Tidak ada siapa-siapa dia sana, hanya ada Alia dan sebuah kotak di depannya. El langsung memeluk tubuh Alia saat melihat isi di dalam kotak. Papi Rizqi yang ikut melihat isi dalam kotak misterius itu lalu membuangya ke tempat sampah.
“Sssttt,, tenang Al” ucap El lembut dan mengelus punggung Alia.
“Minggir, ini pasti kerjaan lu kan.” Tuduh Alia dan mendorong tubuh El sampai jatuh.
“Maksud lu apa Al.” Bentak El tidak terima di tuduh seperti itu. Papi Rizqi lalu memeluk Alia saat dia melihat Alia akan menyerang El.
“Karena cuam lu yang benci sama gue.” Teriak Alia di dalam pelukan sang papi.
“Alia, dengarkan mami.” Ucap mami Yuli memegang punda Alia dan memaksa tubuhnya agar menghadap ke tubuh mami Yuli. “Dengarkan mami sayang.” Lanjutnya saat Alia masih saja menangis histeris, dan menatap El tajam.
“Tidak ada apa-apa sayang, itu hanya kotak kosong.” Mami Yuli kembali berucap lembut dan memenga kedua pipi Alia. “Nggak ada apa-apa sayang.” Mami Yuli lalu memeluk tubuh Alia dan membawanya ke dalam rumah.
“Tenag Ris, gue yang akan mengurus ini semua.” Cap papa Yahya dan menepuk pungung papi Risqi.
“Mending lu tengok istri dan anak lu Ris.” Lanjut Ayah samuel.
“Thanks semua, sorry atas kejadian ini, gue ke dalam dulu ya.”
“Tenang aja Ris, kita paham kog.” Ucap bunda Yasmin menenangkan.
Setelah memastika semua baik-baik saja, papi Risqi lalu pergi ke dalam menyusul istri dan anaknya. Sedangkan yang lain kembali mengambil kotak misterius itu dan menelitinya. Di dalam kota itu terdapat boneka manian yang suah terpotong-potong dan bercak darah.
Ini bukan pertama kali yang di alami oleh keluarga mereka, keluarga mereka memiliki banyak musuh. Tidak jarang anak-anak mereka yang menjadi korbannya, namun ini yang pertama untuk Alia. Biasanya mereka hanya mendpat serangan kecil, menurut mereka ini yang sudah paling keterlaluan.
Mereka tidak akan diam lagi setelah ini. Kotak itu di bawa Ayah Samuel dan akan membawanya ke kantor polisi sebagai bukti. Setelah berdiskusi sebentar, mereka semua lalu pulang ke rumah masing-masing.
Mulai besok anak-anak mereka tidak ada yang boleh pergi menggunakan angutan umum lagi, mereka semua mulai memperketat pengaman, mereka tidak ingin kejadian seperti ini terjadi lagi.
Dan setelah malam itu, Alia mengalami sedikit perubahan, wajahnya yang selalu ceria, kini berubah menjadi muaram. Bahkan Alham dan Sheza tidak mampu membuatnya seceria dulu lagi.
Satu minggu telah berlalu dari kejadian itu, saat ini Alia sedang berada di taman komplek sendirian. Menikmati udara di pagi hari saat libur sekolah seperti ini. Setelah puas berkeliling taman, kini Alia memilih duduk di samping Air mancur. Mengamati orang-orang yang sedang berolah raga.
Senyumnya sedikit mengembang saat dari jauh dia melihat Sheza dan Alham berlari kecil mendekatinya, seperti biasa mereka berdua selalu bertengkar, entah apa kali ini yang mebuat mereka bertengkar.
“Dasar nenek sihir.” Cibir Alham dan duduk di samping Alia dengan wajah cemberut dan bibir sedikit maju.
“Semau ini gara-gara lu, dasar tulul.” Umapt Sheza dengan wajah tidak kalah kesal. Alia yang berada di tengah-tengah mereka sedikit menaikan alisnya tidak mengerti.
“Jelas-jelas itu salah lu, masih aja nyalahin gue”
“Kalau lu kagak banyak tingkah, kejadian itu kagak bakal terjadi.”
“Ya kan mana .....”
“Bentar .... bentar .... kalian kenapa sih ?” tanya Alia semakin di buat tidak mengerti dengan tingkah mereka berdua.
“Jadi gini Al ....”
Tawa Alia pecah saat mendengar cerita dari Alham, bahkan dia sampai mengeluarkan air mata. Sedangkan Alham dan Sheza semakin cemberut saat melihat Alia sangat bahagia di atas penderitaan mereka. Bagaimana tidak bahagia, bayangkan saja, di pagi buta seperti ini mereka sudah membuat keributan di rumah Sheza yang berakhir mereka di usir seketika.
“Diem Al, tega bener sih lu.” Alham terlihat begitu furstasi saat Alia tidak kunjung berhenti tertawa.
“Kalau di pikir-pikir nih Ham. Keren juga sih lu berani nyium abang gue.”
“Diem setan ! kalau kagak gara-gara lu ndorong tubuh gue, gue kagak bakal nyium kulksa tuju pintu itu.” Alman menatap sinis Sheza yang berada di bagian samping Alia
“Heh ! lu kagak bisa nyalahin gue, itu kan salah lu sendiri kenapa berhenti mendadak.” Bahkan Sheza tidak kalah sini menatap Alham, dia tidak mau di salahkan karena kesalahan Alham sendiri.
“Sudah .... sudah ... Terus habis itu gimana ?”
“Alia ....” geram Alhma agar Alia tidak membahas itu lagi.
“Ya abang gue gamuk-ngamuk lah Al, terus berkahirlah kita di usir dari rumah.” Ucap Sheza menaha tawa. Sedangkan Alia kembali ter tawa terpingkal, dia membayangkan gimana wajah El yang dingin mendapat ciuman di pagi hari dari Alham.
“Sabar ya Ham, anggap saja ini tu morning kiss dari bang El.” Dan akhirnya tawa Sheza pecah saat mendengar ucapan Alia.
“Woy Ham mau kemana lu.” Teriak Sheza saat Alham pergi begitu saja.
Alia lalu menarik tangan Sheza dan mengajaknya mengikuti Alham dari belakang. Bisa lama kalau Alham ngambek terus tidak kunjng di bujuk. Laki-laki satu itu sering sekali bersifat seperti perempuan. Apalagi kalau suasana hatinya sedang tidak bai-baik saja.
“Udah dong ham ngambek nya,” Sheza menggandeng tangan kana Alham. “Bubur ayam nyak Shalihah yuk.” Bujuk Sheza semakin bergelayut maja di tangan Alham.
“Bubur ayam dengan sambal dan kecap yang banyak di pagi hari pasti enak banget Ham.” Lanjut Alia ikut menggandeg salah satu sisi tangan Alham.
“Teurs sama susu cokelat hangat.”
“Krupuk di sana sangat legendaris Ham.”
“Bayangkan ham, pasti enak banget tu.” Alham terlihat menimbang-nimbang ajakan mereka berdua. Jika di pikir-pikir enak juga ya, apalagi dia belum sarapan sama sekali, terus sudah di bikin emosi yang enguras tenaga.
“Okey .. tapi lu pada yang bayar.” Putusnya dan berjalan terlebih dahulu.
Di belakang Alia dan Sheza berhingfai karena berhasil membujuk Alham. Sebenarnya tidak mudah membujuk orang itu, sifatnya yang keraskepala dan suka memilih membuat mereka berdua terkadang harus memutar otak agar bujukannya di terima.
“Kalian jadi makan nggak sih !” teriak Alham saat mereka berdua tertinggal terlalu jauh di belakangnya.
Dengan senyum yang merekah, mereka berdua berlari menyusul Alham yang sudah berada di pinggir jalan siap menyebrang. Bubur ayah nyak Salihah adalah bubur ayam legendaris di sini, selain harganya yang terjangkau, bubur ayam ini juga memiliki rasa yang uni. Rasa yang berbeda dari bubur-bubur ayam yang di jual di tempat lain.
“Ehemmm .... enak ya belum olah raga tapi udah makan duluan.” Sindir ayah Samuel yang baru saja dateng dengan bunda.
“Alia udah olahraga loh yah, mereka aja ni yang belum.” Tunuknya kepada Sheza dan Alham.
“Enak aja, abang juga udah olahraga yah.”
“Emang lu olahraga apa Ham?” tanya Sheza dengan mulut masih penuh dengan bubur. Alham lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan menatap Sheza sinis.
Bunda dan ayah hanya menggeleng-gelengkan kepala menilhat tingkah anaknya yang ketahuan berbohong. Tidak lama dari itu papa dan mama Sheza datang dan bergabung yang dengan mereka yang membuat tempat makan semakin ramai.
“El sini gabung sekalin.” Panggil ayah Samuel saat melihat El dan Nadia berada di depan waarung.
*****
Wah ketemu bang El lagi, kira-kira ribut lagi nggak nih :V
Dengan semangat Nadia menarik tangan El dan membawnya duduk di samping Alia. Alia sedikit membuang muka dan kembali melanjutkan makannya.“Ngomong-ngomong minggu depan kalian bertiga ujian kan ?” tanya mama Sasa memulai obrolan. Mereka bertiga mengangguk kompak sebagai jawaban untuk mama Sasa.“Kalian bertiga mulai nati malam tidur di rumah mama aja, buat mantau belajar kalian. Buat Alia jangan khawatir, biar mama yang bilang ke mami kamu nanti.” Keputusan sudah di ambil paksa sama mama Sasa, kami bertiga tidak akan berani protes sama sekali.Alia POVSebenarnya aku sedikit kurang setuju saat mama Sasa mengambil keputusan ini, tapi mau bagaimana lagi, menurut kami titah 3 mama sudah seperti titah ibu ratu yang harus kami patuhi.“Alia.” Aku sedikit tersentak saat mama memanggil ku. Entah sejak kapan aku mulai melamun dan tidak fokus seperti ini.“Ada apa sayang ?” lanjutnya
Tidak terasa satu minggu kami lalui di rumah ini, kami bertiga benar-benar di tuntut untuk belajar dengan giat. Semalam papi telpon dia bilang belum bisa pulang ke Indonesia, keadaan oma masih belum stabil. Dan mereka ingin aku tinggal lebih lama di rumah Keluarga Sheza, dengan senang hati mama menerima aku di keluarga ini.Dan selama satu minggu ini, aku jarang sekali melihat bang El, yang aku dengar dari mama di kantor ada sedikit masalah yang mengharuskan bang El lembur dan pulang larut malam dan berangkat pagi buta.Sedangkan papa Yahya, setelah tiga hari kami di rumah ini, dia pergi dinas ke Spanyol. Mengurus bisnis yang baru ia dirikan, sebenarnya dia sudah menyuruh bang El untuk mengantikannya. Namun saat itu perusahaan yang bang El pimpin sedang mengalami kendala. Jadi papa sendiri lah yang harus pergi kesana.Sudah dua hari ini kami libur sekolah, mereka memberika konpensasi untuk kelas tiga yang akan ujian besok hari senin. Kami menghabiskan libur kami
SHAKEL POVSeperti yang kalian kenal, namaku Taqi Shakel Ardani, keluarga dan orang-orang yang dekat denganku memanggilku El, sedangkan orang luar memanggilku Taqi. Semenjak aku pulang ke Indonesia, kehidupanku yang tenang seketika menghilang, beginilah koesekuensi yang akan aku dapatkan jika sudah mengambil keputusan untuk pulang.Hampir satu minggu ini rumah menjadi semakin ramai karena kehadiran dua makhluk yang sangat menyebalkan. Siapa lagi kalau bukan Alia dan Alham, menghadapai Sheza aja aku sudah pusing, ini di tambah dua curut yang kagak kalah usilnya.Malam ini aku harus kembali lembur di kantor, ada sedikit masalah di sana yang mengharuskanku bekerja lebih keras dari yang lain. Pukul satu dini hari aku baru sampai rumah, keadaan rumah sudah sangat sepi, lampu-lampu pun sudah di matikan. Kecuali lampu di ruang tengah, dan kenapa lampu di dapun juga masih hidup. Padahal biasanya lampu di sana yang pertama kali di matikan.Apa mama masih terjaga ?
Alham melirikku dan menatap Alia dengan curiga, beberapa kali dia memancing Alia agar mengatakan yang sejujurnya namun usahanya sia-sia, karena Alia pintar sekali mengalihkan topik“Assalammualaikum.”Kami semua menoleh ke arah pintu masuk dan menjawab salam bersamaan. Di sana Nadia sudah berdiri anggun dengan setelan olah raga.“Waalaikumsalam,”“Duh, maaf ya kalau Nadia mengganggu sarapan kalian semua.” Ucap Nadia sedikit tidak enak.Bunda lalu menyuruh Nadia untuk bergabun di meja makan “Nggak papa Nad, gabung aja yuk. Pasti kamu belum sarapan.” Dengan senyum manis, bunda menyiapkan tempat untuk Nadia“Tante tahu saja, tadinya Nadia mau ngajak El makan bubur yang waktu itu.” Jawab Nadia dengan malu-malu “Ternyata El nya sudah makan.” Lanjutnya dengan wajah yang dibuat sedih.aku menghebuskan nafas kasar, drama apalagi yang akan aku hadapi hari ini. Aku menatap
Author POVDan semenjak hari itu, hari di mana hilangnya mahkota yang telah di jaga Alia selama 17 tahun. Dan hari yang begitu membahagiakan untuk Alham dan Sheza. Hari itu Alham benar-benar menyatakan cinta kepada Sheza setelah selesai menonton film Romanc ke sukaannya. Alham begitu bahagia saat cinta nya tidak bertepuk sebelah tangan seperti kisah di dalam film yang mereka tonton tadi, sengan berurai air mata bahagia Sheza memeluk Alham sebagai tanda “YA” untuk menerima cintanya. Alia ikut bahagia saat Sheza dengan semangat menceritakan bagaiama Alham menembaknya.Kini satu bulan berlalu dari hari bahagia itu. Ujian telah mereka selesaikan sejak lama, bahkan mereka juga sudah kembali ke rumah masing-masing. Dan semenjak hari itu hubungan El dan Alia semakin merenggang. Alia selalu menghindar saat El mencoba mendekatinya, bahkan acara kumpul bersama yang di adakan dua minggu sekali untuk tiga keluarga itu dia hindari.Dia pergi ke bandung tanp
Dengan langkah tergopoh-gopoh mbok Minah pergi dari depan pintu kamar Alia, sesampainya di lantai satu, dai lalu menghubungi Sheza agar segera kemari untuk melihat anak manjikannya.“Assalammualaikum, non Sheza.” Sapa mbok Minah saat teleponnya sudah tersabung.Dia menjelaskan keadaan dengan panaik apa yang dia dengar dari kamar Alia. Dan tidak lama dari itu sambungan telepon di putuskan dari sebrang.TokkkTokkkTokkk“Non .... Non Alia.” Panggil mbok Minah saat tidak mendengar apa-apa dari dalam kamar. Berulang kali dia memangilnya namun tidak ada respon sama sekali.“Mbok, Alia kenapa ?” tanya Sheza dengan nafas yang tersengal karena berlari.“Langsung masuk aja She.” Ucap Alham yang barusaja sampai.Sheza mengangguk menyetujui ajakan Alham, namun sebelum itu, “Pintunya di kunci dai dalam den.” Wajah mereka seketika pias saat mendengar penuturan mbok Minah.
“Gue harap lu kagak hamil dulu Al, gue belum siap jadi ayah.” Tangannya mengelus lembut perut Alia yang masih terbungkus selimut.Wajahnya kembali menatap Alia yang masih memejamkan mata, wajah sembabnya masih terlihat jelas. Saat tangan El akan menghapus bekas air mata di sana “Singkirkan tangan kotormu, jangan pernah menyetuhku !” ucap Alia lirih, matanya masih terpejam, namun Air matanya kembali meleleh.“Kau mau minum ?” tawar El dan mencoba mengabaikan ucapan Alia.“Pergi !”“Al, dengarkan penjelasan gue.”Alia membuka matanya dan tersenyum sinis, “Penjelasan apa ! penjelasan bagaimana lu begitu puas menikmati tubuh sekertaris lu begitu !” Alia bangun dari tidurnya dan menatap El tajam.“Gue ....”“Pergi El ! kita kagak butuh lu.” Bentar Alia dan mendor
Alia mengambil separuh pakaiannya dan memasukkan ke dalam koper, bukan hanya pakaian, dia juga mengambil barang-barang yang dia butuhkan kedepannya. Setelah selesai, Alia menyembunyikan koper itu ke bawah tempat tidur.Keputusannya sudah bulat malam ini juga dia harus pergi dari kehidupannya yang sekarang. Dia tidak tidak ngin keluarganya di pandang rendah karena memiliki anak yang hamil di luar nikah. Dia juga tidak ingin memberi tahu keluarga El jika dia sedang mengandung cucu dari kelarganya.Sekali saja dia memberi tahu kebejatan El terhadapnya, sudah bisa di pastikan El bakal di usir dan di keluarkan dari anggota keluarga. Dia tidak ingin El menderita, apalagi jika ujungnya anak yang tidak bersalah ini yang akan menjadi pelampiasannya.Sebelum pergi dia menulis beberapa surat permintaan maaf kepada kedua sahabatnya dan keluarganya. Dia tidak ingin ada yang mencarinya setelah ini, setelah menaruh di dalam amplop dia menaruhnya begitu saja di atas tempat tidu