Share

10 - Upaya Wirya

Penulis: Di_evil
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-28 13:14:35

Semenjak semalam hingga dini hari, Wirya lebih banyak terjaga. Pria itu cenderung tidak dapat tidur dengan nyenyak. Bukan karena beban pikiran yang mengganggunya. Melainkan oleh sosok mungil sang putri. Ia seakan tak bisa lama-lama memejamkan mata atau terlelap, manakala Laksmi yang baru berusia 50 hari itu selalu berada dekat di sisinya.

Wirya tidak pernah merasakan lelah ketika harus menggendong putrinya itu dalam durasi waktu lama, misal seperti malam tadi. Dimana, Laksmi rewel serta sedikit merepotkan sang istri. Wirya pun berupaya semaksimal mungkin membantu istrinya untuk menenangkan putri semata wayang mereka. Dan ia mempersilakan Latri beristirahat, sementara dirinya sabar menemani Laksmi yang sedang ingin begadang.

"Belum mengantuk, Nak?"

Kuluman senyuman bahagia di bibir Wirya belum memudar. Tatapan pria itu juga senantiasa masih tertuju pada wajah cantik putri kecilnya. Terdapat tarikan magnet yang seolah membuat Wirya tak ingin melewatkan ekspresi lucu yang dibentuk Laksmi. Terlalu berharga jika tidak diabadikan oleh matanya secara langsung.

"Kapan ngantuknya, Nak?"

Bagi Wirya, seorang anak merupakan anugerah terindah dan titipan khusus yang telah Tuhan percayakan untuk dijaga dalam pernikahan mereka. Dan Wirya tak akan pernah membiarkan perceraian terjadi. Semua harus coba dipertahankannya. Masa depan yang lebih baik berusaha dengan sekuat tenaga mulai ditatanya. Meredamkan segala keegoisan yang menimbulkan kehancuran.

"Nak, Papa minta maaf." Kelirihan mendominasi suara berat Wirya yang dialunkan serius. Pria itu tahu benar sang putri belum dapat memaknai ucapannya. Tapi, paling tidak Laksmi akan mendengarkan.

"Papa membiarkan Mama sendirian melahirkan kamu, Nak. Maafin Papa yang nggak bisa menemani Mama."

Wirya tidak peduli dengan kerapuhan yang saat ini sedang diperlihatkannya dihadapan sang putri. Tampak juga mata Wirya berkaca-kaca. Rasa sesak menghampirinya manakala melihat keluguan terpancar nyata di masing-masing manik cokelat milik Laksmi yang menatapnya dalam keluguan. Ia pun mudah terbawa perasaan.

"Harus selalu sehat dan kuat ya, Nak? Papa akan jaga Laksmi dan Mama."

Sebuah kecupan sayang lantas Wirya berikan di bagian dahi putrinya guna menyalurkan afeksi sebagai seorang ayah. "Laksmi nggak boleh jauh-jauh lagi dari Papa. Janji, Nak?"

"Laksmi dan Mama sangat berharga bagi Papa. Tanpa kalian, Papa nggak akan pernah hidup bahagia." Wirya masih menyematkan kesungguhan dalam lontaran kata.

Senyuman Wirya melebar bersamaan dengan cairan bening yang sejak tadi telah menggenang di pelupuk mata turun membasahi pipi. Ada kesedihan yang tidak mampu Wirya ungkapkan secara lisan dan gamblang. Ia juga tak suka menangis, akan tetapi semua itu cukup mewakili bagaimana perasaan yang menggerogoti hatinya.

"Papa siap berkorban dan melakukan apa pun untuk melindungi kalian. Laksmi dan Mama adalah tanggung jawab Papa sampai mati nanti," ucap pria itu begitu tegas dan juga penuh keseriusan.

"Buatlah keputusan secepatnya, Wi."

Wirya sedikit terkaget karena tiba-tiba saja suara Latri menyapa lembut indera pendengarannya. Pria itu lalu mengalihkan perhatian sebentar ke arah istrinya berada, tepat di sebelah kiri ranjang yang mereka tempati bersama. Mengulas senyuman terbaik dikala memperoleh tatapan menuntut dari istrinya itu.

"Aku akan meninggalkan perusahaan, Sayang. Sesuai permintaanmu," jawab Wirya memberi tahu keputusannya.

"Jangan pernah meminta cerai dariku lagi, Latri." Perkataan pria itu lebih terdengar seperti memohon.

"Apa boleh aku menginginkan satu hal lagi padamu, Wi?"

"Katakan saja, Sayang," balas Wirya cepat. Memperbolehkan. Atau nanti akan sanggup mengabulkan apa yang diminta istrinya.

"Apakah kamu mengizinkanku untuk membalas rasa sakit yang aku sudah alami akibat perlakuan Ibu dan Ayah kamu, Wi?"

===============================

Sejak lontaran pertanyaan dari sang istri yang belum bisa dijawabnya pagi kemarin, Wirya pun merasa jika hubungan mereka kian merenggang dan canggung. Tidak banyak obrolan panjang yang tercipta, walau mereka berdua lebih banyak menghabiskan waktu untuk sama-sama merawat serta juga menjaga Laksmi di rumah.

Tempat tinggal yang dimaksud di sini adalah kediaman Latri. Sudah hampir tiga hari belakangan Wirya selalu inapi demi dapat berkumpul dengan buah hati dan istrinya. Ia tidak ingin mengulang perpisahan untuk yang kedua kali. Tak akan pernah mampu baginya jika harus menghadapi rasa kehilangan lagi.

"Sudah tidur?"

Anggukan pelan dari Latri cukup mudah ditangkap oleh sepasang mata Wirya yang sejak tadi memang tidak henti memerhatikan dan memandangi wajah cantik istrinya itu. Wirya tahu bahwa Latri secara sengaja menolak untuk menatap dirinya. Dan alasan kuat yang melatarbelakangi tak lepas dari kebungkamannya juga mengenai permintaan diajukan oleh sang istri kemarin.

"Biar aku saja yang gendong Laksmi. Sekarang lebih baik tidur, Latri."

"Aku lihat kamu juga sudah lelah. Istirahatlah, Sayang," saran Wirya. Pria itu lantas beranjak bangun dari posisi duduk pada pinggiran ranjang guna mengambil putri kecilnya yang sedang berada dalam gendongan sang istri.

"Laksmi ditidurkan di boks saja, Wi. Jangan digendong. Kamu juga butuh istirahat. Tidurlah lebih awal."

Wirya tak mampu menyembunyikan perasaan bahagia menerima sebentuk perhatian dari istrinya. Dan segaris senyum pun dibentuk Wirya melihat sorot keteduhan di masing-masing manik milik Latri disaat mata mereka saling bersitatap.

"Apa kita bisa bicara sebentar?" Pria itu bertanya. Terkesan seperti tengah meminta persetujuan.

"Tentu, Wi." Latri pun secepatnya memberi jawaban atas permintaan sang suami. Mereka memang harus berbicara, masalah yang ada harus segera memperoleh titik temu atau solusi.

Wirya tak membalas dalam kata, hanya senyum tipis diulasnya seraya mengangguk pelan. Pria itu lantas mengakhiri komunikasi yang tidak ada lima menit berlangsung tersebut untuk menaruh putri kecil mereka di boks bayi. Setiap kali menyaksikan kedamaian pada wajah buah hati mereka saat tertidur, maka pikulan beban serta pikiran-pikiran rumitnya hilang sejenak.

"Selamat malam, Nak. Tidur yang nyenyak. Papa akan di sini menjaga Laksmi," ucap Wirya setelah sukses membaringkan tubuh mungi putrinya di dalam boks. Kemudian, ditutupi oleh selimut yang cukup tebal.

Wirya tak lupa juga memberi ciuman di bagian kening Laksmi dengan segenap kasih serta rasa sayang coba pria itu salurkan. "Love you, Nak."

Dan masih di kamar serta waktu yang sama, Latri begitu tersentuh akan momen antara ayah dan buah hatinya. Kehangatan, kepedulian, dan juga ketulusan sang suami kepada Laksmi. Memang tak salah jika keputusannya mempertemukan kembali Wirya dengan putri semata wayang mereka. Tidak ada yang mampu memisahkan ikatan darah. Ia memahami betul.

"Latri ...,"

Panggilan lembut suaminya, berhasil membuat Latri tersadar dari lamunan. Wanita itu langsung saja menatap sekaligus menarik kedua sudut-sudut bibirnya guna membentuk senyuman. Walau, tak terlalu lebar. Latri sempat merasa kaget ketika sang suami yang sudah kembali duduk di tepian kasur bersamanya, tiba-tiba memeluk erat.

"Maafkan aku." Wirya pun berucap dengan sesungguhan bercampur rasa bersalah.

"Kenapa meminta maaf, Wi?"

"Aku tidak akan bisa melihat kamu membalas semua perlakuan buruk orangtuaku selama ini, Latri. Mereka tetaplah Ayah dan Ibuku. Balaskan semua rasa sakitmu padaku saja."

"Aku tidak akan melakukannya, Wi."

Selepas kata-kata bernadakan tegas terlontar dari mulutnya, Latri dapat merasakan jika dekapan sang suami yang awalnya erat, detik ini sedikit mengendur. Latri tahu Wirya terkejut mendengar pernyataanya.

"Jawaban ini yang aku tunggu, Wi. Seburuk apa pun perlakuan dan sikap orangtuamu selama ini. Kamu harus menghormatinya." Latri meneruskan.

"Aku sudah memaafkan mereka. Tapi, kalau Ayah dan Ibumu berupaya untuk menyakiti Laksmi. Aku tidak akan bisa diam. Aku punya tanggung jawab melindungi putri kita," imbuh wanita itu. Menegaskan prinsip yang dipegangnya. Ia tak dapat mengalah jika berkaitan dengan anak mereka.

"Sama, Latri. Aku juga tidak akan pernah membiarkannya. Aku berjanji padamu."

================================

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Good Papa, Bad Husband   25 - Laksmi Suka Adik Bayi

    Pergantian hari terasa cepat berjalan baginya, begitu juga dengan waktu. Walau satu bulan sudah berlalu sejak peristiwa tak mengenakan terjadi pada sang istri, Wirya tetap saja siaga. Tak sekalipun lengah menjaga dan mengontrol kondisi istrinya.Sikap pria itu juga jadi semakin protektif. Perhatian yang diberikan Wirya tidak pernah berkurang, sesibuk atau sepadat apa pun pekerjaannya. Pria itu tak akan menjadikan sang istri dan buah hati kecil mereka urusan yang kesekian. Ia masih sangat mengutamakan keluarga. Karena, begitu kewajibannya.Misalkan hari ini, Wirya menemani sang istri pergi lagi ke dokter spesialis kandungan guna lakukan pemeriksaan secara rutin, setiap 14 hari sekali. Mengingat usia kehamilan istrinya yang sudah menginjak 10 minggu, maka mereka harus meningkatkan pengawasan, menghindari hal tidak diinginkan."Buumm...buumm." Laksmi berucap cukup lantang seraya mencoba meniru gaya ayahnya yang sedang menyetir dan duduk n

  • Good Papa, Bad Husband   24 - Rasa Cinta Dalam

    Hingga angka di jam digital di atas meja menunjukkan tepat pukul tiga dini hari, Wirya tidak beranjak tidur. Pria itu belum sekalipun memejamkan mata. Wirya memilih menjaga istrinya. Menyiagakan diri jika terjadi sesuatu yang lebih buruk dan tidak diinginkan nanti.Sementara, Latri sudah mampu berbaring nyaman di tempat tidur mereka. Setelah rasa sakit perutnya menghilang sepenuhnya. Dan, wajah damai wanita itu, manakala sedang tertidur pun menjadi pemandangan yang sangat jarang bisa dinikmati."Aku sudah banyak membuat kamu menderita, Latri," ujar Wirya begitu pelan. Namun, nada bersalah jelas terdengar di dalam suara berat pria itu. Genggaman Wirya pada tangan istrinya kian dieratkan bersamaan dengan rasa sesal semakin menyesakkan dada.Linangan air mata serta pengutaraan ketakutan dari sang istri beberapa jam lalu masih melekat kuat di dalam benak Wirya. Sungguh, ia tak tega dan juga ikut merasakan sakit. "Mungkin permintaan maafku saja tidak akan bisa cukup.

  • Good Papa, Bad Husband   23 - Komitmen Pernikahan

    "Wirya...," gumam Latri tak keras. Nyaris seperti berbisik. Suaranya begitu kecil. "Maaf," ucap wanita itu tak enak hati."Maaf karena sikapku kasar tadi siang padamu, Wi."Beberapa hari belakangan, ia dan sang suami sudah tak lagi tidur dalam satu kamar yang sama sesuai permintaannya. Sang suani pun menurut, tidak mempunyai alasan kuat untuk menolak. Namun, saat melihat Wirya seperti malam ini, Latri menjadi tak tega dan mengasihani suaminya. "Jangan tidur di sini. Lebih baik di kasur."Wirya mampu merasakan jika ada sentuhan lembut pada pipi kanannya. Ia memilih merapatkan pejaman mata seraya meraih tangan sang istri guna digenggam erat. Wirya sangat suka momen dimana istrinya masih menunjukkan kepedulian, meski hubungan mereka kian memburuk pasca perdebatan yang terjadi siang tadi."Di sini kamu pasti tidak akan merasa nyaman untuk tidur. Pindah ke kasur, Wi." Latri coba membujuk suaminya.Wirya tak menanggapi perkataan sang istri, m

  • Good Papa, Bad Husband   22 - Amarah Kebohongan

    Ucapan Wira terus saja terngiang di telinga Wirya hingga menambah ketidaktenangan yang melingkupi dirinya. Wirya bahkan kian tak bisa berpikir jernih, konsentrasi dalam bekerja tak lagi tersisa. Ia lantas mengambil keputusan nekat, yakni membatalkan pertemuan bersama salah satu klien yang penting secara sepihak.Wirya tak ingin terlalu memikirkan konsekuensi yang akan diterima oleh perusahaan serta bisnisnya. Untuk sekarang, Wirya lebih mengutamakan penyelesaian dari masalahnya dengan sang istri. Wirya hendak mengajukan permohonan pada Latri. Berharap, istrinya bersedia mengabulkan, walauterasa berat.Untuk Wirya, tidak akan pernah mudah meminta sang istri menggugurkan calon anak kedua mereka. Ia sungguh tidak sanggup membunuh nyawa darah dagingnya. Namun, Wirya tak punya alternatif lain guna menyelamatkan sang istri."Kenapa pulang cepat, Wi? Siang ini bukannya kamu punya jadwal bertemu dengan PT. Sejahtera?" Latri bertanya, ingin mengetahui a

  • Good Papa, Bad Husband   21 -Rasa Bersalah & Pengampunan

    Wirya tak bisa menikmati sarapan dengan suasana hati damai atau tentram pagi ini. Sebab, memang aura dan suasana yang kini melingkupi dirinya dan sang istri sedang tidak enak. Efek keberanian mengungkap sederet fakta di masa lalu pada wanita itu harus bisa ia terima mulai sekarang.Semua tak akan pernah bisa sama lagi seperti sebelumnya. Hubungan mereka berdua rasanya kian jadi memburuk. Dan hal tersebut sungguh sulit bagi Wirya. Hati kecilnya tidak ingin ada perubahan.Akan tetapi, terlalu mustahil untuk dapat terkabul. Karma sedang berlaku untuknya. Wirya tidak dapat menghindari. Terlepas dari rasa sesal yang membelenggu setia."Sayang ...,"Manakala, mendengar panggilan dari sang suami, maka Latri segera memindahkan pandangan pada sepasang mata suaminya. Meski, tidak bertahan lama. Mungkin enam detik. "Ada apa?" tanya wanita itu dengan nada datar."Masih tidak enak badan? Mau aku antar ke dokter?"Latri

  • Good Papa, Bad Husband   20 - Kejahatan Busuk Suami

    Wirya baru sampai di kediamannya pada pukul sebelas malam.Dan, saat sudah injakkan kaki di ruang tamu yang masih terang oleh nyala dari sinar lampu, Wirya segera saja memusatkan perhatian ke arah sofa, di sana tampaklah istrinya sedang tertidur pulas saat ini. Wirya terpaku sejenak, kala disuguhkan pemandangan  wajah damai sang istri. Hati pria itu menghangat.Tatapan Wirya yang teduh senantiasa masih tertuju ke sosok sang istri bersamaan dengan menipisnya jarak di antara mereka karena Wirya yang juga kian berjalan mendekat ke arah sofa. Ulasan senyuman terlihat di wajah pria itu, dikala membelai secara halus pipi kiri sang istri. Sementara, pergerakan kecil ditunjukkan Latri,tatkala merasakan ada sentuhan tangan milik seseorang. Lalu, kedua matanya terbuka."Kenapa tidak tidur di kamar? Di sini udaranya dingin, Sayang." Wirya berujar dengan begitu lembut.Latri yang hendak melontarkan sejumlah kata. Namun, diurungkan. Wanita itu memilih untuk memejamkan m

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status