Share

BAB 5 (Dinner )

Tawaku hampir saja pecah saat melihat Sheza menganggukan kepala sebagai jawaban Alham. Sungguh lanknat sekali mereka ini. Kami kembali meneruskan membuat satai sayur sambil mengobrol, sedangkan para mama sibuk di dapur membuat beberapa cemilan.

“Anak-anak bantuin bunda dong.” Panggil bunda Yasmin dari arah dapur.

“Oke bun.” Teriakku dan berlari kecil ke arah dapur. Meninggalkan forum bergibahan dengan Sheza dan Alham, bisa nambah banyak doaku kalau terus bersama mereka.

“Kasih ini ke El ya sayang.” Bunda Yasmin menyerahkan semangkuk bumbu yang sepertinya bumbu daging.

“Laksanakan bun.” Ucapku tersenyum manis.

Wajah Alia tidak berhenti tersenyum, namun jauh di dalam lubuk hatinya ia sedang menagis, menangisi dirinya sendiri. Ia semakin di buat hancur saat ia melihat El tertawa lepas dengan seorang wanita, yang terlihat begitu cantik.

Bahkan wanita itu juga bercanda dengan ayahnya, Alia semakin melebarkan senyumnya saat sampai di hadapanmereka. Dia tidak ingin terlihat mengenaskan di depan El dan wanita itu.

“Pi, ini bumbunya.” Ucapku memecah obrolan mereka, dan menyerakan mangkuk yang aku bawa ke tangan papi.

“Makasih ya sayang.” Alia hanya tersenyum dan berbalik arah, namun sebelum Alia pergi, El sudah terlebih dahulu menahannya. Alia berbalik badan dan memiringkan kepalanya, memberikan isyarat bertanda ada apa.

“Kamu nggak mau kenalan sama pacar abang ?” seperti sudah jatuh masih tertimpa tangga, begitulah yang di rasakan Alia saat ini, apalagi melihat senyum manis El yang seolah berkata “kamu itu tidak ada apa-apanya”

Alia tidak kalah tersenyum manis, dan mengalihkan pandangannya dari wajah El ke wajah wanita itu. “Kenalin kak, Alia.” Ucapnya dan mengulurkan tangan ke wanita itu.

“Nadia, pacarnya El.” Balasnya menyambut uluran tangan Alia.

“Kamu cantik Alia.” Pujinya Nadia saat tubuhnya di peluk El dari samping. Nadia tahu El hanyalah sedang bermain-main dengannya.

Alia yang di puji seperti itu hanya tersenyum simpul dan pamit kembali bergabung dengan teman-temannya. Setelah kepergial Alia, El lalu melepaskan pelukannya dari Nadia dan senumnya seketika hilang.

“Hati-hati karma El.” Ucap Nadia setelah melihat perubahan raut wajah El.

“Apa sih Nad, tenang aja, apapun yang gue lakukan dia akan tetap cinta ke gue.” Ucap El percaya diri. Namun jauh di lubuk hatinya dia juga mula merasakan khawatir, apalagi saat melihat perubahan Alia saat di kamar tadi.

mereka semua makan malam lesehan di halaman belakang, suasana semakin terlihat ceria dengan kekonyolan yang di lakukan Alham dan Sheza. Mereka selalu di buat tertawa dengan cerita-cerita konyol mereka.

“Papi Rizqi tahu ngga, masak ni ya tadi tu ....” mulut Alham lalu di bekap oleh Sheza saat dai ingin mengatakan kejadian yang terjadi di sekolah tadi.

Alia sudah melotot tajam ke arah Alham, Alham ini cowok tapi mulutnya kalau sudah cerita suka tidak bisa di rem.

“Tadi kenapa ?” tanya papi Rizqi penasaran dengan apa yang ingin di katakan Alham.

“Tadi tu Alham ketahuan ngambil mangga muda punya nyak pi.” Jawab Alia dan tertawa garing.

“Iya pi bener, terus ni si Alham ngumpet di kamar mandi cewek, dan di teriaki semua orang di dalamnya.” Sambung Sheza.

“Nggak heran bunda kalau Alham kaya gitu,” Jawab bunda Yasmin dan tertawa. “Itu pasti turunan dari Ayahnya.” Lanjut bunda Yasmin.

Kami lalu melanjutkan makan malam dengan obrolan-obrolah ringan, setelah makan malam dan membereskan sisa makanan. Para orang tua masih lanjut mengobrol tentang bisnis, sedangkan kami bertiga memilih bermain kartu di pinggir kolam renang.

“Gue ke dalam bentar, mau cari cemilan lagi.” Pamit Alia dan pergi ke dalam rumah.

Alia masuk ke dalam kamar mandi yang berada di pojok ruangan, dekat garasi. Jauh dari pandangan orang-orang dia tidak ingin ada yang melihat ataupun mendengarnya menangis. Tanpa ia sadari, El mengikutinya dari belakang, El berdiri di depan pintu saat Alia menangis seseguka di dalam kamar mandi.

Hatinya benar-benar hancur saat ia tidak sengaja meliha El dan Nadia berciuman. Mencari cemilan hanyalah alibinnya saja agar dia bisa pergi dan menangis. Alia melihat pantulan dirinya di cermin, ia nampak begitu kacau.

Saat Alia sedang membasuk mukanya, tiba-tiba El masuk ke dalam dan mengunci kamar mandi dari dalam. Alia tiba-tiba mematung saat El berada tepa di belakang tubuhnya. Kedua tangannya berpengang ke wastafel, yang membuat Alia tidak bisa bergerak sama sekali.

“Kenapa ?” tanya El dengan suara dingin. Ia menatap wajah Alia yang sembab dari cermin.

“Pergilah !” Alia mendorong tubuh El, karena tubuh El yang begitu kekar, dorongan Alia tidak berarti apa-apa, bahkan tubuhnya tidak bergeser sama sekali.

Alia kembali membalikkan badannya dan menatap tajan wajah El dari cermin. Mereka berdua saling memandang dengan tajan di dalam cermin. Lama bertatap-tatapan, Alia terlebih dahulu membuang wajahnya saat setetes air mata kembali membasai pipinya. Alia menghapus kasar air mata yang turung dengan lancang, dan menghembuskan nafas begitu kasar.

“Kau begitu cemburu rupanya.” Air mata Alia seperti air terjun yang tidak ingin berhenti walau Alia sudah berulang kali menyekahnya.

Dengan air mata yang terus turun, kini Alia menatap wajah tampan El secara langsung dan berkata. “Aku begitu kasihan padamu, kau terlalu percaya diri El, aku muak melihat wajahmu.”

Dengan kekuatan penuh Alia mendorong tubuh El yang membuatnya hapir terduduk di koset. El terlihat begitu frustasi, dia mengacak-acak rambutnya sendiri setelah melihat Alia pergi dengan air mata yang berderai.

“Bodoh !” umpatnya saat melihat pantulan dirinya sendndiri di cermin.

Setelah sedikit merapikan bajunya kembali, El keluar dari kamar mandi dan kembali bersikap seolah tidak ada apa-apa. Bergabung kembali dengan mereka semua yang sudah pindah ke ruang keluarga.

“Mi, Alia kemana ?” tanya papi Rizqi saat tidak melihat anak semata wayangnya.

“Eh iya, Alia kemana ?”

“Tadi bukannya sama kalian.” Tunjuk bunda Yasmin kepada Sheza dan Alham.

“Tadi Alia pamit ke kamar mandi, tapi belum balik sampai sekarang.” El hanya diam memperhatikan percakapan mereka. Di sampingnya Nadia sedikit curiga dengan El, pasalnya saat Alia pergi, tidak lama dari itu El juga pergi.

Nadia semakin merapat ke arah El dan berbisik “Lu apain Alia.” Tidak ada reaksi dari El, wajahnya tetap datar dan pandangannya sedikit kosong.

“El.” Tidak ada jawaba dari El saat mama Sasa memanggilnya.

Beberapa kali mama Sasa dan yang lain memanggil tapi semua El abaika, entah apa yang membuatnya melamun sampai tidak dengar paggila semua orang. Tangan papi Rizqi sudah melayang ingin memukul El agar sadar, namun sebelum pukulan itu terjadi, suara teriakan terlebih dahulu menyadarkan El.

“Alia !” teriaknya saat mendengar teriakan itu dan berlari ke halaman belakang.

Di halaman belakang Alia sudah terduduk menangis di dekat kursi ayunan yang berada di samping kolam renang. Alia terlihat histeris dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tanganya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status