Share

8.Gundah

Penulis: Gibran
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-11 05:22:27

Bara termenung selama beberapa saat. Hal itu tentu saja memancing kecurigaan Lu Xie bahwa pemuda itu menyembunyikan sesuatu darinya.

"Kau tak mau berterus terang...? Aku pikir kau membohongiku waktu kita berada di Tanah Larangan Gurun Sha..." kata Lu Xie membuat Bara semakin bingung dan kelabakan.

"Aku...Aku...Aaaaakhhh! Aku bingung harus berkata apa padamu!" kata Bara sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Lu Xie tersenyum dari balik cadar nya.

"Aku tahu, banyak rahasia yang kau sembunyikan...Aku sadar, aku tak mungkin menghentikan kegilaanmu. Tapi satu kata dariku untukmu...Aku adalah wanita yang tak ingin menjadi selir di hatimu. Dan kurasa, kau sudah melakukan itu padaku sejak kau menyatakan cintamu padaku waktu itu..." kata Lu Xie membuat Bara tertegun dan terdiam terpaku.

"Apakah kau menolak cintaku...?" tanya pemuda itu dengan perasaan gelisah tak karuan.

Lu Xie tak menjawab. Dia menatap kearah langit. Lalu terdengar suaranya mendesah masygul.

"Entahlah...Dikatakan aku menolak, tapi dala hatiku yang paling dalam ada wajahmu...Tapi, di sisi lain hatiku merasa sakit melihat wanita-wanitamu yang tentu saja sudah lebih dulu mendapatkan belahan hatimu. Entah masih ada yang tersisa untuk diriku atau tidak...Yang jelas, aku merasa seperti mendapatkan ampas yang tidak berguna jika aku bersama denganmu..." kata Lu Xie dengan suara tenang namun terasa begitu dalam terdengar di telinga Bara Sena.

Pemuda itu hanya bisa terdiam sambil menatap Lu Xie yang ternyata tengah meneteskan air mata.

"Apakah aku menyakiti perasaannya...? Apa yang harus aku lakukan?" batin Bara benar-benar bingung dengan keadaan yang tengah dia hadapi. Baru kali ini dia menghadapi wanita yang menangis karena dirinya. Dan lebih buruknya, wanita itu adalah orang yang dia sukai sejak pertama bertemu.

"Apa yang kau tangisi...?" tanya Bara yang sudah tak tahu lagi apa yang akan dia katakan.

Lu Xie mengedipkan matanya beberapa kali lalu mengusap nya dengan kedua tangannya. Wanita itu tak menjawab pertanyaan Bara sama sekali. Dia bangkit berdiri lalu bersiap untuk meninggalkan tempat itu.

"Lu Xie...!"

Putri Jaka Geni itu menoleh sedikit ke belakang. Dia tersenyum dari balik cadar nya.

"Aku akan pergi, aku harap kita tak bertemu di Turnamen nanti. Karena kalau kita bertemu, aku tak akan segan-segan melawanmu. Sampai jumpa..." ucap Lu Xie lalu dia pun melompat ke langit dan terbang pergi meninggalkan Bara Sena yang terdiam terpaku di tempatnya.

Entah kenapa dia merasakan sakit yang begitu menyiksa dan belum pernah dia rasakan sebelumnya. Pemuda itu menekan dada sebelah kanannya sambil menunduk. Tinju kirinya mengepal kuat.

"Kenapa hatiku terasa sangat sakit...? Apa ini sebenarnya...?" batin pemuda itu.

Perasaan sakit hatinya tersebut ternyata memengaruhi Dunia Penyimpanan miliknya. Tempat yang tadinya cerah dan sejuk, tiba-tiba saja berubah menjadi gelap oleh awan hitam yang menutupi langit senja di Dunia Penyimpanan Semua penghuni di sana menatap kearah langit yang mendadak berubah warna tersebut. Hawa hangat pun berubah menjadi dingin luar biasa.

"Apa yang terjadi...? Setahuku tempat ini terhubung dengan alam jiwa Bara Sena. Apakah sesuatu sedang terjadi padanya?" batin Kahiyang Dewi yang saat itu tengah duduk di atas dahan pohon kesukaannya.

Rui Yun yang berada di dekat pantai juga merasakan hal yang sama. Dia merasa aneh denag langit yang tiba-tiba berubah menjadi gelap gulita. Perasaannya mulai tidak tenang karena dia takut terjadi sesuatu pada Bara Sena.

"Semoga dia baik-baik saja..." batin wanita itu sambil menyandarkan kepalanya di pilar kayu penyangga depan rumahnya.

Arkadewi dan Arundaya pun merasakan hal yang tak jauh berbeda. Mereka berdua hanya bisa menatap kearah langit yang gelap dengan perasaan gelisah. Dewi Saci yang saat itu duduk di dalam goa mampu merasakan apa yang tengah terjadi pada Bara Sena. Dia mendesah kecil.

"Kisah cinta tak semuanya berjalan dengan mulus...Kau memiliki banyak cinta, tapi masih terluka karena satu cinta. Apakah wanita itu begitu istimewa di matamu?" gumam Dewi Saci sambil memejamkan mata dan melanjutkan pertapaannya.

Dewi Biru Xue Ruo pun merasakan kegelisahan yang cukup kuat saat melihat langit menjadi hitam. Meili Tianzhi yang tengah asyik bermain dengan seekor Kera mungil menghampiri ibunya yang tengah menatap langit.

"Ada apa ibu?" tanya gadis kecil yang baru berusia beberapa bulan tersebut. Namun karena dia sempat berada di dalam Pagoda Dewa, tubuhnya menjadi lebih besar dengan cepat dari yang seharusnya.

"Sepertinya sesuatu sedang terjadi pada ayahmu diluar sana..." jawab Xue Ruo sambil terus menatap kearah langit.

Bara Sena masih menunduk sambil menekan dadanya yang terasa sakit. Rasa kesal dan marah membuatnya hampir lupa diri. Dia hampir kehilangan kesadarannya sendiri jika sesuatu yang tiba-tiba muncul tidak menyadarkan dirinya.

Bletaaak!

Bara terkejut saat sesuatu mengenai kepalanya dengan cukup keras. Saat dia menoleh dan mau melabrak, dia tertegun melihat wanita cantik yang melayang di dekatnya sambil berkacak pinggang.

"Kau sudah sadar!?" hardik wanita cantik dengan pakaian sedikit terbuka tersebut.

"Kau...Bagaimana kau bisa keluar Dewi Es!?" tanya Bara dengan mata melotot kearah sosok yang tidak lain adalah Dewi Es Lian Xie. Orang yang baru saja menjitak kepalanya untuk menyadarkan sang pemuda.

"Bocah laknat! Kau pikir apa yang baru saja kau lakukan hah!? Kau hampir membunuh semua orang yang ada di Dunia Penyimpanan mu! Apa yang tengah kau lakukan hah!?" teriak Dewi Es membuat Bara terbelalak dan kaget setengah mati.

"Benarkah...!? Apa yang terjadi padaku...? Apa yang terjadi di dalam Dunia Penyimpanan sampai kau keluar dari dalam sana hanya menggunakan pakaian dalam!?" tanya Bara masih dengan mata melotot kearah Dewi Es.

Mendengar hal itu, Lian Xie segera menatap kearah tubuhnya sendiri. Dia terkejut melihat tubunay yang memang hanya menggunakan kain tipis tembus pandang untuk menutupi sebagian tubuhnya yang molek dan indah. Tapi sebagai yang lain terumbar dan bisa dilihat dari arah mana pun oleh Bara Sena yang sejak tadi melotot tak berkedip.

"Tutyup matamu bodoh! Kau ingin aku mencongkel kedua matamu itu!?" teriak Lian Xie sambil berusaha menutupi tubuhnya.

Bara Sena tersenyum sambil memalingkan wajahnya kearah lain.

"Meski kau berkata seperti itu, aku sudah melihat semuanya dengan jelas..." kata Bara membuat Lian Xie kesal.

"Aku ingin sekali membunuhmu! Kau memanfaatkan keadaan tadi bukan!?" kata Lian Xie sambil mengeluarkan pakaian serba putih dari dalam cincin ruang miliknya. Wanita itu langsung mengenakan pakaiannya tersebut dengan cepat.

"Kau sudah boleh menghadap kesini," kata Lian Xie.

Bara kembali menoleh kearah wanita cantik tersebut. Dia sempat terpana selama beberapa saat melihat kecantikan Dewi Es tersebut.

"Kau...Kau sangat berbeda Dewi Es...! Apakah Cakara pernah melihat kau memakai pakaian seanggun ini!?" tanya Bara sejenak melupakan kejadian yang baru saja menimpanya. Rasa sakit hati dan kecewa yang sempat meluluhlantakkan hatinya menghilang dalam sekejap setelah kedatangan Dewi Es Lian Xie.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Geger Kahyangan   888.Hasrat Lian Xie

    Dewi Es Lian Xie memejamkan matanya menikmati perasaan nyaman yang sudah sangat lama dia dambakan. Berada dalam dekapan sosok yang peduli padanya, mencintai dirinya dan menenangkan hatinya."Aku merindukan hal seperti ini..." lirih wanita cantik itu sambil tersenyum. Bara membelai rambut panjangnya yang tergerai hingga ke punggung dengan lembut."Aku tahu...Itu sebabnya aku ada disini...Kau tak perlu lagi merasa kesepian...Ada aku yang akan selalu menemani dirimu, Lian Xie..." ucap Bara membuat jantung Lian Xie semakin berdetak kencang."Sejak pertemuan pertama kita dulu...Jujur, aku sudah tertarik padamu. Siapa sangka, bocah Ranah Pemurnian Jiwa sekarang sudah menjadi sosok dewa yang hebat...yang bahkan sudah melebihi kekuatanku..." ucap Lian Xie. Bara Sena tersenyum sambil mempererat pelukannya.Setelah cukup lama saling berdekapan, mereka pun merenggangkan pelukan dan saling bertatap mata. Bara tersenyum sementara Lian Xie menatapnya dengan penuh kekaguman. Dibelainya wajah tampan

  • Geger Kahyangan   887.Keinginan

    Bara Sena mengeluarkan empat pengikutnya yang sudah dia pilih berdasarkan kemampuan. Mereka yang terpilih untuk memasuki Kuil Cahaya adalah Dewi Merak Bulan Indira yang sudah berada di Ranah Alam Nirwana, Dewi Pedang Yu Jie yang sudah mencapai awal puncak Ranah Alam Dewa, Dewi Es Lian Xie yang sudah setara Ranah Alam Semesta meski dia masih berada di Ranah Alam Dewa, dan Iblis Darah Langit Guo Jiu yang sudah berada di puncak Ranah Alam Dewa dan kekuatanya setara dengan Dewi Pedang Yu Jie."Apa yang harus kami lakukan Tuan?" tanya Indira. Matanya melirik kearah Lamia. Dia merupakan yang terkuat di antara para pengikut Bara Sena. Dia juga yang seolah mewakili tiga Dewa lainnya. Bara tersenyum kemudian memberikan empat cincin yang ada di tangannya."Kenakan itu dan masuklah ke dalam Kuil yang ada di belakang kalian. Tugas kalian berempat adalah mencari Zirah Matahari yang tersimpan disana. Di dalam pintu itu ada jebakan ilusi yang mungkin bisa menyesatkan pikiran. Tapi kalian tenang saj

  • Geger Kahyangan   886.Kuil Cahaya

    Bara menghela napas setelah mendengar jawaban dari Ratu Lamia. Tapi dia juga tak bisa berbuat apa-apa lagi. Karena wanita itu memang tidak bisa dipaksa. Mengganggu pertapaan orang pun hanya akan menjadi bencana baginya."Baiklah...Aku hanya perlu setetes darahmu untuk memastikan niat tulusmu," kata Bara.Ratu Lamia mengangguk lalu kemudian dia memberikan setetes darah dari keningnya. Bara menerima darah tersebut dan memasukkannya ke dalam keningnya. Darah tersebut terhubung dengan jiwa wanita tersebut. Jika Bara berniat membunuhnya, itu adalah hal yang sangat mudah."Kau sudah menjadi pengikutku. Kelak, saat aku membutuhkan bantuan darimu, kau harus melakukannya. Mengerti?" kata Bara. "Aku mengerti tuan..." sahut Ratu Lamia."Bangunlah. Ada yang ingin aku telusuri di tempat ini. Dan aku membutuhkan bantuan darimu." Ratu Lamia bangkit berdiri sesuai dengan permintaan pemuda tersebut."Apa yang ingin Tuan temui?" tanya w

  • Geger Kahyangan   885.Resi Karmapala

    Ratu Lamia tertegun mendengar permintaan Bara Sena. Perlahan dia mengangkat wajahnya dan memberanikan diri untuk menatap kearah pemuda tersebut. Namun dia kembali menunduk dengan wajah memerah setelah kedua matanya beradu pandang dengan dua mata yang menyala kuning keemasan."Bagaimana Tuan bisa tahu mengenai guru kami...?" tanya Ratu Lamia sambil memainkan jarinya seperti anak kecil yang takut kena marah."Katakan saja padaku, jika kau benar-benar ingin pergi dari tempat ini bersamaku. Diluar sana nanti, kau bisa melihat keindahan yang tidak ada di dunia tempat kau tinggal ini...Itu adalah syarat dariku untukmu. Harusnya itu sangat mudah bukan? Jangan mempersulit dirimu sendiri," kata Bara.Ratu Lamia terdiam selama beberapa saat. Lalu sejurus kemudian dia menghela napas."Guru kami bukanlah makhluk dari dunia ini...Dia berasal dari Kerajaan Matahari yang berjarak ribuan tahun dari tempat ini...Nama beliau adalah..."Ratu Lamia menghenti

  • Geger Kahyangan   884.Takut

    Bola cahaya itu meledak dengan dahsyat nya tepat di hadapan tubuh Perseus yang baru saja mengeluarkan kekuatan penuh miliknya.Putra Zeus itu berteriak keras menahan ledakan cahaya yang membuat matanya menjadi buta. Tubuhnya pun tenggelam di dalam ledakan tersebut yang perlahan membentuk matahari berukuran besar. Gelombang ledakan dari Pukulan kuat milik Bara itu menghancurkan semua yang ada di sekitarnya. Herakles yang melihat semua itu hanya bisa terdiam dengan mata melotot tak percaya."Perseus...Tidak mungkin...Bahkan bocah itu bisa mengalahkan Perseus dengan mudah...?" geram nya dalam hati.Dia sendiri merasakan sakit pada tangannya yang dia gunakan untuk menahan serangan dari Bara Sena. Serangan itu menurutnya terlalu kuat hingga membuat dirinya tak bisa bertahan."Apa sebenarnya yang terjadi pada bocah ini...? Aku selalu dipermalukan setiap bertarung melawannya...Bahkan Perseus yang membawa Jarum Penghancur Surga pun tak bisa bert

  • Geger Kahyangan   883.Kedatangan Bara

    Sukma Geni terdorong hingga puluhan tombak setelah menahan tinju Herakles untuk ke sekian kalinya. Napasnya semakin terengah-engah dan luka yang dia alami menjadi semakin parah. Tak hanya itu, Sukma Geni yang belum pernah merasakan sakit seperti sekarang juga tak bisa menggunakan Tubuh Senjata yang dia miliki meski dirinya sudah dalam keadaan terdesak."Aneh sekali...Semenjak aku terluka oleh ledakan kekuatan Bara Sena, aku menjadi sangat lemah...Apakah aku terluka terlalu parah karena hal itu?" batin Sukma Geni sambil menatap kearah Herakles yang menyeringai lebar."Mana kekuatan yang kau bangga-banggakan itu Sukma Geni? Di hadapanku kau justru terlihat menyedihkan! Katanya kau memiliki tubuh senjata yang tak terkalahkan! Keluarkan dan tunjukkan padaku!" ucap Herakles kemudian melesat dengan Pukulan Tinju Penghancur miliknya."Kau datang disaat aku terluka! Dasar Dewa banci!" umpat Sukma kemudian menyongsong serangan Herakles.Sukma Geni menahan Setiap serangan tersebut sambil menaha

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status