Share

55. Pengecut

Author: pramudining
last update Last Updated: 2025-06-13 16:16:48

Happy Reading

*****

Tubuh Arham menegang, tetapi dengan cepat dia bisa menguasai keadaan. "Kenapa saya nggak boleh ada di tempat seperti ini. Ingat, Om, saya ini asistennya Bagas, jadi wajar jika saya mengikuti ke mana pun dia pergi," sahut Arham.

"Lho, kalian saling mengenal?" tanya seorang lelaki berperut buncit dengan peci hitam dan baju batuk.

"Kebetulan kami tetanggaan di kota, Pak," jawab Bagas seenaknya tanpa meminta ijin pada dua pasangan yang tadi menyapanya.

"Oh, begitu," sahut si Pak RT. "Jadi, ada keperluan apa kalian berdua ke sini?"

"Kami cuma mau melapor bahwa kamu tamu yang menginap di rumah Nenek Jannah," sahut Arham. Dia sengaja menyela perkataan si bos yang terlihat menahan amarah melihat pasangan di depannya.

"Oh, begitu. Apa hubungan kalian dengan Nenek Jannah?" Lelaki itu mempersilakan Bagas dan Arham untuk duduk, tetapi keduanya menolak.

"Kami teman kerja cucu, Pak," jawab Bagas cepat supaya dia segera meninggalkan rumah tersebut. Berada satu udara dengan pasa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   58. Mutia dan Anjani

    Happy Reading*****Mendengar suara keras yang berasal dari Nazar, Arham keluar dari mobil. Begitu juga dengan Jannah, setengah berlari perempuan sepuh itu menghampiri cucunya dan ketika melihat Nazar, kemarahan itu muncul."Mau apa lagi kamu kemari, Zar?" tanya Jannah penuh emosi. "Apa belum cukup kamu menyakiti Mutia?""Bukan begitu, Nek. Aku ...," kata Nazar. Lelaki itu berusaha memegang tangan Jannah untuk mendapatkan maaf. Namun, si nenek dengan cepat menepis."Apa yang kamu lakukan, Zar?" bentak Gladys. Tidak suka melihat tunangannya yang merendah pada orang lain. "Nggak usah ikut campur, Dys. Niatku datang ke sini, memang untuk meminta maaf pada Nenek." Nazar menatap Gladys tajam bahkan tangannya sedikit mendorong perempuan itu supaya menjauh. "Bagus jika kamu memiliki rasa bersalah, tapi perasaan bersalah itu kurang tepat jika kamu tujukan pada Nenek. Harusnya, kamu katakan itu pada Mutia. Dia adalah orang yang paling menderita akibat semua ulahmua," kata Jannah."Aku sama s

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   57. Maling Teriak Maling

    Happy Reading*****Sebenarnya, Mutia tidak mengerti dengan perbincangan antara Bagas dan Yunita. Dari percakapan tersebut, Mutia menangkap ada sesuatu yang mereka sembunyikan. Oleh karena itulah si ibu guru juga ingin mengetahui siapa papa kandung Nazar yang katanya kaya itu. "Jadi, selama kamu pacaran sama Nazar, belum dikenalin ke papanya?" tanya Arham sengaja memancing reaksi Yunita selanjutnya."Sudah tahu dari awal hubunganmu dengan dia tidak akan pernah naik ke jenjang pernikahan. Kenapa masih bisa bertahan hingga bertahun-tahun?" tambah Bagas. Tadi, Jannah sengaja meninggalkan Yunita, masuk lebih dulu ke rumah. Entah mengapa, perempuan sepuh itu malas untuk berbincang dengan perempuan yang pernah menjadi calon besannya. Mutia menunduk, memeri kebersamaan dengan Nazar terlintas begitu saja di depan mata. Bagaimana lelaki itu selalu beralasan ketika dirinya meminta dikenalkan dengan orang tua lelaki yang katanya ditemukan. Memang ada sedikit kejanggalan, tetapi Mutia tidak p

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   56. Siapa Papanya Nazar?

    Happy Reading*****Bagas menatap putranya lekat. Tak terasa air mata itu jatuh di pipinya. Mutia sendiri langsung berlari masuk untuk mengambil kotak P3K."Kenapa kamu mengatakan Papa pengecut?" tanya lelaki dengan kulit kuning Langsat yang kini pipinya memerah karena amarah dan terpaan sinar mentari."Gimana nggak pengecut kalau Papa cuma bisa menyakiti diri sendiri karena nggak bisa menentang Eyang Kakung," cibir si kecil. Fardan membalas tatapan papanya, meremehkan. Bagas langsung melirik Arham. Cuma dia satu-satunya yang bisa menceritakan kejadian di rumah Pak RT tadi pada putranya. "Nggak usah kek gitu lihatnya. Aku cuma pengen Fardan tahu aja. Suatu hari, dia pasti akan bertanya juga mengenai masalah ini. Kita nggak bisa terus membohonginya," jelas Arham. Begitu santai, sama sekali tidak ada rasa takut maupun emosi saat menjelaskan mengapa menceritakan kejadian tadi pada si kecil."Kamu tidak punya hak," kata Bagas keras. Dari arah rumah, tergopoh Mutia berlari mendekati Ba

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   55. Pengecut

    Happy Reading*****Tubuh Arham menegang, tetapi dengan cepat dia bisa menguasai keadaan. "Kenapa saya nggak boleh ada di tempat seperti ini. Ingat, Om, saya ini asistennya Bagas, jadi wajar jika saya mengikuti ke mana pun dia pergi," sahut Arham."Lho, kalian saling mengenal?" tanya seorang lelaki berperut buncit dengan peci hitam dan baju batuk."Kebetulan kami tetanggaan di kota, Pak," jawab Bagas seenaknya tanpa meminta ijin pada dua pasangan yang tadi menyapanya. "Oh, begitu," sahut si Pak RT. "Jadi, ada keperluan apa kalian berdua ke sini?""Kami cuma mau melapor bahwa kamu tamu yang menginap di rumah Nenek Jannah," sahut Arham. Dia sengaja menyela perkataan si bos yang terlihat menahan amarah melihat pasangan di depannya."Oh, begitu. Apa hubungan kalian dengan Nenek Jannah?" Lelaki itu mempersilakan Bagas dan Arham untuk duduk, tetapi keduanya menolak. "Kami teman kerja cucu, Pak," jawab Bagas cepat supaya dia segera meninggalkan rumah tersebut. Berada satu udara dengan pasa

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   54. Masih Tentang Tetangga

    Happy Reading*****Mutia terdiam cukup lama. Terbayang perkataan Bagas beberapa waktu lalu yang mengatakan bahwa Nazar adalah seorang bajingan sehingga menyebabkan persahabatan mereka terputus dan berubah menjadi musuh. "Apakah karena ini?" tanya Mutia dalam hati."Ya, sudah. Saya tak pulang dulu, Nek. Kalau terus ngobrol, nanti nggak jadi masak," katanya. Jannah cuma menganggukkan kepala sebagai jawaban. Lalu, menoleh ke arah Mutia yang terlihat diam dan melamun. Perempuan sepuh itu menyentuh lengan cucunya, mengembalika kesadaran si ibu guru. "Nggak usah dipikir. Nenek bersyukur kamu nggak jadi menikah dengan Nazar yang ternyata keluarganya memiliki latar belakang demikian," ucap Jannah, "Nenek yakin, apa yang menjadi takdirmu nggak akan pernah menjauh bahkan pergi darimu. Tapi, jika memang bukan takdirmu, ya, seperti sekarang ini. Jangan sedih dan disesali.""Aku nggak menyesal, Nek. Malah bersyukur, sudah dijauhkan dari orang-orang seperti itu," shut Mutia. "Sudah, Nek. Nggak u

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   53. Tetangga Oh Tetangga

    Happy Reading*****Mutia diam sebentar, lalu melirik Bagas yang masih terlihat mengantuk. Beberapa detik kemudian, dia kembali menoleh pada pasangan paruh baya yang akan berangkat bekerja. Kedua pasangan yang menyapa tadi memang selalu berangkat kerja sebelum subuh karena jarak yang lumayan jauh tempat kerjanya. "Enggeh, Pak Lik. Nanti, saya pasti melapor ke Pak RT. Kemarin, bos saya ini datangnya sudah agak malam. Jadi, sengaja saya menyuruh beliau istirahat terlebih dulu," jelas Mutia sengaja mencari alibi agar mereka tidak berkata dan menuduh macam-macam."Oalah begitu. Ya, sudah. Kami pamit, ya. Mau meneruskan perjalanan," ucap si lelaki paruh baya. "Monggo," sahut Mutia sopan. Sepeninggal pasangan tersebut, Bagas menoleh pada Mutia. "Mereka mau ke mana pagi-pagi begini?""Kerja," jawab Mutia. "Sebaiknya, Bapak segera pindah sebelum banyak yang melihat dan saya kesulitan menjawab nantinya.""Baik, Sayang." Mencolek dagu Mutia. "Genit, ih."Bagas dengan cepat memegang pipi M

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status