Share

Bab 87

Author: Zhar
last update Last Updated: 2025-10-27 08:25:37

  "Pasukan Belanda dari Jawa Tengah!" ujar Jenderal Sudirman akhirnya menyebutnya pelan, "Itu pasukan inti Belanda yang ditempatkan di Semarang dan Magelang."

  "Ya, pasukan inti Belanda itu!" sahut Surya cepat. "Kami pernah berhadapan dengan sebagian dari mereka di Ambarawa. Disiplin dan daya tempur mereka jauh di atas rata-rata. Jika mereka menembus jalur utara lalu bergerak ke selatan melalui Magelang, sisi-sisi kita akan terbuka lebar. Mereka tak perlu menyerbu Yogya dari depan… cukup mengepung kita habis-habisan!"

  Sudirman dan Mayor Wiratmaja terdiam lama. Bayangan pengepungan itu membuat dada mereka sesak karena bila itu terjadi, Belanda tak perlu repot menyeberangi sungai atau memaksa serangan langsung, cukup memutus jalur gerak pasukan republik.

  "Mustahil, Surya!" ujar Wiratmaja setelah beberapa saat. "Untuk melakukan itu, Belanda harus lebih dulu menghancurkan pertahanan di Jawa Barat dalam waktu singkat!"

  Su
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Gerilya Di Balik Seragam   Bab 87

      "Pasukan Belanda dari Jawa Tengah!" ujar Jenderal Sudirman akhirnya menyebutnya pelan, "Itu pasukan inti Belanda yang ditempatkan di Semarang dan Magelang."   "Ya, pasukan inti Belanda itu!" sahut Surya cepat. "Kami pernah berhadapan dengan sebagian dari mereka di Ambarawa. Disiplin dan daya tempur mereka jauh di atas rata-rata. Jika mereka menembus jalur utara lalu bergerak ke selatan melalui Magelang, sisi-sisi kita akan terbuka lebar. Mereka tak perlu menyerbu Yogya dari depan… cukup mengepung kita habis-habisan!"   Sudirman dan Mayor Wiratmaja terdiam lama. Bayangan pengepungan itu membuat dada mereka sesak karena bila itu terjadi, Belanda tak perlu repot menyeberangi sungai atau memaksa serangan langsung, cukup memutus jalur gerak pasukan republik.   "Mustahil, Surya!" ujar Wiratmaja setelah beberapa saat. "Untuk melakukan itu, Belanda harus lebih dulu menghancurkan pertahanan di Jawa Barat dalam waktu singkat!"   Su

  • Gerilya Di Balik Seragam   Bab 86

      "Mayor, Sersan!" Begitu keduanya masuk ke dalam ruang perlindungan serangan udara sederhana yang dipenuhi peta dan lampu minyak, Jenderal Sudirman, yang sedang berdiskusi dengan beberapa stafnya, mengangguk singkat.   "Hormat, Jenderal!" Mayor Wiratmaja dan Sersan Surya berdiri tegak memberi salam.   Sudirman lalu membalik peta besar di mejanya, menunjukkannya pada mereka berdua. "Lihat ini, Mayor, Sersan. Adakah yang perlu kalian tambahkan?"   Itu adalah peta pertahanan kota Yogyakarta. Di bawah cahaya lampu temaram, tampak jelas posisi-posisi parit pertahanan, jalur patroli, letak bunker darurat, ranjau, menara pengintai, hingga gudang logistik.   Mayor Wiratmaja sempat menoleh ke arah Jenderal dengan raut ragu, lalu berkata pelan, "Jenderal… ini bukan rahasia yang seharusnya kami buka di depan semua orang."   Ucapannya jelas mengacu pada kehadiran Sersan Surya.   Sekilas terdengar seperti

  • Gerilya Di Balik Seragam   Bab 85

    Awalnya, Surya dan kawan-kawan akan mundur sejauh 15 kilometer sesuai rencana untuk membangun garis pertahanan baru. Tapi di tengah jalan, mereka “dicegat”. Pasukan mundur dari garis depan dengan mulus. Meski serdadu Belanda tahu pejuang republik sedang mundur, mereka tak berdaya menghadapi ladang ranjau dan jalanan berlumpur yang licin akibat hujan. Tapi hujan lebat juga menyulitkan Resimen ke-333. Yang paling parah, di tengah guyuran hujan deras, tak ada yang bisa beristirahat meski semua orang sudah mengantuk berat. Makan pun jadi masalah. Saat mengambil roti dari kain lap, roti itu langsung jadi bubur bercampur air hujan. Mau tak mau, mereka harus menelan bubur menjijikkan itu secepat mungkin, kalau tidak, bubur itu bakal meleleh dan mengalir di sela-sela jari. Sekujur tubuh mereka basah kuyup. Sepatu lars yang penuh air terasa berat seperti batu. Setiap langkah terdengar suara air dan udara yang saling m

  • Gerilya Di Balik Seragam   Bab 84

    Serdadu Belanda melancarkan dua serangan lagi hari itu, tapi akhirnya berhasil dipukul mundur oleh para pejuang republik. Hujan deras benar-benar menyulitkan pasukan Belanda. Efektivitas tempur mereka kacau balau, sementara para pejuang republik mengandalkan benteng sederhana dari bambu dan parit lumpur untuk mempertahankan posisi. Sebaliknya, kalau cuaca cerah dan pandangan jelas, benteng ala kadarnya seperti ini sulit menahan gempuran Belanda. Bayangkan saja: pertama-tama, mereka akan menghujani posisi dengan tembakan meriam, pesawat tempur, dan bom dari udara. Setelah beberapa ronde bombardir, parit-parit itu tak lagi berbentuk, dan parit anti-tank rata dengan tanah. Lalu, pasukan Belanda akan mengirim tank dan senjata berat untuk melindungi infanteri yang maju. “Garis pertahanan Yogya” tak akan sanggup bertahan. Bagaimana mungkin benteng darurat dari bambu dan kayu bisa menahan serangan seperti itu? Tapi ini bukan berar

  • Gerilya Di Balik Seragam   Bab 83

    Terdengar ledakan keras, dan granat asap itu memuntahkan gumpalan kabut tebal di depan posisi, disertai jeritan para serdadu Belanda. Meski begitu, masih ada beberapa granat asap yang dilempar ke dalam parit pertahanan pejuang republik... Hal yang sama terjadi dalam baku tembak granat. Pihak yang unggul bisa mencoba menghentikan serangan, tapi tak bisa sepenuhnya mencegah musuh melempar granat. Bahkan setelah granat dilempar, sulit menebak dari mana asalnya. Tiba-tiba terdengar ledakan “duar, duar”, dan para pejuang republik di parit juga berteriak keras. Sebuah granat mendarat tak sampai satu meter dari Surya. Dia bahkan tak sempat melihatnya, hanya merasakan sesuatu meluncur dari kabut asap dan jatuh di sampingnya... Kalau mengikuti naluri manusia biasa, mungkin Surya akan menoleh dulu untuk memastikan apa itu, baru bereaksi. Tapi Surya, yang sudah terlatih di medan perang, tahu itu bukan saa

  • Gerilya Di Balik Seragam   Bab 82

    Tank-tank Belanda yang muncul di tengah hujan lebat itu adalah tank ringan Marmon-Herrington, yang biasa digunakan oleh KNIL. Tank ini memang lebih ringan dan lebih cocok untuk menyerang di lumpur khas sawah dan lereng-lereng di sekitar Yogyakarta. Namun, tank ringan ini memiliki lapisan baja yang tipis. Marmon-Herrington, misalnya, hanya berbobot sekitar 6 ton dengan lapisan baja depan setebal 12 mm, jauh dari cukup untuk menahan serangan senjata anti-tank. Senapan anti-tank Boys 0.55 inci milik pejuang Republik, meskipun terbatas jumlahnya, mampu menembus lapisan baja tersebut dengan mudah jika tembakan mengenai sasaran. Masalahnya, garis pandang sangat terbatas di bawah hujan lebat. Setelah semburan tembakan mortir Belanda, kabut air dan asap menyelimuti medan pertempuran, menciptakan tabir tebal yang menyerupai bom asap. Jarak pandang turun drastis, hampir tidak mungkin melihat lebih dari sepuluh meter ke depan. Bahkan siluet tank Belanda hanya tamp

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status