*Cecan Harmony*Sarah: “Pada dimana nih, gengs?” Mia: “Rumah”Yuni: “2”Siska: “3”Vina: “4”Yuni: “Laura, mana nih?”Laura: “Hadir”Siska: “Harus diabsen dulu ya, Ra”Siska: “Baru mau keluar,”Laura: “Hahaha”Vina: “Share Location”Vina: “Jam tiga ya, guys…”Siska: “Ok”Yuni: “2”Laura: “3”Sarah: “4”Mia: “5”Vina: “Ini keywordnya pada kaga isi abc apa gimana dah”Yuni: “Males ngetik”Siska: “2”Sarah: “Kaga usah dilanjut ya”Vina: “Yaudah sana, pada siap-siap dulu gih”Sarah: “Okeee, see u guys..”Laura keluar dari roomchat grup tersebut, ia bangun dari posisi rebahannya. Lalu bersiap untuk bertemu teman-teman barunya. Laura hanya mengoleskan bedak tipis pada wajahnya, menggunakan liptint peach untuk mempercantik bibirnya. Laura mengambil satu jepit rambut motif bintang, lalu memakainya. Laura memperhatikan dirinya di depan cermin, dengan seulas senyum ia mengambil tasnya, lalu keluar dari kamar.
Abian sibuk berkutit dengan buku dan pulpen yang ia pegang, menyalin tugas biologi yang lupa ia kerjakan. Matanya sibuk melihat buku disampingnya, membaca tulisan itu dalam hati, mempercepat tangannya menulis setiap kata. Padahal kemarin siang Sagara sudah mengingatkan Abian bahwa tugas biologi akan dikumpul hari ini. Tetap saja Abian menanggapinya dengan santai, dan sekarang dia kelimpungan sendiri. Sedangkan Sagara dan Darrel yang sudah mengerjakan tugas itu kemarin, bisa mabar game online. Abian mempercepat tangannya menulis, mendengar keseruan dua temannya bermain membuat dirinya tidak sabar untuk bergabung. “Woi, tungguin gua dong” Pinta Abian sambil menulis. “Cepetan nulisnya bege, lelet amat lo” jawab Sagara asal. Abian langsung membuka aplikasi game yang sudah terinstall di ponselnya sejak lama. Ikut bergabung main dengan Sagara dan Darrel. Sesekali mengumpat kasar karena hampir kena tembakan. “Anjing! Lo yang bener mainnya setan!” umpatnya kasar.
“Gar, HP lo berisik banget jing. Angkat dulu sana, siapa tau telpon penting” suruh Darrel yang segera melempar ponsel berwarna hitam milik Sagara, karena merasa terganggu dengan suara dering berisiknya. “Emang siapa yang nelpon malem-malem gini, Rel?” Darrel yang tadi sempat membaca sekilas nama yang tertulis di layar ponsel itu menyebut. “Jessica” sebutnya. “Anjir, si Jessica! Lo balikan Gar sama dia?” tanya Abian yang duduk di sebelah Sagara, dengan stik PS yang masih ia pegang. “Lanjutin dulu dong, Rel” Sagara mengambil ponselnya yang dilempar Darrel tadi. Sagara menggeser tanda hijau di layar ponsel, sebelum mulai berbicara. Darrel yang baru saja menggantikan Sagara bermain dimarahi Abian habis-habisan. “Halah, gua kira suhu ternyata cupu. Maen begini doang kaga bisa” serbu Abian dengan kata-kata sedikit pedas, mereka kalah karena Darrel yang terlambat menghindari tembakan. “Hallo, kenapa Jes?” pertanyaan pertama yang Sagara keluarkan, ketika panggilan te
“Setelah gua pantau, lo udah deket sama Jessica. Selama kurang lebih dua bulan.” Abian berbicara sambil mengganti seragam sekolahnya, dengan kaos oblong hitam yang ada didalam tasnya. Yang diajak bicara hanya berdeham mengiyakan. “Terus rencana lo selanjutnya, kapan mau nembak Jessica?” “Kalau ditembak, yang ada tuh cewek mati” sahut Darrel yang mendengar. “Ga mungkin sampe mati sih, paling cuman sampe jantung doang yang ga berdetak” sahut Abian menimpali candaan Darrel. “Kapan ya kira-kira waktu yang tepat?” tanya Sagara meminta saran dari kedua temannya yang suhu itu. “Kalau lo masih mau ngeliat Jessica lebih lama, mending undur dulu deh. kasian gua liatnya“ ujar Darrel membuat Abian geram karena terus saja tidak focus. Dengan kata-kata mujarab, lo bisa tuh bikin Jessica langsung jatuh hati” ujar Abian meyakinkan. “Gimana tuh?” tanya Sagara penasaran. “Yang pertama lo harus siap dulu. Lo harus perjelas hubungan kalian berdua, cewek gasuka nunggu Gar
Laura duduk dibangku nomer tiga belas, dengan segelas ice taro kesukaanya. Kali ini Laura datang lebih cepat, dari waktu yang mereka janjikan. Mereka berenam akan latihan lagi. Kurang dari seminggu lagi waktu yang mereka punya, mereka akan bernyanyi diatas panggung Harmony. Akan disaksikan oleh semua anggota Harmony, Laura merasa gugup takutnya mereka melakukan kesalahan yang mempermalukan kelompok mereka.*Cecan Harmony*Sarah: “Pada dimana nih, guys?”Sarah: “Ada yang mau dijemput gak? Mobil gua kosong”Yuni: “Ekhem, jemput dong”Siska: “Ekhem, gua juga”Sarah: “Oke keep. Cuman muat dua orang aja, yang lain jalan kaki lo semua”Mia: “Yah, udah closed. Yakali gua udah dandan cantik, malah naik angkot”Sarah: “Gapapa gasih, siapa tahu lo ketemu jodoh disana”Mia: “Ga asik banget ketemu jodoh di angkot. Minimal di pesawat kek”Yuni: “Gayaan banget lo, ketemu di bus juga udah syukur”Vina: “@Mia, gua aja yang jemput”Mia: “Nah, gini dong. Lo ema
Abian melangkahkan kakinya dengan malas keluar rumah. Menurutnya ini sangat tidak adil, mengapa hari senin ke minggu ditempuh selama enam hari, sedangkan hari minggu ke senin hanya satu hari saja. Meski sehari tetap saja Abian bersyukur, hari minggu bisa ia gunakan untuk bermain game sepuasnya, bersantai atau pergi keluar. Hanya hari minggu saja ia terbebas dari tugas sekolah yang menyebalkan, sangat banyak hingga terkadang lupa ia kerjakan. Bahkan ada beberapa pelajaran yang sengaja tidak ia kerjakan karena malas, dengan dalih harus latihan renang karena perlombaan akan segera tiba. Abian meronggoh ponselnya yang berada di saku celana. Menghubungi satu perempuan yang minta dijemput itu.Abian: “Gua otw ya, tunggu bentar”Laura: “Oke sip.”Abian memanasi motornya terlebih dulu, takut-takut motornya mati di tengah jalan. Sekitar sepuluh menit, lalu motor besar itu siap mengantar Abian pada Laura. Abian mengendarai motornya dengan cepat, tidak ingin membuat Laura
Sagara melihat jam yang ada di ponselnya, masih pukul tujuh tiga puluh. Sagara mengajak dua manusia di depannya untuk naik ke rooftop. Memilih bersantai sebentar diatas gedung sekolah. Mereka berjalan menaiki satu persatu anak tangga, hingga di lantai paling atas. Mereka membuka pintu yang ada di rooftop. Ada satu Gudang kecil yang di bangun disana, tapi sudah lama kosong. Abian membuka kunci pintu gudang itu, lalu masuk kedalam tempat itu. Gudang kecil yang dulunya sangat kotor, sudah di sulap oleh ketiga remaja kaya itu. Gudang ini sekarang menjadi markas rahasia, hanya untuk mereka bertiga. Di dalam gudang terdapat kasur kecil untuk rebahan, dengan kipas besar agar tidak kepanasan, serta barang-barang lain yang mereka beli. Mereka susun dengan rapi, dan selalu bergantain membersihkan tempat itu. Gudang ini awalnya adalah tempat bersembunyi Abian, saat di kejar-kejar oleh Pak Bimo. Meski awalnya banyak debu, Abian harus bertahan agar tidak ketahuan dan dihukum Pak Bimo
Sepulang sekolah, Laura dan teman-temannya berjalan memasuki ruangan Harmony. Mereka berenam, dan anggota lainnya sudah berada disana. Hari ini mereka akan menyanyikan lagu yang mereka dapatkan dua minggu lalu, dihadapan semua nggota. Sedikit gugup, tapi masih bisa mereka semua atasi. Semua anggota sudah duduk dengan kelompoknya masing-masing. Laura dan teman satu kelompoknya, duduk di tempat paling belakang. Bersiap mendapat giliran bernyanyi nantinya. “Baik teman-temanku semuanya yang tercinta. Jadi biar adil, dan engga dianggap pilih kasih. Kak Dava, mau undi aja ya, kelompok siapa yang dapat giliran maju paling pertama.” Intrupsi Dava yang dimengerti semua anggota. “Baik kak” jawab semua anggota kompak. Dava mengambil botol yang dilempar Juan padanya. Botol tersebut sudah berisi pipet, dengan gulungan kertas judul lagu di dalamnya. Dava mengocoknya dengan semangat, seperti sedang arisan. Dava mengeluarkan satu gulungan kertas dengan pipet itu, membukanya. Dav