Share

2. Kekasih Bajingan

Author: pramudining
last update Last Updated: 2025-05-16 10:55:28

Happy Reading

*****

Mutia mulai menutup mata setelah berusaha membuka suara di hadapan lelaki tersebut, rasa sakit yang perempuan itu rasakan membuatnya ingin mati saja.

"Hey," teriak sang pemilik mobil sambil membuka pintu berusaha menangkap tubuh Mutia. Lelaki berbadan tegap dengan tinggi sekitar 170 cm itu mengguncang pelan tubuh perempuan yang berhasil dia tangkap.

"Berani-beraninya kamu pingsan di dekatku," ucap pemilik nama Bagaskara Putra Amarta.

Ketiga preman itu segera menghentikan langkah ketika melihat siapa lelaki yang telah menolong si target. Mutia sendiri terpaksa membuka mata walau tubuhnya terasa remuk. Namun, karena guncangan serta ancaman si lelaki, dia tak mungkin memejamkan matanya lagi.

"Tolong, Pak Bagas," ucap Mutia lirih.

"Kamu yakin minta tolong padaku?" tanya Bagas, menegaskan ucapan Mutia.

"Yakin, saya akan memberikan apa pun sebagai balasan atas pertolongan Anda." Tubuh Mutia makin melemah. Kakinya tak mampu lagi menopang bobotnya.

"Aku harap kamu tidak akan pernah menyesali keputusanmu." Tatapan lelaki itu begitu tajam. Siap memangsa perempuan di pelukannya.

Setelah mendapat gelengan kepala dari Mutia, tangan kiri Bagas meminta anak buahnya untuk menghajar para preman itu. Dia sendiri membopong Mutia ke mobilnya.

Perkelahian antara anak buah Bagas dan para preman tadi, tidak sempat disaksikan oleh Mutia. Dia kini, berada di pelukan sang pengusaha yang terkenal playboy dan kejam pada semua perempuan yang tidak diinginkannya.

"Kamu telah menentukan pilihanmu sendiri. Jadi, jangan berharap aku akan melepaskanmu," ucap Bagas penuh penekanan. Lalu, lelaki itu meminta sopirnya untuk menjalankan kendaraan. Mencopot jaket yang dikenakannya, Bagas memakaikan pada Mutia.

"Terima kasih," ucap Mutia masih dalam dekapan lelaki yang beberapa kali pernah ditemui setiap kali sang kekasih mengajak ke pesta atau jamuan makan-makan di kalangan pengusaha.

"Ucapkan terima kasih dengan cara lain."

"Maksudnya?" Mutia merotasi kedua bola matanya.

Mendekatkan bibir tepat di cuping telinga Mutia, Bagas berkata, "Hangatkan ranjangku malam ini." Sengaja, lelaki itu memberikan kecupan di area sana.

Tubuh Mutia bergetar hebat. Sekalipun memiliki kekasih sejak masa SMA, tetapi dia tidak pernah melakukan kontak fisik seintim seperti yang dilakukan dengan Bagas saat ini.

Perjalanan terasa lama bagi gadis dengan baju yang sudah robek di beberapa bagiannya. Sementara lelaki di sampingnya malah terkesan sangat santai menanggapi kedekatannya dengan Mutia. Salah satu tangannya bahkan masih betah melingkar di area pinggang si gadis.

Memasuki halaman rumah yang terbilang mewah di daerah perumahan elit, Mutia menatap ke arah luar jendela. Pikirannya menerawang jauh, sudah saatnya dia harus membayar apa yang telah dijanjikan tadi pada sang lelaki penolong karena mobil sudah memasuki bagasi sebuah rumah.

"Turunlah dulu. Masih ada yang perlu aku bicarakan dengan asistenku."

Tanpa banyak bicara, Mutia turun dengan memakai jaket milik Bagas untuk menutupi bagian tubuhnya yang terbuka. Menunggu di teras rumah putra pejabat nomor satu di kota kelahirannya. Perempuan itu menghidupkan layar ponselnya.

Notifikasi chat dari aplikasi yang memiliki ikon telepon berwarna hijau  terdengar sangat nyaring. Puluhan orang mengirimkan chat pada gadis itu dan yang paling membuat matanya terbuka lebar adalah chat yang dikirim sahabat baiknya sekaligus suami dari Novita, Alfian.

"Mut, kamu sama Nazar emangnya udah putus?" tulis sang pengacara sekaligus suami Novita.

Kening Mutia berkerut. Bagaimana dirinya bisa putus, sedangkan tadi pagi Nazar masih mengajaknya sarapan bareng di kafe favorit mereka.

"Ngawur aja kalau ngomong. Kamu sengaja mendoakan kami putus, ya," tulis Mutia membalas chat Alfian.

"Nggak gitu juga. Ngapain aku mendoakan kalian putus. Malah aku berharap kalian cepat menikah. Cuma kabar yang aku dengar dari grup alumni kampus, Nazar malam ini bertunangan dengan gadis paling berpengaruh di kota ini."

Mutia hampir saja menjatuhkan ponselnya ketika membaca balasan chat dari Alfian. Sementara itu, Bagas sudah berdiri di samping sang gadis dan berhasil menangkap benda pipih tersebut.

"Kenapa terkejut begitu?"

"Saya ...." Suara Mutia tercekat di tenggorokan. Antara ingin menangis dan takut.

Tanpa banyak kata, Bagas mengangkat Mutia ke dalam gendongannya. Tubuh perempuan itu terasa sangat ringan di tangan si Don Juan. Bahkan satu tangannya masih bisa dipakai untuk membuka pintu rumah.

"Pak, saya mau dibawa ke mana?" Suatu pertanyaan bodoh yang terlontar dari bibir Mutia. Jelas-jelas Bagas sedang menuju kamarnya yang berada di lantai dua, tetapi perempuan itu masih bertanya.

"Bukankah tadi sudah aku katakan. Tugasmu malam ini adalah menghangatkan ranjangku," bisik Bagaskara bahkan lelaki itu sudah mendaratkan bibirnya ke bibir Mutia.

"Tapi, saya ...."

"Tidak ada kata tapi." Bagas melemparkan Mutia ke ranjang.

"Pak, saya ...."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   17. Kacau

    Happy Reading*****Tak berbeda jauh dengan keadaan Mutia yang kacau, kondisi Bagas pun lebih menyedihkan lagi. Setelah meninggalkan klinik Satya karena kecewa dan kesal dengan hasil pemeriksaan Mutia, lelaki itu segera datang ke kantor. Rapat penting yang membahas proyek besar bernilai fantastis, dia batalkan. Entah mengapa hatinya begitu sakit ketika mengetahui dirinya bukanlah lelaki pertama yang berhubungan intim dengan Mutia. "Kamu beneran sudah gila, Gas. Cuma karena suasana hatimu buruk, kamu bisa membatalkan meeting penting kali ini. Ada apa sebenarnya? Nggak biasanya kamu linglung begini. Apa ini menyangkut Fardan?" tanya Arham di ruang kerja Bagas. Lelaki itu terpaksa menghubungi klien mereka yang akan bekerja sama untuk membatalkan pertemuan. Alhasil, rekanan itu marah dan membatalkan kontrak kerja sama yang akan mereka jalani. Pihak rekanan menganggap jika perusahaan yang dipimpin Bagas, hanya main-main dengan proyek yang sedang berlangsung. Bagas tak menyahut, malah m

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   16. Bukan Perawan

    Happy Reading*****"Mengapa kamu berbohong, Tia!" bentak Bagas, tangannya masih mencengkeram kuat leher wanita di sebelahnya padahal Satya sudah berusaha menyingkirkan tangan itu."Hentikan, Gas! Atau aku akan memanggil polisi," bentak Satya, "Ingat, kamu sedang berada di klinikku sekarang. Nggak usah nyari gara-gara." Bagas melepaskan cengkeraman tangannya dari leher Mutia, tetapi tatapannya masih saja menakutkan. "Kamu mengatakan tidak pernah berhubungan dengan Nazar, tapi apa ini?" teriak Bagas, meluapkan semua kekecewaannya pada perempuan yang semalam sudah membuatnya terbang berkali-kali ke nirwana. Kini, lelaki itu kembali mencengkeram leher wanitanya walau tidak sekuat tadi. Mutia terbatuk-batuk, tenggorokannya sakit hingga tidak bisa menjawab pertanyaan lelaki yang sudah menolongnya itu. Dia sama sekali tidak memahami mengapa Bagas marah sampai lepas kendali seperti tadi. Mutia semakin takut dan mempertanyakan pendapatnya sendiri yang mengatakan bahwa Bagas adalah lelaki

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   15. Kenyataan Pahit

    Happy Reading*****Bagas segera melangkah keluar ketika percakapannya dengan seseorang ditelepon sudah terputus. Sementara Mutia masih berendam di bak mandi air hangat yang sudah disiapkan lelaki itu. Aroma lavender yang berasal dari lilin di sebelahnya memberikan sensasi menenangkan, perempuan itu tanpa terasa memejamkan mata kembali.Entah berapa lama dia tertidur di bak tersebut, saat terasa sentuhan di kulitnya yang halus, Mutia membuka mata."Sudah berendamnya, ya." Bagas segera mengangkat tubuh perempuannya tanpa meminta persetujuan Mutia."Pak," jerit Mutia ketika lelaki itu menggendongnya. Merapatkan kedua paha agar pusat intinya tidak terlihat oleh Bagas. Tadi, Mutia tidak mengenakan pakaian sehelai benang pun saat berendam."Malu?" tanya Bagas sambil terkekeh. "Aku sudah melihat semuanya semalam.""Iya, tapi kan," protes Mutia sambil menyembunyikan wajahnya di ceruk leher si lelaki."Sudahlah." Bagas menurunkan Mutia di kursi meja kerjanya. Lalu, mengambilkan jubah mandi un

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   14. Malam Panas

    Happy Reading*****"Aaah," ucap Bagas merasakan geli ketika bibir Mutia menyentuh area lehernya. Rasanya pusat inti sang lelaki makin terbangun saat ini. "Selesaikan makannya dulu!" Lelaki itu menyuapkan kembali makanan ke mulut wanitanya. Setelahnya memasukkan makanan ke mulutnya sendiri dengan menggunakan sendok sama seperti yang dipakai untuk menyuapi Mutia. Bagas perlu mengisi energinya sebelum kegiatannya dengan Mutia dimulai. Sejak sarapan tadi, lelaki itu belum mengisi perutnya kembali dengan makanan.Selesai menghabiskan makanan yang ada di piringnya, Bagas membopong Mutia."Bi," paggil sang pemilik rumah pada pembantunya. Perempuan paruh baya yang membantu Mutia di dapur tadi, tergopoh mendekati majikannya. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat adegan romantis yang belum pernah dia lihat."Aduh, mata Ibu ternoda, Mas," kata Bi Siti, menggoda majikannya yang sejak beberapa tahun lalu seperti antipati terhadapa wanita. Namun, anehnya nama Bagas sebagai don juan begitu me

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   13. Permainan Mutia

    Happy Reading*****Mutia berjingkat, lalu menatap dua lelaki berbeda generasi itu dengan tatapan heran."Batasan apa yang kamu maksud? Apa yang kita lakukan nggak jauh beda," cibir Fardan, enteng bahkan tak ada permintaan maaf yang keluar dari bocah itu."Dan," panggil Arham sambil menggelengkan kepala. Jelas sekali lelaki itu meminta supaya si kecil tidak melanjutkan perdebatannya dengan Bagas."Ham, bawa anak ini keluar kalau perlu kurung dia supaya sadar kesalahannya," perintah Bagas pada asistennya."Gas, ingat. Dia masih kecil," protes Arham yang langsung mendapat pelototan dari Bagas."Masih kecil saja sudah jadi pembangkang. Bagaimana besarnya nanti?""Bukankah kelakuan kita sama. Kamu masih kecil juga sering membangkang dan nggak mematuhi omongan Eyang Kakung," cibir Fardan.Braak ....Tangan Bagas memukul meja dengan keras."Enyahkan di dari hadapanku! Kurung dia di kamarnya," bentak Bagas pada Arham."Tapi, Gas," tolak Arham.Entah kekuatan dari mana, Mutia tanpa sadar meme

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   12. Keras Kepala

    Happy Reading*****Tatapan lelaki itu begitu menakutkan bagi Mutia, tetapi Fardan sama sekali tak gentar. Si kecil malah melotot mendengar perkataan Bagas yang menghentikan ucapannya tadi."Aku punya hak memilih siapa perempuan yang akan menjadi istrimu. Jika aku nggak setuju dengan perempuan itu. Maka, kamu nggak boleh menikahinya," kata Fardan keras. Arham dengan cepat menutup mulut si kecil karena melihat tatapan mengerikan dari Bagas.Sang asisten bahkan sudah memindahkan tubuh mungil yang sejak tadi menaruh tangannya di pinggang ke dalam gendongannya. Arham terlihat seperti melerai pertengkaran yang terjadi dengan lawan yang tidak seimbang."Kalian ini kenapa sebenarnya?" tanya Mutia, "Apa hubungan kalian berdua? Pak Bagas aneh. Omongan anak kecil masih saja diladeni.""Diam!!" bentak Bagas dan juga Fardan secara bersamaan."Eh." Mutia langsung memundurkan langkah ketika mendengar suara keras tersebut."Sebaiknya, kamu siapkan makanan untuk kami," perintah Bagas dengan tatapan m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status