Share

Dua Puluh Satu

Setelah di dalam mobil, aku melepaskan tangan yang bersentuhan dengannya. Perasaan jijik dan malas menyentuh lelaki itu. Hanya berpura-pura romantis ketika ada Rita. Biarkan saja hati dan jiwanya terganggu.

Aku memerintahkan mas Ilham berhenti di salah satu kedai baso." Berhenti, Mas!"

"Kenapa?" tanyanya. Mobil sudah ia pinggirkan di tepi jalan.

"Aku mau makan itu." Tunjukku ke arah kedai baso. Harum baso tercium di indera penciuman.

"Kita mau makan di restoran bintang lima. Kenapa jadi makan baso?" Mengernyit heran.

"Aku bilang ingin makan baso!" bentakku kepadanya. Mataku membulat.

"Oke, kita makan baso." Mas Ilham turun dan membukakan pintu mobil untukku. Ia hendak menyentuh jari jemari namun, kutepis kasar.

Satu mangkuk baso ukuran jumbo tersaji di depanku. Sengaja hanya memesan satu. Toh, suamiku bisa memesan sendiri.

"Kok, cuma satu," tanyanya dengan senyum ciri khasnya." Ternyata, kamu romantis juga."

Ternyata tingkat kepedeannya tinggi sekali. Siapa juga yang ingin romantis sa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status