Share

Menjadi budakmu

Perlahan Lea membuka matanya yang terasa berat, tubuh dan tulangnya terasa remuk. Namun, tidak kalah perih bagian privasinya yang terkoyak seperti habis dimasuki benda besar dan panjang. Ini semua perbuatan lelaki kejam itu yang menggagahinya seperti singa kelaparan, sangat buas dan tak memberi jeda sedikit pun. Lea menggeram. Sialnya, dia teringat bagaimana expresi lelaki tersebut yang tertawa di atas penderitaannya.

Spontan Lea bangkit dari tidurnya dan bersandar pada headboard ranjang dengan selimut yang dia tarik menutupi sampai batas dadanya. Gadis itu mengerang, merasakan denyutan kecil di kepalanya yang masih terasa.

"Brengsek! Aku akan membalas semuanya. Lihat saja!" Lea meremas jari-jarinya yang terkepal kuat.

Gadis itu mengedarkan pandangannya ke seisi kamar. Lea ingat ia disekap di sebuah Hotel dengan lelaki kejam itu. Lalu, untuk apa ia dipindahkan ke sini?

Tunggu, kamar mewah ini berhasil menyita perhatiannya. Kamar dengan aksen warna gold yang elegan. Ada cermin besar bergaya barok tergantung di latar belakang di samping lemari kecil yang dicat emas, sementara lantai dan dindingnya berlapis marmer.

Lupakan semua itu. Lea harus segera melarikan diri dari kamar ini dan mencari keberadaan Randy.

Gadis itu berjinjit menuju handle. Saat pintu terbuka, lukisan antik yang harganya berkisar ratusan juta berhasil menyita perhatiannya lagi. Gaya yang sama seperti di kamar berlanjut di seluruh rumah ini. Dari tangga emas ke lukisan langit-langit, wallpaper emas, dan karya seni yang menghiasi dinding. Lea takjub. Untuk pertama kalinya berada di rumah semegah ini.

"Apa ini rumah si Tuan kejam?" Lea menerka. "Memang sepertinya ini rumah si laki-laki biadab itu."

Lea tidak tahu nama laki-laki yang telah memperkosanya. Ia menyematkan nama Tuan kejam, karena cocok dengan perilaku lelaki itu. Bahkan jika tahu namanya saja, Lea tak sudi menyebutnya.

Lea melanjutkan langkahnya keluar dari kamar. Pelan dan hati-hati. Jangan sampai ada orang yang melihat dan kembali menyekapnya. Lea tak ingin mati muda menjadi budak pelampiasan Tuan kejam itu. Siapa dia menargetkan Lea menjadi budak nafsunya? Lea tidak sudi mengingat perkataan lelaki itu kemarin.

Lea terus berjalan mencari pintu keluar. Tapi, tak ada satupun tanda cahaya dari langit yang menembus rumah ini. Apa dia harus membobol tembok dulu agar bisa bebas? Rumah ini seperti penjara. Rapat dan tertutup. Seketika tubuh Lea meremang membayangkan kalau ia tidak bisa bebas dari Tuan kejam itu.

Namun, tiba-tiba Lea mendengar suara yang pernah didengarnya. Suara Tuan kejam. Ya, suara dingin yang pernah membuat jantungnya berdegup kencang. Bukan karena Lea jatuh cinta pada pandangan pertama. Tetapi, melihat tatapan menghunus yang dilemparkan laki-laki itu membuat jantung Lea seperti mau keluar dari tempatnya.

Lea berhasil menemukan satu pintu besar di rumah ini yang tidak tertutup rapat. Ia pun mendekatkan telinga dibalik pintu itu. Lea berusaha mengintip siapa saja yang berada di ruangan tersebut. Ketika matanya tak sengaja melihat sang Kakak yang diikat dan dihakimi, Lea langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan. Kepalanya menggeleng. Tubuhnya gemetaran.

"Kak Randy." Lea menangis tak kuat menyaksikan Kakaknya yang sudah tak berdaya.

Sekarang yang ada dipikirannya bagaimana cara menolong sang Kakak agar terbebas dari manusia jahat seperti mereka.

Entah darimana ide gilanya muncul, Lea mengambil sebuah pentungan yang memang berada di sudut ruangan.

Dengan menahan tangis serta amarah yang memuncak, Lea berjalan pelan-pelan sambil mengarahkan pentungan itu tepat ke bagian punggung si Tuan kejam. Namun, Davino langsung melindunginya dengan cepat.

"Tuan awas ...!" teriak Vino membuat Tuan kejam memutar balikkan tubuhnya ke belakang.

Deg

Tubuh Lea mendadak kaku saat matanya bertemu langsung dengan mata laki-laki itu. Pentungan yang berada di tangannya pun jatuh begitu saja.

"Ka-ka-kamu," ucap Lea terbata-bata.

Tuan kejam mengepalkan kedua tangannya dengan gigi yang mengerutuk. Hal itu membuat Lea ketakutan dan mundur beberapa langkah saat lelaki itu berjalan mendekatinya.

"Lea awas!" Randy berteriak saat Tuan kejam menodongkan pistol ke arah Adiknya. Lea terkejut. Ia reflek mengangkat kedua tangannya ke atas.

"Tuan, barkan Adikku bebas! Dia tidak tahu apa-apa tentang masalah ini," ucap Randy memohon. "Jangan bunuh dia, Tuan. Bunuh saja aku!" ucapan Randy membuat air mata Lea jatuh begitu saja. Lea terisak menatap Kakaknya yang memohon seperti pengemis. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Lea masih tak mengerti kesalahan apa yang Randy perbuat hingga Tuan kejam ini begitu murka kepadanya.

"Wanita kurang ngajar! Beraninya kau ingin memukulku!" hardik Tuan kejam penuh amarah.

"Tuan, dia tidak bersalah sama sekali. Ku mohon bebaskan dia ..." Randy terus mengiba. Tubuhnya berontak sekuat tenaga. Bagaimana pun caranya Lea harus keluar dari tempat ini.

"Ka-kakak," ucap Lea terbata-bata saat Tuan kejam tiba-tiba mencengkram dagunya begitu kuat.

Brakkkk

Tuan kejam menyeret Lea ke hadapan Randy.

"Jangan harap kesalahanmu bisa ku maafkan begitu saja! Hutangmu yang 500 juta ku anggap lunas. Sebab, mulai detik ini Adikmu yang akan membayar semuanya dengan menjadi budakku!" ucap Tuan kejam membuat Lea menggelengkan kepala dengan cepat.

"Lea gak mau!"

Plak!

Satu tamparan keras mendarat di pipi mulus Lea membuat Randy berteriak histeris.

"Hentikan, Tuan! Dia wanita. Bagaimana jika Ibumu yang diperlakukan seperti itu?" ucap Randy membuat darah laki-laki itu mendidih.

DUAKK

DUAKK

DUAKK

"Beraninya kau menasehatiku!" Tuan kejam menghantam perut Randy habis-habisan.

"Cukup! Ku mohon cukup! Aku bersedia menjadi budakmu, Tuan. Tolong jangan sakiti Kakakku!" Lea berkata pasrah. Mana bisa ia sanggup melihat sang Kakak dianiaya di hadapannya.

"Lea, kau bicara apa? Sekalipun Kakak mati, Kakak tidak akan sudi kau menjadi budaknya!" Randy tak terima dengan keputusan Adiknya.

Tuan kejam tersenyum penuh kemenangan.

Ia memberi kode pada Davino. Davino mengerti dan langsung menyerahkan amplop besar berwarna coklat ke hadapan Lea.

"Kau tidak perlu membacanya! Tanda tangani surat itu!" ucap Tuan kejam penuh penekanan.

Lea membuka amplop. Ada banyak lembaran kertas di dalamnya. Tanpa banyak berpikir, Lea menandatangani surat yang isinya sama sekali dia tidak tahu. Terpenting baginya sekarang adalah keselamatan sang Kakak.

"Sudah, Tuan," ucap Lea menyerahkan amplop tersebut.

"Bagus, sekarang bawa dia pergi dari sini!" perintah Tuan kejam.

Davino dan Bodyguardnya pun menyeret Randy membawanya keluar dari ruangan itu.

"Kakak ..." teriak Lea saat Randy dibawa paksa oleh mereka.

Tuan kejam langsung menarik tangan Lea yang hendak menyusul Kakaknya. Ia membawa Lea masuk ke dalam kamar.

Lelaki itu melepas pakaiannya satu persatu di hadapan Lea. Lea sudah berpikir apa yang akan terjadi selanjutnya. Tapi, ternyata dugaan itu salah. Tuan kejam mengambil minyak angin dan menyuruh Lea untuk mengoleskannya.

"Lakukan semua perintahku dan jangan membantah!" ucapnya seraya langsung tengkurap begitu saja.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status