Share

BAB III

"Baik lah. Tunggu saja pembalasan ku Lucky! Semua ini karena ulah mu.” 

Setelah beberapa saat ia termenung sendiri. Akhir nya Robert pun memiliki ide licik untuk mempermalukan Lucky di depan para siswa-siswi MOS.

”Hei Robert. Kenapa kamu senyum-senyum sendiri ?”

Tiba-tiba suara itu mengagetkan Robert yang sedang membayangkan ide licik nya.

”eh kak Tiara. tidak ada apa-apa kok kak.” Senyum Robert penuh arti yang hanya ia sendiri mengetahui arti dari senyum nya itu.

Sementara itu di  kantin. Lukcy sedang di perhatikan beberapa insan cantik nan rupawan. Akan tetapi Lucky tidak menyadari bahwa ia sedang di perhatikan dan sedang asik melahap makan siang  dengan beberapa teman nya.

“Len. Coba liat deh. cowok itu manis ya?”

Leni membuka obrolan bersama teman nya. Yang tidak lain adalah Susi.

”Yang mana sih ?” Leni melihat ke kiri dan kekanan tapi tidak juga menemukan laki-laki yang di maksud oleh teman nya itu.

“Itu loh Len.“ Susi menunjuk ke arah cowok itu.

“Owh itu. Iya memang manis cowok itu. Kalau tidak salah ia juga memiliki gigi gingsul.”

Leni mencoba mengingat-ingat lelaki yang di maksud Susi itu.Tetapi apa daya. Daya ingat nya kali ini tidak mampu mengingat nya di karenakan sesuatu hal atau bisa jadi di dalam otak nya overload.

“Kok kamu bisa kenal cowok itu Len ?” tanya Susi penasaran.

he he he, “aku kemarin tidak sengaja berpapasan dengan dia waktu mau membeli minuman dingin di sebrang jalan depan kampus.”

“Ada no w******p nya gak kamu len ?” seru Susi terlihat begitu antusias ingin mengetahui detail identitas Lucky.

“Hemz sudah kayak wartawan aja kamu Sus”,  Leni pura-pura jengkel dengan teman nya satu ini.

”Bukan begitu Len. Aku tuh cuman penasaran saja cewek yang seperti apa tipe nya ?

siapa tau aku bisa jadi pacar nya.”

“Jangan ngimpi kamu Sus, bangun-bangun.” Leni menggoyangkan punggung Susi agar ia terbangun dari mimpi nya itu.

“Aku ada no W******p nya Lucky”. Suara seorang perempuan yang seusia Susi dan Leni.

Tiba-tiba mengagetkan mereka berdua dan berlajan mendekati mereka.

“Kenalkan nama ku Heni. Teman dekat Lucky semasa kami duduk di bangku SMP.”

Heni memperkenalkan diri nya sendiri kepada Susi dan Leni yang sedari tadi masih menyimak apa yang di katakan Heni.

”Kenalkan nama ku Susi Pasar Ibu, dari regu kupu-kupu.” Susi pun mengulurkan tangan nya dan di sambut dengan Heni.

jadi lah mereka berkenalan dan saling berjabat tangan.

”Boleh kah aku menyimpan W******p nya Lucky ?” tnya Susi kepada Heni teman baru nya itu.

"Tentu saja boleh. tapi tidak secara gratis,” Seru Heni.

Yang membuat Leni dan Susi kaget. Karena rasa penasaran susi yang begitu tinggi kepada Lucky. maka Susi pun tidak berpikir panjang lagi dan langsung menanyakan apa yang harus di lakukanya agar ia mendapatkan kontak w******p Lucky.

”Lalu apa yang harus aku lakukan untuk mu ?” kata susi dengan cepat.

“permintaan ku cukup sederhana. aku ingin sebuah kontak w******p juga. dan orang itu pemilik nya.” Heni menunjuk ke suatu arah tempat dimana laki-laki itu berada.

“jika nanti kamu sudah mendapatkan nya, maka kamu juga akan mendapatkan kontak wahtsapp Lucky.”

Heni pun seraya berlalu setelah itu. Leni yang melihat tingkah konyol teman nya itu hanya mampu menggelengkan kepala tidak habis pikir. Bagaimana tidak.  Susi teman nya itu adalah salah satu teman tercantik yang pernah ia kenal, kulit nya yang putih mulus dan terawat jelas tidak akan sebanding dengan Lucky yang hitam manis. Memang sih Lucky memiliki gigi gingsul yang mampu menyihir tatapan kaum hawa berbuah menjadi suka.

Tidak jauh dari tempat Lucky menikmati makan siang nya, terlihat sepasang mata lain nya tampak memperhatikan Lucky dengan seksama, setelah sekian lama ia memperhatikan Lucky baru di sadari nya bahwa Lucky adalah teman SD nya dahulu semasa di desa.

”Lucky.” ucap  gadis itu sambil medekat ke arah Lucky dan tanpa canggung duduk di depan nya.

”Hei masih ingat tidak dengan ku ?" ucap Helen beranya kepada Lucky.

lumayan lama ia memperhatikan gadis itu.terpaku seraya sambil berpikir karena ia sedikit lupa. Siapa gadis itu sebenar nya. Setelah mengingat-ingat baru lah Lucky sadar bahwa gadis yang memanggil nya adalah teman SD yang tidak lain adalah Helen, ia juga merupakan salah satu teman akrab Lucky.

“Hai Helen. Lama tidak bertemu ya ? maaf ya aku sedikit lama mengenali mu karena memang kita sudah lama tidak bertemu dan sekarang kau sudah menjadi bidari.”

Ucap Lucky kepada Helen dengan sambil melemparkan  senyum. Wajar saja Lucky agak lama mengenali Helena karena pada saat berpisah dahulu baik Lucky dan Helen masih anak-anak. Dan sekarang Helen sudah menjadi gadis yang cantik jelita, dengan rambut hitam panjang, kaki jenjang dan body seperti gitar spanyol. Membuat semua laki-laki ingin memiliki nya.

“Ya. tidak masalah," dari dulu kamu kan memang seperti itu. sedikit lebih lambat untuk merespon ku.” Gerutu Helen berpur-pura merajuk kepada Lucky.

”Ngomong-ngomong bagaimana bisa kamu bisa ada di sekolah ini ?”

tanya Lucky yang sudah mulai tampak akbrab dengan Helen.

“Ehmz, aku mengikuti papa ku. Karena papa ku baru saja naik jabatan dan di tugaskan di kota ini.” Jawab Helen menjelaskan secara detail kenapa ia bisa ada di sekolah ini kepada Lucky.

”Owh begitu toh rupanya. Kalau begitu selamat datang di kota Trianggel.” Seru Lucky  bagai pelayan yang sedang melayani pembeli super kaya.

Helen pun hanya tersipu malu dengan pipi merah merona.

“Sepertinya cinta mu akan bertepuk sebelah tangan Sus.” Seru Leni kepada teman nya itu.

“Loh memang nya kenapa ?"

"ada yang salah dengan Lucky ? “ tanya Susi dengan heran yang dari tadi masih sibuk memerahkan bibir nya dengan gincu.

”Coba kamu lihat ke arah Lucky deh. Ada seorang gadis yang sedang bercengkrama dengan Lucky tampak nya terlihat begitu akrab.” Seru Leni lagi.

Susi pun segera menoleh kearah Lucky dan ternyata benar apa yang telah di katakan Leni kepada nya. Tetapi Susi malah tersenyum. Membuat Leni bingung penuh heran di buat nya.

”Loh kok kamu malah senyum-senyum sendiri Sus ?" bukan nya cemburu, marah atau apa gitu.” Tanya Leni yang masih bingung dengan sikap dan tinggal Susi.

“He he he, tenang aja Len. selama janur kuning belum melengkung. Itu masih milik bersama dan masih layak untuk di perebutkan.”

Leni pun hanya mampu menggelengkan kepala nya mendengar apa yang barusan di katan teman nya itu.

“Emang kamu kira Lucky itu adalah piala bergilir ?" yang bisa per rebutkan begitu saja.” Kali ini Leni kehabisan cara untuk membujuk teman nya itu untuk tidak terlalu tergila-gila dengan Lucky. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status