Share

Bab 8. Saatnya Memulai Pembalasan

"Jikalau kau katakan, bila darah lebih kental daripada air. Maka, tak semua hubungan sedarah itu, bisa mengalahkan tali ikatan tanpa darah yang sama sekalipun."

===***===

Adalah Mbok Napsiah. Seorang wanita yang telah berumur jauh lebih matang. Yang telah menjalani seluruh hari tuanya bersama Amy. Bersumpah akan selalu setia dimanapun wanita malang itu berada. Mengemas semua yang bisa ia bawa melalui tangan tuanya.

Memohon maaf dan berpamitan pada Hamam. Mengucapkan beribu terimakasih untuk semua kebaikan hati tuannya selama ini. Hamam tak ambil peduli. Toh, baginya, Mbok Napsiah hanyalah seorang wanita renta, jongos miskin yang bekerja hanya untuk mendapatkan uang. Ia tak penting, hanya aksesoris tambahan yang bisa segera ia carikan penggantinya.

Tanpa berkata-kata lagi, laki-laki tampan dan gagah itu pergi ke luar. Meninggalkan tubuh Amy yang tak sadarkan diri di pojok teras rumah. Seperti biasa, Mbok Napsiah dan tukang kebunnya yang akan membereskan segalanya. Ia berlalu bersama mobilnya keluar halaman.

Tetapi, kali ini berbeda. Tak seperti sangkaannya. Keadaan tak akan kembali sama. Wanita tua itu telah bertekad, menyelamatkan Amy dari tangan kejam tuannya. Bagaimanapun caranya. Dengan rasa sedih dan pilu yang telah melampaui akal sehat, Mbok Napsiah memeluk dan mencium wajah Amy yang tak sadarkan diri. Tergolek bersandar. Dengan tubuh miring hampir menyentuh lantai.

Dengan masgyul ia memeluk tubuh kecil itu. Mengusap rambut dan kepalanya dengan kasih sayang seorang ibu. Tak habis pikir, mengapa wanita penyayang ini bisa mengalami kemalangan terus-menerus. Mbok Napsiah berteriak memanggil Kang Dirman, si tukang kebun. Laki-laki itu terbelalak, menyaksikan Mbok Napsiah bersimpuh memeluk tubuh Nyonya rumah. Yang babak belur tak sadarkan diri. Laki-laki tua itu mengurut dada sambil menghampiri mereka.

"Tuan, Kang .... Akhirnya, Tuan mengusir Nyonya ...," ucapnya sambil terisak.

Kang Dirman tercenung. Bingung hendak mengambil langkah apa.

"Jadi, gimana ini, Nyi? Nyonya mau tinggal di mana? Nyonya kan sebatang kara. Neng Poppy tinggalnya jauh dari sini," ucapnya lirih.

"Tolong antar kami ke kontrakan anakku saja, Kang. Biar sementara, Nyonya tinggal di sana dulu," jawab wanita tua itu sambil mengusap air mata yang jatuh di pipi keriputnya. Lalu memandang wajah Nyonya rumah yang kembali tak berbentuk.

"Sebelum Nyonya keburu mati di sini," isaknya lagi.

***

Di sinilah ia.

Berakhir di sebuah kamar kontrakan kecil berukuran 4 x 5 meter. Pengap. Milik seorang tetangga kontrakan yang ditinggali anak Mbok Napsiah. Tetapi, setidaknya, kamar mandi berada di dalam rumah. Hingga ia tak perlu bersusah-payah keluar rumah untuk mandi. Lebih aman.

Mbok Napsiah dengan diantarkan Kang Dirman memakai motor butut miliknya, membawa Amy ke sebuah kontrakan sederhana dalam sebuah gang sempit di dekat kontrakan anaknya. Wanita tua itu menyerahkan sedikit uang hasil jerih payahnya membabu untuk panjar uang kontrakan.

Kang Dirman kemudian bolak-balik ke rumah dan kontrakan beberapa kali. Mengambil barang-barang seadanya yang dilemparkan oleh Hamam di teras rumah. Tak berani mengambil lebih. Takut Tuan rumah yang pemarah itu melabraknya kemudian.

Yang penting, Nyonya selamat dulu. Hal itu yang terpikir olehnya.

Mbok Napsiah merawat Amy dengan baik dan penuh kasih sayang. Tulus. Karena sikap baik dan penyayang yang dulu selalu Amy tunjukkan padanya. Ada harga yang tak ternilai dalam arti sebuah kesetiaan. Dari seorang pembantu kepada majikan. Yang tak akan bisa kau dapatkan dengan mudah, bila kau tak menukarnya dengan sebuah kerendahan dan kedermawaan hati yang tulus padanya.

Jikalau kau katakan, bila darah lebih kental daripada air. Maka, tak semua hubungan sedarah itu, bisa mengalahkan tali ikatan tanpa darah yang sama sekalipun. Yang terbentuk bertahun-tahun dalam derita dan nestapa. Kemudian dituai dalam tingkah dan laku yang arif serta bijaksana.

Itulah yang sekarang dilakukan Mbok Napsiah.

Membalas budi baik Amy selama enam tahun ikut bekerja dengannya. Tanpa bertanya dan menyela. Tak pernah sekalipun dalam kebersamaan mereka, majikannya kasar kepada wanita tua itu. Amy memperlakukannya begitu baik dan lembut, layaknya seorang ibu.

"Nya, dimakan buburnya. Nyonya belum makan seharian ini," lirih Mbok Napsiah mengangsurkan semangkuk bubur ayam. Tetapi, kali ini tak seenak seperti yang dimasaknya di rumah Hamam. Amy diam. Bergeming. Terus menatap ke dalam kaca hias buram di meja rias kusam punya pemilik kontrakan. Ada bayang wanita menyedihkan terpantul di sana.

Mbok Napsiah berdiri dengan gelisah. Tak berani meninggalkan majikannya seorang diri. Ia takut, jika Amy memilih mengakhiri hidupnya. Sudah berjam-jam Amy duduk tak bergerak seperti itu. Hanya memandang pantulan wajahnya di cermin. Sibuk berpikir, mengulang-ngulang dan memilah kenangan-kenangan menyakitkan yang terjadi selama ini. Dua hari sudah ia terusir dari rumahnya sendiri. Sembilu yang mengiris-ngiri hatinya telah menebarkan racun hinga menginfeksi keseluruhan dirinya.

Hancur tak bersisa.

Tiba-tiba ia tersentak. Seolah-olah baru menyadari sesuatu yang penting. Bagaikan selamat dari bencana tenggelam dan baru bisa menarik napas sebanyak-banyaknya. Terengah-engah ia berputar, berusaha berdiri tetapi kembali limbung. Mbok Napsiah menjerit tertahan. Lalu cepat-cepat memapah tubuh majikannya ke tempat tidur.

"Mbok, aku mau pergi sebentar," ujarnya terengah. Lalu berhenti. Sesaat.

Perubahan drastis tampak di wajahnya. Mimik mukanya yang sendu menderita perlahan berubah menjadi dingin dan datar. Bengkak dan memar masih menghiasi wajah cantik itu.

"Tidak. Aku harus pergi," ucapnya penuh tekad.

***

Dokter tua itu memandanya penuh tanya. Wajahnya berkerenyit. Mimik wajahnya berubah-rubah. Dari terkejut, heran kemudian berubah berempati. Hal yang sama juga terjadi pada diri asistennya yang setia menunggu di sampingnya.

Dokter obgyn tua itu mematung. Matanya terpaku pada seraut wajah bengkak dan penuh lebam di hadapannya. Rasa kemanusiaan membuat dirinya membayangkan raut wajah pria kejam yang tega memukuli seorang perempuan yang nyata-nyata tidak bersalah. Dokter itu tidak habis pikir, bagaimana mungkin seorang manusia tega berbuat seperti ini pada manusia lainnya? Orang seperti apa Hamam Prasetyo itu sebenarnya? Yang mandul adalah sang suami, bukan sang istri! Namun, seperti yang sering terjadi di dunia fana ini, sang istrilah yang menanggung akibatnya.

"Dokter, andaikan uangku tak cukup, seperti Hamam membungkam semua yang ada di sini ...." Suaranya tercekat. Seolah ada duri yang mengganjal di tenggorokannya. Ia memasang wajah menyedihkan. Berusaha agar dokter obgyn itu jatuh iba kepadanya. Berusaha meluluhkan hati dokter di hadapannya.

"Tolong, biarkan rasa kemanusiaan dokter menolong saya lepas dari penderitaan ini," sambungnya pelan tetapi tegas. Tidak dihiraukannya saat dokter Pandu dan asisten saling melempar pandang. Seolah-olah berusaha saling mengingatkan akan sesuatu.

"Saya ingin tahu yang sebenarnya," ucap Amy penuh tekad.

Dokter obgyn itu diam. berusaha mengobservasi hal-hal yang telah terjadi pada Amy. Lalu dengan sangat lembut dokter itu balik bertanya pada Amy : "Apakah suami ibu belum memberitahukan hasil pemeriksaan yang telah saya berikan minggu yang lalu?"

Amy seketika terdiam. Berusaha mencerna kata-kata sang dokter dengan cermat. Lalu raut wajahnya berubah dari yang semula memelas, terkejut kemudian berangsur-angsur diliputi kemarahan. Namun, dia berusaha tegar. Baginya semua sudah jelas. Dunia harus tahu kebobrokan dan kekejaman yang telah dilakukan oleh suaminya.

Wajahnya yang bengkak parah, hingga netranya sulit melihat ke sekitar, mengacung tegak. Amy berusaha mengumpulkan keberaniannya sendiri. Sehingga dirinya sendiri-pun terkejut ketika mendengar keberanian dan keteguhan yang tersirat di dalam suaranya.

"Saya ingin tahu, hasil tes kesuburan pasangan yang telah kami lakukan sebelumnya," ucapnya dengan tenang, datar dan penuh dendam.

Seketika, dokter di hadapannya terkejut. "I--itu...."

Bersambung ....

Andara Blythe

Holaaa, terimakasih sudah baca novel aku ya. yuk, follow terus ceritanya

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status