Share

BAB 6

Tidak ada siapa-siapa dia sana, hanya ada Alia dan sebuah kotak di depannya. El langsung memeluk tubuh Alia saat melihat isi di dalam kotak. Papi Rizqi yang ikut melihat isi dalam kotak misterius itu lalu membuangya ke tempat sampah.

“Sssttt,, tenang Al” ucap El lembut dan mengelus punggung Alia.

“Minggir, ini pasti kerjaan lu kan.” Tuduh Alia dan mendorong tubuh El sampai jatuh.

“Maksud lu apa Al.” Bentak El tidak terima di tuduh seperti itu. Papi Rizqi lalu memeluk Alia saat dia melihat Alia akan menyerang El.

“Karena cuam lu yang benci sama gue.” Teriak Alia di dalam pelukan sang papi.

“Alia, dengarkan mami.” Ucap mami Yuli memegang punda Alia dan memaksa tubuhnya agar menghadap ke tubuh mami Yuli. “Dengarkan mami sayang.” Lanjutnya saat Alia masih saja menangis histeris, dan menatap El tajam.

“Tidak ada apa-apa sayang, itu hanya kotak kosong.” Mami Yuli kembali berucap lembut dan memenga kedua pipi Alia. “Nggak ada apa-apa sayang.” Mami Yuli lalu memeluk tubuh Alia dan membawanya ke dalam rumah.

“Tenag Ris, gue yang akan mengurus ini semua.” Cap papa Yahya dan menepuk pungung papi Risqi.

“Mending lu tengok istri dan anak lu Ris.” Lanjut Ayah samuel.

“Thanks semua, sorry atas kejadian ini, gue ke dalam dulu ya.”

“Tenang aja Ris, kita paham kog.” Ucap bunda Yasmin menenangkan.

Setelah memastika semua baik-baik saja, papi Risqi lalu pergi ke dalam menyusul istri dan anaknya. Sedangkan yang lain kembali mengambil kotak misterius itu dan menelitinya. Di dalam kota itu terdapat boneka manian yang suah terpotong-potong dan bercak darah.

Ini bukan pertama kali yang di alami oleh keluarga mereka, keluarga mereka memiliki banyak musuh. Tidak jarang anak-anak mereka yang menjadi korbannya, namun ini yang pertama untuk Alia. Biasanya mereka hanya mendpat serangan kecil, menurut mereka ini yang sudah paling keterlaluan.

Mereka tidak akan diam lagi setelah ini. Kotak itu di bawa Ayah Samuel dan akan membawanya ke kantor polisi sebagai bukti. Setelah berdiskusi sebentar, mereka semua lalu pulang ke rumah masing-masing.

Mulai besok anak-anak mereka tidak ada yang boleh pergi menggunakan angutan umum lagi, mereka semua mulai memperketat pengaman, mereka tidak ingin kejadian seperti ini terjadi lagi.

Dan setelah malam itu, Alia mengalami sedikit perubahan, wajahnya yang selalu ceria, kini berubah menjadi muaram. Bahkan Alham dan Sheza tidak mampu membuatnya seceria dulu lagi.

Satu minggu telah berlalu dari kejadian itu, saat ini Alia sedang berada di taman komplek sendirian. Menikmati udara di pagi hari saat libur sekolah seperti ini. Setelah puas berkeliling taman, kini Alia memilih duduk di samping Air mancur. Mengamati orang-orang yang sedang berolah raga.

Senyumnya sedikit mengembang saat dari jauh dia melihat Sheza dan Alham berlari kecil mendekatinya, seperti biasa mereka berdua selalu bertengkar, entah apa kali ini yang mebuat mereka bertengkar.

“Dasar nenek sihir.” Cibir Alham dan duduk di samping Alia dengan wajah cemberut dan bibir sedikit maju.

“Semau ini gara-gara lu, dasar tulul.” Umapt Sheza dengan wajah tidak kalah kesal. Alia yang berada di tengah-tengah mereka sedikit menaikan alisnya tidak mengerti.

“Jelas-jelas itu salah lu, masih aja nyalahin gue”

“Kalau lu kagak banyak tingkah, kejadian itu kagak bakal terjadi.”

“Ya kan mana .....”

“Bentar .... bentar .... kalian kenapa sih ?” tanya Alia semakin di buat tidak mengerti dengan tingkah mereka berdua.

“Jadi gini Al ....”

Tawa Alia pecah saat mendengar cerita dari Alham, bahkan dia sampai mengeluarkan air mata. Sedangkan Alham dan Sheza semakin cemberut saat melihat Alia sangat bahagia di atas penderitaan mereka. Bagaimana tidak bahagia, bayangkan saja, di pagi buta seperti ini mereka sudah membuat keributan di rumah Sheza yang berakhir mereka di usir seketika.

“Diem Al, tega bener sih lu.” Alham terlihat begitu furstasi saat Alia tidak kunjung berhenti tertawa.

“Kalau di pikir-pikir nih Ham. Keren juga sih lu berani nyium abang gue.”

“Diem setan ! kalau kagak gara-gara lu ndorong tubuh gue, gue kagak bakal nyium kulksa tuju pintu itu.” Alman menatap sinis Sheza yang berada di bagian samping Alia

“Heh ! lu kagak bisa nyalahin gue, itu kan salah lu sendiri kenapa berhenti mendadak.” Bahkan Sheza tidak kalah sini menatap Alham, dia tidak mau di salahkan karena kesalahan Alham sendiri.

“Sudah .... sudah ... Terus habis itu gimana ?”

“Alia ....” geram Alhma agar Alia tidak membahas itu lagi.

“Ya abang gue gamuk-ngamuk lah Al, terus berkahirlah kita di usir dari rumah.” Ucap Sheza menaha tawa. Sedangkan Alia kembali ter tawa terpingkal, dia membayangkan gimana wajah El yang dingin mendapat ciuman di pagi hari dari Alham.

“Sabar ya Ham, anggap saja ini tu morning kiss dari bang El.” Dan akhirnya tawa Sheza pecah saat mendengar ucapan Alia.

“Woy Ham mau kemana lu.” Teriak Sheza saat Alham pergi begitu saja.

Alia lalu menarik tangan Sheza dan mengajaknya mengikuti Alham dari belakang. Bisa lama kalau Alham ngambek terus tidak kunjng di bujuk. Laki-laki satu itu sering sekali bersifat seperti perempuan. Apalagi kalau suasana hatinya sedang tidak bai-baik saja.

“Udah dong ham ngambek nya,” Sheza menggandeng tangan kana Alham. “Bubur ayam nyak Shalihah yuk.” Bujuk Sheza semakin bergelayut maja di tangan Alham.

“Bubur ayam dengan sambal dan kecap yang banyak di pagi hari pasti enak banget Ham.” Lanjut Alia ikut menggandeg salah satu sisi tangan Alham.

“Teurs sama susu cokelat hangat.”

“Krupuk di sana sangat legendaris Ham.”

“Bayangkan ham, pasti enak banget tu.” Alham terlihat menimbang-nimbang ajakan mereka berdua. Jika di pikir-pikir enak juga ya, apalagi dia belum sarapan sama sekali, terus sudah di bikin emosi yang enguras tenaga.

“Okey .. tapi lu pada yang bayar.” Putusnya dan berjalan terlebih dahulu.

Di belakang Alia dan Sheza berhingfai karena berhasil membujuk Alham. Sebenarnya tidak mudah membujuk orang itu, sifatnya yang keraskepala dan suka memilih membuat mereka berdua terkadang harus memutar otak agar bujukannya di terima.

“Kalian jadi makan nggak sih !” teriak Alham saat mereka berdua tertinggal terlalu jauh di belakangnya.

Dengan senyum yang merekah, mereka berdua berlari menyusul Alham yang sudah berada di pinggir jalan siap menyebrang. Bubur ayah nyak Salihah adalah bubur ayam legendaris di sini, selain harganya yang terjangkau, bubur ayam ini juga memiliki rasa yang uni. Rasa yang berbeda dari bubur-bubur ayam yang di jual di tempat lain.

“Ehemmm .... enak ya belum olah raga tapi udah makan duluan.” Sindir ayah Samuel yang baru saja dateng dengan bunda.

“Alia udah olahraga loh yah, mereka aja ni yang belum.” Tunuknya kepada Sheza dan Alham.

“Enak aja, abang juga udah olahraga yah.”

“Emang lu olahraga apa Ham?” tanya Sheza dengan mulut masih penuh dengan bubur. Alham lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan menatap Sheza sinis.

Bunda dan ayah hanya menggeleng-gelengkan kepala menilhat tingkah anaknya yang ketahuan berbohong. Tidak lama dari itu papa dan mama Sheza datang dan bergabung yang dengan mereka yang membuat tempat makan semakin ramai.

“El sini gabung sekalin.” Panggil ayah Samuel saat melihat El dan Nadia berada di depan waarung.

*****

Wah ketemu bang El lagi, kira-kira ribut lagi nggak nih :V 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status