“Orlin minta tolong Mas….” Lihat Adinda pada Kairo memberikan ponselnya. Kairo kemudian mengambil dan membacanya.
“Kamu buka?”
“Belum cuma lihat dari pemberitahuannya saja.”
“Sudah biarkan saja.”“Eh nggak boleh gitu mas, mana tau beneran lagi kesulitan coba deh lihat dulu.”
Kairo membuang ponselnya ke ranjang lalu ia menjatuhkan lagi dirinya disana,” Sudah saya mau tidur buruan kerjain pekerjaan kamu saya tungguin disini.”
Adinda menarik nafasnya lalu menghembuskan, “Mas kamu kesini bukan untuk temani saya tapi untuk Orlin dan keluarganya sudahlah pergi sana temui dia nanti jadi panjang lagi dia ngaduin ke mama kamu.”
“Iya saya tidur sebentar&hell
Samar suara alarm terdengar jauh dipendengaran Kairo, perlahan membuat dia yang bertelungkup memeluk sebuah bantaan sofa disebuah lantai terjaga, ia merasakan dingin dan seperti sedang berada disebuah tempat yang kosong. Seketika Kairo membuka mata dan dia terkesiap saat ia lihat dia sedang beradadisebuahkamar mandi. Kairo segera bangkit dan melihatdirinya yang hanya memakai sebuah handuk dan segeraia punmemasangnya dengan benar, Kairo tidak tahu dia sedang berada di kamar mandi siapa, sejenak ia memujat dahinya memutar ingatan apa yang terjadi sebelumnya. Kairo pun mendapatkan ingatan-ingatannya bahwa malam tadi dia bersama Orlin. Kairo mmenarik nafasnya berat lalu menghembuskan Kairo begitu menyesali malam tadi sepertinya ia telah melakukan sesuatu, ia sepertimelakukan aktivitas hubungan intim.
Mata Adinda masihmenyorotpadaKairo yang pergi begitu saja, sedetik kemudian beralih pada Orlin yang menyambut kedatanganya.“Hi Din siapa ini?”Orlin melebarkan senyumannya kepada Adinda.“Ah iya mba Orlin kenalin ini tetangga dirumah mama,tepatsebelahan rumah sudah seperti saudari sendiri, mas Hannankenalin,” Adinda meminta lelaki yang bersamanya itu berkenalan dengan Orlin sang anak Bosnyaitu.“Hi Orlin, liburan juga?”“Hanan, sayatour gatekebetulan sedang bawa tamu kesini.”“Oh,Tour Gate,”Orlin dan juga keduanya terlibat basa-basi disana, yang mana laki-laki bernama anak itu juga banyak bicara.Adin
Kairo tetap bersikeras melarang Adinda pergi lelaki itupun kemudian menyusul Adinda kekamar miliknya, ia mengetuk-ketuk kuat tanpa memanggil membuat Adinda yang sedang mengganti pakaian menoleh ke pintu dan langsung bisa menebak itu adalah Kairo. Merasa tidak nyaman akan ketukan itu yang sudah mengudara berulang-ulang kali Adinda pun segera membukanya. “Tidak bisa ya Mas, kamu ketuk dengan pelan.” Kairo segera masuk begitu saja melewati Adinda yang masih berdiri di pintu, “Tetap akan pergi? Apakah sebuah keharusan? Jika kamu ingin sekali jalan-jalan saya bisa bawa kamu berkeliling!” “Kenapa harus dipermasalahkan sih? Saya cuma ingin jalan-jalan saja, lagi pula kamu juga kan akan pergi malam nanti, sore hari sudah bersiap-siap.” Kairo menghadap kepada Adinda kemudian, “Jikaitumasalah kamu? Saya batalkan sek
“Apa yang terjadi, kenapa kamu ninggalin acara? Kamu tahu nggak sih Mas, kamu buat semua orang khawatir,” Tatap Adinda pada Kairo yang selalu saja tenang dalam hal apapun. Kairo dengan santainya menyeringai lebar memunguti beberapa pakaiannya di ranjang untuk dirapikan. “Khawatir? Kamu khawatirin saya, bukanya kamu lupa dengan saya ya? Seharian pergi, seharian juga tidak memberi kabar atau b**a-basi minimal tanya saya dimana.” Adinda berkerut dahi, bukankah mereka tadi bertengkar saling mengancam lalu dia pun pergi, aneh sekali bukan bagaimana bisa dia berbasa-basi. “Saya tanya kamu kenapa pergi dari tempat acara. Apa yang terjadi, jangan bahas lain deh! Gimana saya mau hubungi kamu, kamu saja marah-marah mulu.” “Untuk apa juga saya lama-lama disana, seperti boneka pameran. Kita pulang besok terserah mereka mau pulang
Adinda terbangun oleh suara-suara aktivitas diluar kamar, samar-samar dari trolley beberapa room service hotel yang mungkin sedang beraktivitas. Satu tangan mengusap pada mulutnya yang terbuka, Adinda merasa heran seperti ada yang berbeda.Saat ini dia sedang berselimut memakai sebuah bantal dikepala dan masih di atas sofa, “Mas?” Adinda tidak mendapatkan Kairo bersamanya, semalam Adinda ingat dia ketakutan lalu berlari memeluk lelaki itu dan setelah itu tidak ada interaksi apapun, Adinda yang kelelahan mendapati posisi yang aman dan nyaman pun segera memejam tidur.“Mas kamu mandi?” Ulangi Adinda lagi segera mengedarkan pandangannya disekitar mencari Kairo, dia tidak tampak ada dikamar mandi, tidak ada suara aktivtas air menyala atau suara apapun disana. Segera Adinda bangkit dari sofa, mengambil ponselnya di meja lalu menyalakannya.
Orlin benar-benar membabi buta ia menghantam wajah Adinda hingga menjambakinya, beberapa menit terjadi baku hantam Orlin yang benar-benar seperti orang kesurupan sementara Adinda bersikap cool berusaha terus mengelak, Adinda bukan marah atau menangis mendapat hantaman tangan Orlin diwajahnya ia malah tertawa mengejek, padahal wajahnya nyaris memar dibagian sisi pipinya hingga bibirnya.“Bisa dilihat seperti apa kualitas diri, orang sekasar kamu pantasnya jadi kepala jambret bukan seorang pengusaha atau entrepreneur, hahah usahawan apa? Jual beli ekstasi atau kondom motif doraemon?”Orlin mencoba tertawa dia masih belum puas sudah menghantam wajah Adinda, “Omong kosong! Lawan aku? Tidak bisa melawan? Sudah siap mati, upss janganOrlin nanti gagal nikah….”Adinda menyeringai lebar, “Menikah dengan siapa, siapa yang
Di kediaman keluarga Kairo, ia membuat semua anggota keluargnya berkumpul. Hermita ibunya yang sedang ada acara diluar bahkan memutuskan pulang mendadak dikarenakan anaknya tersebut pulang. Bella begitu Jasmin pun ikut diminta datang entah apa yang ingin Kairo sampaikan semendadak ini.Hermita sudah bersikap was-was ia yakin anaknya akan mengabari sesuatuyang serius mungkin, segera ia turun dari mobil miliknya dan berjalan cepat masuk saat semua anak-anaknya sudah lebih dulu sampai disana.Diruangan keluarga Jasmin dan Kairo sudah berdebat. Benar firasat Kairo, Orlin tahu siapa Adinda.Semua bermula saat ibu Orlin memposting sebuah poto makan malam dan memperlihatkan ada Dinda disana, membuat semua orang shock namun berusaha diam sampai tiba dimana waktunya, Orlin mengeluhkan sikap Kairo yang berubah sejak berada di Bandung. Semuanya sudah jelas itu tida
“Ada apa Khai?”Keributan Kairo dan Adinda diteras rumah membuat Nancy sang kakak keluar, Adinda seperti biasa terlalu takut membuka sesuatu yang terjadi padanya dia tidak mau membuka penyebab kenapa dia terluka namun Kairo terus mendesak Adinda untuk terus jujur, “Makanya katakan kamu kenapa? Mana mungkin jatuh seperti itu.”“Mas— ih kamu jangan bikin keributan nanti semua tahu jadi panjang!” Adinda menggeram meremas lengan Kairo dihadapannya.“Adinda, ada apa?” Nancy pun akhirnya menghampiri keduanya.Segera Kairo menepiskan rambut panjang Dinda, “Lihat nih si Dinda, pipinya memar leherya juga banyak bekas cakaran, dia nggak mau bilang kenapa?”“Adin? Kenapa itu, apa yang terjadi?” Nancy pun terperangah melihat