Share

bab 2 Memuaskan diri

Author: Neng_gemoyy
last update Huling Na-update: 2025-12-11 20:39:09

Pagi harinya, seperti biasa Yasmin di sibukan dengan rutinitas paginya menyiapkan sarapan dan memastikan ketiga orang tersayangnya sudah bersiap dengan rapi.

Di meja makan sudah tersaji semangkuk besar nasi goreng dan tak lupa telor ceplok kesukaan semua orang.

Yasmin tengah mengaduk kopi hitam milik suaminya ketika Angga datang, lalu duduk di kursi biasanya. Wajahnya seperti biasa ... Datar.

"Kopinya, Mas." Yasmin menaruh cangkir kopi di hadapan Angga, lalu mengisi piring pria yang hampir berkepala empat itu dengan nasi goreng.

"Cukup." ucap Angga, sambil mengangkat tangannya ke udara.

"Ooh, oke." Yasmin kembali menyimpan sutil ke mangkuk nasi, lalu melepas apron pink yang sejak tadi melekat di tubuhnya. "Aku lihat anak-anak dulu,"

"Hemmmm." gumam Angga sambil menyeruput kopinya.

Yasmin berusaha menarik sudut bibirnya, lalu memilih beranjak pergi dari sana untuk mengecek putra-putri kesayangannya.

Yasmin menaiki anak tangga satu persatu, lalu menuju ke kamar Bianca terlebih dahulu.

Ceklek.

Yasmin perlahan mendorong pintu kamar putrinya, senyumnya langsung membentuk sempurna ketika melihat Bianca sudah siap dengan seragam sekolahnya.

"Sudah siap, sayang?" tanya Yasmin, seraya mendekat.

Gadis kecil manis itu menoleh, lalu tersenyum menampakan gigi gingsulnya. "Udah, Bun. Lagi siapin buku,"

"Uhhh ... Rajinnya anak Bunda," dengan sayang, Yasmin membelai rambut halus Bianca yang sudah tersisir rapih. "Turun yuuk, sarapan. Ayah udah nunggu,"

Bianca mengangguk, lalu mencangkol tasnya di punggung. "Yuuk!"

"Kakak duluan, Bunda mau panggil dulu adek." ucap Yasmin, yang di angguki Bianca.

Gadis kecil itu berlalu melewati Yasmin, keluar dari kamarnya.

Sementara Yasmin ke kemar putranya terlebih dahulu–Brayan.

Dan seperti dugaannya, jagoannya juga sudah siap sengan seragam sekolahnya dan tas yang sudah terpasang rapi di punggungnya.

"Kita sarapan ke bawah, yuuk!" ajak Yasmin, tersenyum hangat menulurkan tangannya kepada sang putra.

"Iya, Bun." Brayan mengangguk, menghampiri Yasmin, lalu meraih tangan Yasmin.

Keduanya pun berjalan bersama meninggalkan kamar Brayan, menuju ruang makan yang sudah di tunggu sang kepada keluarga.

Ke empatnya makan dalam diam, hanya suara sendok dan garpu yang menjadi pemecah keheningan di ruang makan yang tak terlalu luas itu.

"Kalian sudah selesai?" tanya Angga, menatap putra-putrinya bergantian.

Keduanya mengangguk bersamaan, lalu turun dari kursinya Masing-masing.

"Bunda, kami pamit dulu." pamit Bianca lalu di ikuti sang adik di belakang.

"Iyaa, sayaang ... Hati-hati, belajar yang benar supaya pintar," Pesan Yasmin, lalu mencium pipi keduanya bergantian.

Yasmin mengantar kepergian mereka hingga ke teras depan, suaminya sudah berada di balik kemudi. Lalu anak-anaknya masuk di kursi belakang.

"Mas, nanti siang mau di masakin apa?" tanya Yasmin, sedikit membungkukkan tubuhnya. Menatap Angga lewat jendela mobil.

"Seperti biasa saja." balasnya datar.

"Iyaa," meski kecewa, Yasmin tetap mengulas senyum terbaiknya.

"Mamah, kita berangkat!!" teriak anak-anaknya, sambil melambaikan tangan.

"Iyaa, Hati-hati sayang. Nanti Mamah jemput," Yasmin mundur satu langkah saat melihat Angga menarik persneling.

Bruum.

Mobil sedan hitam itu berlahan melaju meninggalkan pekarangan rumah dua lantai itu, meninggalkan Yasmin yang tengah memeluk dirinya sendiri.

"Entah kapan, aku bisa menerima kecupan dari kamu, Mas ..." gumamnya, air matanya jatuh tanpa bisa di tahan.

"Apa pengorbanan aku selama ini belum cukup meluluhkan hati kamu ...?"

"Aku lelah ...."

"Aku harus menyerah atau terus berjuang?"

Yasmin menunduk, menghapus air matanya dengan kasar. Menarik napas sejenak, setelah di rasa sesaknya berkurang, ia pun berbalik masuk kedalam rumahnya yang selalu sunyi.

***

Setelah mengantar kepergian suami dan anaknya, yasmin melanjutkan pekerjaan rumah yang belum ia kerjakan. Memang ... rumah lumayan hanya ia yang mengerjakannya, sebab Angga tidak terlalu suka ada orang asing di rumahnya.

Setelah selesai dengan pekerjaan rumah, yasmin beranjak menuju ke arah dapur. Menyiapkan makan siang untuk suaminya. "Oke, kita masak masakan kesukaan mas Angga dulu."

Ayam kecap dan sayur lodeh, menjadi menunya hari ini, tak lupa ... Rempeyek kesukaan Angga jangan sampai terlewat.

Tak berselang lama, Yasmin menatap puas hasil masakannya. "Akhirnya selesai juga,"

"Mandi dulu kali yaa, ahh gerahnya ..." ujarnya, sambil menyeka keringat di pelipisnya.

Ia pun beranjak menuju kamarnya, untuk mandi sekaligus bersiap mengantarkan makan siang untuk Angga.

Mengambil handuk yang tergantung di lemari wardrobenya lalu menuju ke arah kamar mandi. Yasmin mulai menanggalkan satu persatu pakaiannya. Kemudian berjalan menuju ke arah cermin besar yang terpajang di kamar mandi. Ia memandang tubuh polosnya dibalik cermin tersebut.

Kulitnya yang putih ibarat batu pualam, sangat kontras dengan ruangan kamar mandi yang bercat hijau tosca. Tubuhnya yang mulus ibarat poselen, ditunjang dengan aset bagian atas yang membusung dengan indah seperti gunung. Walaupun Yasmin sudah memiliki anak, tapi aset bagian atasnya tetap kencang seperti ABeGe.

Bolehkah ia merasa bangga?

"Kamu sangat cantik, Yasmin ... Namun sayang, semuanya tak ada artinya di mata suamimu," ucapnya dengan nada getir.

Setelah puas memandangi dan mengagumi bentuk tubuhnya, Yasmin berjalan menuju ke arah shower. Setelah mengatur suhunya menjadi hangat, Yasmin mendekatkan tubuhnya tepat dibawah guyuran air hangat yang keluar dari shower. Rambutnya yang hitam dan panjang langsung basah seketika, Yasmin merasakan tubuhnya menjadi rileks. mengambil sabun cair dan mulai menggosok seluruh tubuhnya dengan bantuan spoon.

Entah dorongan dari mana, tiba-tiba hasratnya mulai bangkit akibat gesekan spoon dengan permukaan kulit mulusnya. Tubuhnya beberapa kali menggeliat seiring dengan intensnya ia menggosok tubuhnya, apalagi ketika ia menggosok tepat dibagian sensitifnya. Memang selama ini ia berusaha menahan hasrat itu sendirian, lantaran sang suami sudah tidak pernah memberikan nafkah bathin kepadanya. Entah apa yang kurang dari dirinya, ia belum bisa membuat mata suaminya tertuju padanya.

Hangatnya air shower membuat Yasmin semakin dibakar api Ga!rah, Yasmin semakin intens menggosok bagian sensitifnya. Er4ngan dan r!nt!han lolos dari bibir tipisnya, spoonnya sudah terjatuh sedari tadi. Namun, gerakan tangan Yasmin malah semakin aktif menjelajahi tubuhnya sendiri. Mulai dari menggosok, mer3mas, mencubit bagiannya yang sensitif, Yasmin semakin kehilangan kendali atas tubuhnya sendiri.

Hingga tanpa sadar ia memainkan area intimnya, memasukan dua jarinya sambil menyebut nama sang suami dengan lirih.

"Aahhhh, mas Angga ...."

Perasaan yang selama ini ia rindukan mulai ia rasakan kembali, darahnya berdesir ketika tangannya mulai bergerak maju mundur. Walaupun hanya dengan tangannya sendiri, Yasmin menemukan kenyamanan yang selama ini tidak diberikan oleh suaminya. Bibir tipisnya kembali meracau, menyebut nama suami yang sudah tidak bisa memanjakannya di ranjang.

Hingga beberapa waktu berlalu, tubuh Yasmin bergetar hebat, ia tersentak ketika Cairan cintanya menyembur begitu banyak. Lembahnya berkedut, nafasnya terengah-engah seperti habis lari marathon. Namun wajah cantik Yasmin terlihat begitu berbinar, hasrat yang selama ini ia pendam akhirnya tersalurkan.

Yasmin tiba-tiba tersadar, ia segera mempercepat kegiatannya di kamar mandi. Ia harus segera pergi ke kantor Angga sebelum jam makan siang tiba, sambil mengerutu merutuki kebodohannya barusan.

"Astagaaa ... Sepertinya gue sudah gila!"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Godaan Papa Teman Anakku   Bab 6

    Seperti yang Yasmin katakan pada Angga, ia akan berjualan kue muffin yang akan ia bagikan di grup tetangga dan ibu-ibu sekolah. Mungkin hasilnya tak seberapa, tapi cukup untuk menyibukkan diri—mengalihkan pikiran dari luka batin yang terus mengendap.Aroma vanilla dan cokelat langsung memenuhi dapur saat Yasmin mengeluarkan muffin yang baru matang dari dalam oven.“Eeemmm … wangi banget!” serunya, bangga dengan hasil yang terlihat sempurna.“Mengembang sempurna ….”Yasmin memindahkan kue-kue itu ke dalam tempat kue susun berbahan kaca, menatanya dengan cantik. Ia lalu meraih ponsel, menyalakan kamera, dan memotretnya dari berbagai angle.“Sepertinya cukup,” gumamnya. Ia menyortir beberapa foto terbaik, lalu mengirimkannya ke semua grup yang ada di ponselnya.Saking asyiknya dengan kue-kue itu, Yasmin hampir lupa menjemput anak-anaknya.“Astaga … sebentar lagi mereka pulang.”Tanpa sempat membereskan dapur, Yasmin melepas apron-nya dan bergegas keluar, setelah memastikan tak ada kompor

  • Godaan Papa Teman Anakku   Bab 5

    Lepas magrib Angga tiba di rumah, ia keluar dari mobilnya setelah memastikan semua barang-barangnya tidak ada yang tertinggal. Sambil membuka sabuk pengamannya, matanya sesekali melirik ke pintu masuk. Biasanya Yasmin akan berdiri di sana menyambutnya pulang. "Tumben gak nyambut, gue?" gumannya tanpa sadar. Biib. Setelah memastikan mobilnya terkunci dengan benar, Angga pun melangkah dengan ringan masuk kedam rumah. Ceklek. Kedua alis Angga mengerut saat akan memasukan anak kunci yang biasa ia bawa, namun keadaan pintu tidak terkunci dari dalam. "Tumben gak di kunci ...." gumamnya heran. Angga pun melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah, dengan berbagai pertanyaan di benaknya. Ada sesuatu yang hilang, namun ia tidak tau itu apa? "Hahahaha ...." "Mamah yang kalah, jadi harus di hukum!""Jangan, Kak. Ampun! Hahaha ...." "Ian bantu pegangin Mamah, Kak!" "Iyaa, pengang yang erat." "Hahaha ... Ampun, Bi ... Dek tolong Mamah, Dek!" "Ndak, Mamah harus di hukum." Senyum Angga te

  • Godaan Papa Teman Anakku   Bab 4

    Yasmin mematung sesaat, lalu berlalu begitu saja menuju kamar mandi. Berusaha mengabaikan suaminya begutu saja, Namun dengan cepat Angga mencekal lengannya.“Yasmin, saya bertanya sama kamu!” bentaknya dengan suara tertahan.“Ada apa sih, Mas?”“Ada apa? Saya bertanya sama kamu!” teriak Angga tepat di depan wajahnya.Yasmin menarik napas dalam-dalam, berusaha menahan emosi yang sejak tadi bergemuruh di dadanya.“Aku mau mandi dulu, boleh?” ucapnya pelan, menatap Angga dengan tatapan lembut seperti biasanya. “Badan aku rasanya lengket banget.”“Kamu dari mana saja?” tanya Angga, kini sedikit menurunkan suaranya. “Anak-anak nungguin kamu berjam-jam di sekolah,”“Mereka biasa pulang sendiri, nggak masalah,” sahut Yasmin cuek.“Apa?” Angga menatapnya tak percaya.“Aku mandi dulu. Capek.” Yasmin melepaskan paksa tangan Angga yang mencekal lengannya, lalu melangkah pergi menuju kamar mandi tanpa menoleh lagi.Angga menatap punggung istrinya dengan heran. Tak biasanya Yasmin bersikap sedingi

  • Godaan Papa Teman Anakku   Bab 3

    Taksi yang membawa Yasmin berhenti di sebuah gedung tiga puluh lantai tempat suaminya bekerja, sudah hampir sepuluh tahun Angga mengabdi di sana. Dan sekarang menjabat sebagai menejer produksi. Dengan langkah tegap Yasmin menaiki tangga anak tangga di depan lobby, karena hampir tiap hari ia datang, sehingga para sekuriti sudah mengenalnya dengan baik. "Selama siang, Mbak." sapanya, dengan ramah menyapa dua resepsionis di sana. "Siang, Bu." balas mereka tak kalah ramah. "Titip ini yaa, seperti biasa. Buat pak Angga," Yasmin menyodorkan tas bekal yang di bawanya di atas meja resepsionis. Kedua wanita itu saling sikut, lalu tersenyum kaku menerimanya. "I–iyaa, Bu." "Makasih yaa, saya permisi kalo gitu," Yasmin menganggukkan kepalanya, lalu berbalik beranjak dari sana. Senyumnya tak pernah pudar, setiap langkahnya terasa ringan. Berharap suaminya bisa makan dengan lahap masakannya hari ini. Namun ... Saat akan memesan taksi online, tiba-tiba Yasmin menepuk keningnya sendiri. "Yaa

  • Godaan Papa Teman Anakku   bab 2 Memuaskan diri

    Pagi harinya, seperti biasa Yasmin di sibukan dengan rutinitas paginya menyiapkan sarapan dan memastikan ketiga orang tersayangnya sudah bersiap dengan rapi. Di meja makan sudah tersaji semangkuk besar nasi goreng dan tak lupa telor ceplok kesukaan semua orang. Yasmin tengah mengaduk kopi hitam milik suaminya ketika Angga datang, lalu duduk di kursi biasanya. Wajahnya seperti biasa ... Datar. "Kopinya, Mas." Yasmin menaruh cangkir kopi di hadapan Angga, lalu mengisi piring pria yang hampir berkepala empat itu dengan nasi goreng. "Cukup." ucap Angga, sambil mengangkat tangannya ke udara. "Ooh, oke." Yasmin kembali menyimpan sutil ke mangkuk nasi, lalu melepas apron pink yang sejak tadi melekat di tubuhnya. "Aku lihat anak-anak dulu,""Hemmmm." gumam Angga sambil menyeruput kopinya. Yasmin berusaha menarik sudut bibirnya, lalu memilih beranjak pergi dari sana untuk mengecek putra-putri kesayangannya. Yasmin menaiki anak tangga satu persatu, lalu menuju ke kamar Bianca terlebih da

  • Godaan Papa Teman Anakku   Bab 1 Awal

    Di sebuah rumah sederhana berlantai dua, seorang wanita tengah berias di dalam kamarnya. ia adalah Yasmin yang tengah menunggu sang suami pulang. Yasmin menatap pantulan dirinya di cermin meja rias, jemarinya dengan lembut menyisir rambut sehalus sutra. Ia mengambil lip serum, lalu mengoleskannya perlahan di bibir ranum yang tampak semakin memikat. Setelah selesai, Yasmin bangkit dari duduknya dan berputar pelan. Lingerie hitam yang membalut tubuhnya tampak kontras dengan kulit putih bersihnya. “Heeemmm, wangi…” gumamnya puas, menghirup aroma parfum mahal yang baru saja ia semprotkan di titik-titik sensitif tubuhnya. Matanya terarah pada jam di atas nakas dekat tempat tidur. Senyum terbit di bibirnya ketika jarum panjang hampir menyentuh angka dua belas. “Sebentar lagi Mas Angga pulang… mending aku tunggu di bawah,” ujarnya pelan, sambil meraih jubah satin dan membungkus tubuh indahnya. Dengan langkah ringan, Yasmin meninggalkan kamarnya untuk menyambut suami tercinta. Sebelum

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status