah jam segini. Aku harus berangkat sekarang," gumam Alma.Alma melangkah menuju ke ruang sidang dengan senyum cerah. Wanita itu sudah siap menyambut lembaran hidup barunya dengan status baru."Semoga sidang hari ini lancar!"Alma berpapasan dengan Reno di depan pintu masuk ruang sidang. Alma langsung membuang muka begitu ia melihat sang mantan suami. Keduanya masuk secara bersamaan ke ruang sidang. Alma dan Reno membeberkan satu persatu alasan mereka ingin berpisah. Beruntung sidang dapat berjalan dengan lancar tanpa di

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status